Prayers are the Strength of Believers

DOA. Sahabat, ada ungkapan bijak yang menyatakan, “if you only pray when you’re in trouble, then you are in trouble (Jika kamu hanya berdoa ketika kamu dalam kesulitan, maka kamu sedang dalam kesulitan).” Sesungguhnya doa bukan hanya dipanjatkan pada saat seseorang merasa perlu atau ada dalam masalah dan pergumulan saja. Doa itu bukan suatu hal yang remeh dan merupakan nomer dua atau sekadar ritual untuk memperkuat keyakinan atas motivasi seseorang.  Mengapa orang percaya harus berdoa? Firman Tuhan memerintahkan kepada kita untuk berdoa. Tuhan melalui nabi Yesaya mengingatkan kita: “Carilah Tuhan selama Ia berkenan ditemui; berserulah kepada-Nya selama Ia dekat!” (Yesaya 55:6). Tuhan Yesus juga mengatakan suatu perumpamaan supaya murid-murid-Nya tidak jemu- jemu berdoa (Lukas 18:1). Rasul Paulus memberi nasihat: “Tetaplah berdoa.” (1 Tesalonika 5:17).  Kita dapat menarik kesimpulan bahwa doa adalah perintah Allah dan disertai janji Allah. Allah yang memerintahkan untuk berdoa adalah Allah yang berjanji akan menjawab doa dan permohonan setiap orang yang berseru kepada-Nya dalam doa.  Coba kita simak dua ayat berikut: Pertama: Mazmur 50:15: “Berserulah kepada-Ku pada waktu kesesakan, Aku akan meluputkan engkau,dan engkau akan memuliakan Aku”. Kedua,  Matius 7:7-8: “Mintalah,maka akan diberikan kepadamu; carilah maka kamu akan mendapat;ketoklah,maka pintu akan dibukakan kepadamu. Karena setiap orang yang meminta, menerima,dan setiap orang yang mencari, mendapat,dan setiap orang yang mengetok,baginya pintu dibukakan.”  Sahabat, Allah menginginkan agar setiap umat-Nya berdoa dan hal ini pun diajarkan oleh Tuhan Yesus  kepada para murid-Nya agar mereka berbicara kepada Bapa di surga saat mereka berdoa. Berdoa ialah berbicara dengan Bapa yang di surga. Ini merupakan persekutuan dengan Allah.  Syukur kepada Tuhan, hari ini kita dapat melanjutkan belajar dari kitab Mazmur dengan tema: “Prayers are the Strength of Believers (Doa adalah Kekuatan Orang Percaya)”. Bacaan Sabda diambil dari Mazmur 17:1-15. Sahabat, dalam doa, kita bebas mencurahkan semua isi hati tanpa merasa akan disalahmengerti oleh Allah. Ia sangat peduli dan mau mengerti diri kita. Ia mau memberikan telinga-Nya untuk mendengarkan curahan hati umat-Nya. Di hadapan-Nya, semua orang sama nilai dan derajatnya. Ia bukan Allah yang tebang pilih. Ia sungguh adil adanya.Daud adalah pribadi yang mau belajar hidup berkenan kepada Allah. Dalam berbagai mazmurnya, kita melihat Daud merupakan figur yang suka berdoa. Daud menyampaikan doanya kepada Tuhan dengan kejujuran dan ketulusan, baik menyangkut kepribadiannya, orang-orang di sekitarnya, termasuk juga orang-orang fasik dan orang-orang yang memusuhinya.Saat berdoa, Daud berharap Tuhan mendengarkan seruan hatinya. Sebab apa yang diceritakan dan disampaikan kepada Allah itu benar. Ia tidak merekayasa cerita. Sebab Daud mengerti bahwa Allah itu mahatahu. Bahkan Daud mengatakan bahwa Tuhan menguji dan menyelidiki hatinya. Faktanya adalah Allah tidak akan menemukan kejahatan pada diri dan mulutnya. Karena Daud selalu berpegang pada firman-Nya (Ayat 3). Ia senantiasa menjaga perilakunya terhadap jalan orang-orang yang melakukan kekerasan.Dalam doanya, Daud memohon agar Tuhan menunjukkan kasih setia-Nya. Ia meminta agar Tuhan menyelamatkan dirinya dari para pemberontak. Ia berharap Allah mau menjaganya seperti biji mata-Nya dan menyembunyikannya dalam naungan sayap-Nya terhadap orang fasik (Ayat 8). Tanpa pertolongan Allah, Daud pasti hancur menghadapi gempuran para musuhnya, yang laksana singa siap menerkam. Dalam kondisi seperti ini, Daud berdoa agar Tuhan bangkit melawan mereka dan meluputkannya dari maut.Sahabat, teladan baik yang diberikan Daud patut  kita tiru dan adaptasi dalam kehidupan doa kita. Karena itu, berdoalah dengan ketulusan, kejujuran, dan sukacita. Sebab doa adalah kekuatan, sekaligus nafas, hidup orang percaya.  Haleluya! Tuhan itu baik. Bersyukurlah! Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu? Apa yang Sahabat pahami tentang doa? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Mata hati yang benar akan mengarahkan kita pada jalan hidup yang benar. Bila fokus mata hati kita salah, sesatlah jalan kehidupan kita.  (pg).

MENJADI SATU

Saudaraku, Injil Yohanes memuat doa terakhir Yesus untuk para murid-Nya yang di dalamnya ada pesan yang begitu dalam dan terus relevan untuk umat di masa sekarang.  Mari renungkan Yohanes 17:17-21. Yesus telah membentuk komunitas iman yang terdiri dari para pengikut-Nya.  Secara definitif, komunitas merupakan kumpulan orang yang mempunyai perasaan saling memiliki, bahwa dirinya bermanfaat satu sama lain dan meyakini bahwa kebutuhan akan dipenuhi melalui kebersamaan.  Dua unsur yang memengaruhi perkembangan dan kesatuan komunitas adalah rasa kebersamaan dan dedikasi tiap anggotanya untuk komunitas tersebut.   Dalam tulisan di Injil Yohanes tentang doa Yesus di masa akhir hidup-Nya, secara detail disebutkan bahwa salah satu keinginan Yesus adalah kesatuan dalam komunitas yang dibentuknya (Yohanes 17:11,12,15). Menariknya adalah Yesus berdoa tentang hal ini bukan hanya untuk para pengikut-Nya kala itu namun juga untuk semua orang yang akan percaya kepada-Nya sebagai dampak kesaksian anggota komunitas awal (Yohanes 17:20) sehingga mereka tergabung dalam komunitas iman segala zaman, menembus batas usia, ruang dan waktu.   Maka doa Yesus memuat dua hal penting dalam sebuah komunitas yaitu : Pertama, Kebersamaan. Doa Yesus ditujukan untuk komunitas iman yang diikat oleh kebersamaan dalam kebenaran di dalam nama-Nya.  Kebersamaan yang mengikat didasarkan atas Injil Kristus dan bersifat Kristosentris, yang membuat komunitas iman dapat berkembang dan tetap konsisten dalam panggilan-Nya. Kedua, Dedikasi. Dibutuhkan pengorbanan untuk keberhasilan komunitas iman, maka tugas dari para anggota komunitas itu adalah terus mengusahakan kesatuan dengan Allah dan menjadi saksi Kristus.  Setiap anggota komunitas harus aktif berelasi dengan Tuhan dan sesama agar kebersamaan mereka tidak hanya sebatas slogan namun benar-benar dihidupi oleh mereka supaya hidup mereka menjadi kesaksian bagi dunia. Kesatuan dalam komunitas iman menjadi hal yang terus digumulkan oleh setiap pemimpin gereja, baik para gembala siding jemaat maupun pemimpin kelompok kecil.  Seringkali kesatuan diukur dari pencapaian manusia yaitu dengan keberhasilan kegiatan-kegiatan yang dilakukan dan besarnya jumlah anggota.   Namun sebenarnya komunitas iman juga perlu memerhatikan kedekatan dan keintiman tiap anggotanya agar dunia percaya bahwa Yesus adalah utusan Bapa (ayat 21).  Kesatuan dalam komunitas berdampak untuk para anggota dan kepada dunia.  Mari belajar memiliki konsep yang benar tentang komunitas iman dalam Kristus dan menghidupi panggilan dalam komunitas ini dengan mengusahakan keutuhan dan menghidupi panggilan Kristus.   Di zaman digital dimana manusia makin sibuk dengan dunia maya, relasi dunia nyata dalam komunitas iman perlu diperjuangkan dan terus dihidupkan dengan menjaga semangat kebersamaan dalam kebenaran dan berpusat pada Allah serta tetap aktif mendedikasikan diri untuk-Nya dalam komunitas.  Semoga setiap komunitas iman dapat terus menjalani panggilan sehingga dunia memercayai Kristus.  Selamat bertumbuh dewasa. (Ag)