Intrik di Bilik Suci: Ketika Pengkhianatan Menghantui Iman

Saudaraku, mari kita membaca dan merenungkan Nehemia 13:7-9: “Lalu aku tiba di Yerusalem dan melihat kejahatan yang dibuat Elyasib untuk keuntungan Tobia, sebab bagi Tobia ini telah disediakannya sebuah bilik di pelataran rumah Allah. Aku menjadi sangat kesal, lalu kulempar semua perabot rumah Tobia ke luar bilik itu. Kemudian kusuruh tahirkan bilik itu, sesudah itu kubawa kembali ke sana perkakas-perkakas rumah Allah, korban sajian dan kemenyan.” Nehemia kembali ke Yerusalem dengan harapan tinggi, tetapi yang ditemukannya adalah kenyataan pahit. Tembok kota telah dibangun kembali, tetapi tembok moral bangsa Israel mulai runtuh. Di tengah Bait Allah yang suci, Nehemia menemukan bahwa Elyasib, imam besar, telah mengizinkan Tobia, musuh yang terkenal, untuk tinggal di bilik yang seharusnya digunakan untuk persembahan dan perabot suci. Ini bukan hanya tindakan kelalaian, tetapi sebuah pengkhianatan terhadap Tuhan dan umat-Nya. Nehemia, yang tak tergoyahkan oleh situasi ini, segera mengambil tindakan. Dengan tegas, ia mengusir Tobia dan memerintahkan bilik itu untuk disucikan kembali. Tindakan Nehemia menggarisbawahi pentingnya menjaga kekudusan dalam setiap aspek kehidupan. Kompromi kecil yang diizinkan masuk dapat mengakibatkan kerusakan besar, baik dalam kehidupan pribadi, keluarga, komunitas gereja, maupun di tempat kerja. Dalam konteks keluarga, kompromi dapat muncul dalam bentuk toleransi terhadap perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai yang kita yakini. Mungkin kita membiarkan kebiasaan kecil yang tampak tidak berbahaya, seperti menoleransi ketidakjujuran atau mengabaikan waktu bersama keluarga demi kesibukan lain. Namun, seperti yang kita pelajari dari Nehemia, kebiasaan-kebiasaan ini bisa berkembang menjadi masalah besar yang MENGIKIS FONDASI KELUARGA.  Saudaraku, di gereja, kita juga dihadapkan dengan godaan untuk berkompromi. Mungkin kita tergoda untuk menurunkan standar kebenaran demi menghindari konflik atau agar lebih diterima oleh masyarakat luas. Namun, seperti bilik suci yang tercemar, gereja yang membiarkan kompromi memasuki pengajarannya akan kehilangan kekuatannya sebagai cahaya bagi dunia. Nehemia menunjukkan bahwa TINDAKAN TEGAS DIPERLUKAN  untuk MENJAGA INTEGRITAS GEREJA  dan misi sucinya. Di tempat kerja, kompromi sering kali datang dalam bentuk etika yang dilanggar demi keuntungan atau kemajuan karier. Kita mungkin merasa tertekan untuk mengikuti standar yang lebih rendah atau menutup mata terhadap praktik yang tidak etis. Namun, seperti Nehemia yang dengan tegas menolak kompromi di Bait Allah, kita dipanggil untuk MENJAGA INTEGRITAS KITA,  bahkan ketika hal itu berarti mengambil KEPUTUSAN YANG SULIT.  Intrik di bilik suci ini bukan hanya kisah tentang sebuah ruang di Bait Allah yang tercemar; ini adalah peringatan bagi kita semua untuk menjaga ruang-ruang dalam hidup kita, dalam keluarga, gereja, dan pekerjaan. tetap murni dan setia kepada Tuhan. Seperti Nehemia, kita perlu memiliki keberanian untuk menghadapi kompromi dan mengambil tindakan yang diperlukan untuk menjaga integritas di setiap aspek kehidupan kita.  Saudaraku, dengan demikian, kita memastikan bahwa KEHIDUPAN KITA tetap menjadi TEMPAT YANG LAYAK  bagi HADIRAT TUHAN,  tanpa kompromi yang merusak. (EBWR).