SI MAMON
Saudaraku, ini kelanjutan tentang kisah Dewa Uang, Si Mamon. Apakah jika seseorang sudah menyembah dan memuja Si Mamon agar mendapatkan banyak rezeki, maka apakah Mamon akan terbang turun dari langit untuk menyertai orang itu dalam bekerja agar mendapatkan banyak uang? Kita tidak pernah melihat hal ini. Hanya Si Mamon masuk ke dalam hati orang itu, dan orang itu akan lebih bersemangat dalam bekerja, tidak mengenal lelah dan upaya, pokoknya mesti mendapatkan uang sebanyak-banyaknya dan mengurangi pengeluaran-pengeluaran yang dirasa merugikan. Jadi setiap pengeluaran uang yang keluar dari dirinya mesti diperhitungkan, apakah ini sekadar keluar duit pemborosan, atau nanti dapat prospek dan imbalan yang besar. Bagi orang yang gemar memancing pasti paham, kalau pakai umpan yang hanya roti tawar ya dapat ikan kecil-kecil yang benar-benar kelaparan. Tapi kalau ingin mendapatkan ikan tuna, ya mesti melaut ke tempat yang dalam tempat banyak ikan tuna bergerombol, dan memakai umpan ikan cakalang atau cumi atau ikan tertentu lainnya yang punya warna cerah dan sedikit kilau untuk memancing ikan tuna datang. Nah ini kok sepertinya mirip-mirip dengan upaya mendapatkan proyek-proyek tertentu, ada yang mesti menabur uang di depan hingga 30% dari suatu proyek untuk mendapatkan order dari orang-orang dalam. Ini juga yang menyebabkan banyak barang yang dipasok jauh dari kualitas dan kuantitas yang ditentukan, seperti kita sering membaca berita tentang robohnya suatu bangunan atau jembatan karena material yang dipakai dikurangi kualitasnya karena tidak mampu menanggung beban berat dinamis yang timbul. Inilah kalau Si Mamon dari dalam hati yang memberikan motivasi, akan menggunakan segala cara untuk mendapatkan proyek meskipun mesti menabur banyak uang di depan, dan proyek yang dipasok nanti dapat dikurangi kualitasnya, terutama untuk bagian-bagian yang tidak terlihat langsung, seperti kedalaman pondasi di dalam tanah dikurangi 20-40 cm, ukuran besi beton cor dikurangi 1-2 mm toh tidak kelihatan, pemakaian semen yang dikurangi, dan lain-lain. Aku pernah ikutan dalam panitia Pembangunan Gereja dan mencari saniter untuk dipakai. Datang ke seorang pemilik pabrik saniter ternama, menjelaskan bahwa produknya ingin dipakai di gereja. Surprise, owner ini memanggil sales managernya, dan mengatakan, ini khusus untuk gereja beri harga dari daftar harga lama dipotong 30%, sementara dalam daftar baru sudah naik 10% dan diskon hanya maksimal 17%. Lalu owner juga berpesan, gereja supaya diberi produk tipe terbaru, dan kalau ada customer mau lihat contohnya, supaya pergi datang melihat di gereja, sebab pemakai kamar mandi dan WC jumlahnya ratusan dan gereja sering kurang perawatan untuk kamar mandi, jadi customer bisa lihat produk kita dipakai secara asal-asalan tanpa perawatan, tapi tidak rusak dan tetap bagus. Aku ingat persis, ini di tahun 1989, dan hingga kini sudah 35 tahun, gereja tetap memakai produk saniter itu, tidak ada yang retak maupun rusak, juga warna tidak pudar meskipun timbul kerak karena kurang perawatan. Belakangan hari saya ketemu lagi sama si owner, sudah sepuh dia, saya bilang barang saniternya tetap bagus digunakan di gereja. Dia senyum, bilang, pabriknya tetap jaga kualitas sejak semula berdiri, cacat produksi meskipun hanya satu rambut tetap disortir supaya hasil akhir tetap bagus, karena dari satu rambut retak lama-lama akan menjadi satu milimeter dan crack lebih lebar lagi. Lebih jauh, waste atau barang yang disortir saat produksi bisa 70%-80% karena sering bahan baku material tidak stabil kualitasnya, juga panas pembakaran kalau tidak dijaga benar-benar akan naik turun dan ini mempengaruhi pembakaran. Nah, ini seperti bunyi Amsal 22:29: “Pernahkah engkau melihat orang yang cakap dalam pekerjaannya? Di hadapan raja-raja ia akan berdiri, bukan di hadapan orang-orang yang hina.” Bagi pabriknya, karena bisa menghasilkan produk yang bagus dan cakep, harga jual bisa disegmen atas atau harga mahal, dan yang bisa membeli yang orang-orang yang berduit, termasuk kalangan raja-raja ya. Lalu ada seorang pemuda masih umur di bawah 35 tahun bisa menjadi wapresdir salah satu apps online terbesar, dan mamanya cerita bangga kalau anak sulungnya itu sekarang digaji Sin$ 25,000 per bulan dan dapat fasilitas apartemen 180 meter persegi. Dan cerita-cerita seperti ini masih banyak lagi saya lihat dan dengar di sepanjang usia saya yang sudah punjul 60 tahun, intinya orang yang cakap dalam pekerjaannya akan mendapatkan hasil yang lebih besar. Jadi Si Mamon punya saingan, yakni cakap dalam perkerjaan. Hati boleh dikuasai Si Mamon, tapi kalau orang itu tidak cakap, tidak trampil, tidak bijaksana, tidak tekun, ya motivasi dari Si Mamon tidak bermanfaat, karena akan menghasilkan sesuatu yang kualitasnya tidak baik. Mungkin masyarakat atau instansi mau membelinya, tapi hanya sekali atau dua kali, akhirnya merasa tertipu dan tidak memilih produk itu lagi. Jika Anda saat ini dapat tergolong sebagai orang yang cakap, supaya Si Mamon tidak masuk di hatimu dan menjadi penguasanya, sadarlah bahwa untuk mendapatkan kecakapan dan berkat itu karena adanya berkat dari Tuhan, yang dicurahkan setiap hari kepadamu, namun tidak kelihatan, seperti datangnya gajah yang besar tapi tidak nampak. Tuhan menguatkan perjuangan dalam pekerjaanmu, saat menghadapi kesukaran berdoalah, hanya berdoa ya, Tuhan pasti memberikan petunjuk jalan yang terbaik. Saudaraku, percayalah, seperti dituliskan di Amsal 22:4: “Ganjaran kerendahan hati dan takut akan TUHAN adalah kekayaan, kehormatan dan kehidupan.” Selamat menikmati berkat Tuhan ini. (Surhert).
When God Seems So Far Away
TERASA JAUH. Sahabat, terkadang kita merasa Tuhan TERASA JAUH dan menyembunyikan wajah-Nya bagi kita saat kita mengalami kesesakan dan pergumulan. Kita merasakan seolah-olah kita sendirian dalam menghadapi pergumulan hidup yang berat. Saat seperti itu sangatlah menyakitkan. Suatu ketika kalau kita dijauhi oleh seorang sahabat saja, kita sudah resah dan gelisah, apalagi Tuhan yang adalah Sang Pencipta dan pemberi hidup, menjauhi kita, PASTILAH TERASA SAKIT DAN MENYEDIHKAN. Ketika kita sedang bergulat dengan masalah atau kita sedang sakit yang serius, kita mulai bertanya: “Di manakah Tuhan?”. Mungkin beberapa dari kita merasa bahwa Tuhan jauh dari kehidupan kita. Lalu, pertanyaannya adalah: Apa yang harus kita lakukan ketika Tuhan terasa berjuta-juta mil jauhnya dari kita? Apakah bisa kita tetap sama menyembah Dia seperti ketika keadaan kita baik-baik saja? Justru masa-masa seperti itulah Tuhan pakai untuk mendewasakan hubungan kita dengan-Nya. Untuk membentuk karakter dan iman kita. Seperti halnya kita menjalin persahabatan dengan manusia yang sering diuji, persahabatan kita dengan Tuhan sering juga diuji oleh perpisahan dan kesunyian; kita dipisahkan oleh jarak fisik atau kita tidak dapat berbicara. Untuk mendewasakan hubungan kita, Tuhan akan mengujinya dengan apa yang tampaknya sebagai masa-masa perpisahan, masa dimana seolah-olah Ia telah meninggalkan atau melupakan kita. Syukur kepada Tuhan, hari ini kita dapat melanjutkan belajar dari kitab Mazmur dengan topik: “When God Seems So Far Away (Ketika Tuhan Terasa Begitu Jauh)”. Bacaan Sabda diambil dari Mazmur 10:1-18 dengan penekanan pada ayat 1. Sahabat, Daud pun yang mempunyai hubungan persahabatan yang paling akrab dengan Tuhan, pernah mengalami keadaan yang demikian. Ayat 1 jelas mengatakan seruan dari Daud: “Mengapa Engkau berdiri jauh-jauh, ya Tuhan dan menyembunyikan diri-Mu dalam waktu-waktu kesesakan?” Apakah Tuhan sungguh-sungguh meninggalkan Daud? Tentu saja tidak benar-benar meninggalkan Daud, dan Ia juga tidak meninggalkan kita. Di dalam Ulangan 31:8 Ia berjanji: “Sebab Tuhan, Dia sendiri akan berjalan di depanmu, Dia sendiri akan menyertai engkau, Dia tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau; janganlah takut dan janganlah patah hati”. Ada saat-saat dimana Ia kelihatannya tidak ada dalam kehidupan kita. Hampir setiap orang percaya pernah mengalaminya setidaknya sekali, dan biasanya beberapa kali. Itu memang menyakitkan dan tidak nyaman rasanya, tetapi sangat penting untuk perkembangan iman kita. Jika kita masih seorang percaya yang baru, mungkin Tuhan memberikan kita banyak emosi yang meneguhkan dan sering mengabulkan doa-doa yang mementingkan keinginan diri sendiri dan tidak dewasa, supaya kita tahu bahwa Ia ada. tetapi ketika kita sudah tumbuh dalam iman, Ia akan menyapih kita dari ketergantungan tersebut. Sahabat, lalu pertanyaannya, bagaimanakah sikap kita dalam suatu krisis seperti itu? Bagaimana kita bisa terhubung dengan-Nya kembali? Bagaimana kita tetap mengarahkan mata kepada Yesus jika mata kita penuh air mata? Pertama, katakanlah kepada Tuhan apa yang kita rasakan. Curahkanlah isi hati kita kepada Tuhan secara jujur. Tuhan menyukai kita apa adanya. Jujur pada diri sendiri dan jujur pada setiap perasaan yang kita alami. Kalau kamu terluka, katakan terluka pada-Nya. Kalau kamu marah, katakan marah pada-Nya. Kejujuran yang Tuhan minta. Saya kadang melakukan itu. Jujur pada perasaanku sendiri kepada Tuhan. Tuhan dapat menangani keraguan, kemarahan, ketakutan, kesedihan, kebingungan, dan pertanyaan-pertanyaan kita yang lain. Mengakui keputusasaan kita kepada Tuhan dapat menjadi suatu pernyataan iman kita. Mazmur 116:10 merupakan suatu pernyataan iman Daud: “Aku percaya, sekalipun aku berkata: Aku ini sangat tertindas”. Kedua, pusatkan perhatian pada Tuhan. Bagaimanapun situasi dan perasaan kita, berpeganglah pada sifat Tuhan yang tidak berubah. Ingatkanlah diri sendiri tentang kebenaran kekal Tuhan: Ia baik, Ia mengasihiku, Ia menyertaiku, Ia mengetahui apa yang sedang aku hadapi, Ia peduli, Ia memegang kendali, Ia mempunyai rencana atas hidupku. Sahabat, teruslah percaya kepada-Nya walaupun perasaanmu kacau, sembahlah Dia dengan cara yang paling dalam. Justru di dalam situasi yang tidak mengenakan, iman kita diuji. Biarlah Tuhan mendapati iman kita murni seperti emas. Bersyukur dan sembahlah Dia dalam kondisi bagaimanapun. Karena itu, yakinlah dan percayalah bahwa TUHAN tidak pernah jauh dari kita di kala kita sedang dalam kesesakan tetapi Ia sedang menggendong kita untuk memulihkan, menyembuhkan, dan memenangkan kita. Haleluya! Tuhan itu baik. Bersyukurlah! Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu? Pernahkah Sahabat merasakan “Masa Keterpisahan Dengan Tuhan”? Bagikanlah secara singkat. Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Janganlah iri kepada kemakmuran dan kenyamanan hidup orang fasik. (pg).