MENJALIN RELASI YANG SEHAT DAN MENGUATKAN DI ERA DIGITAL
Saudaraku, marilah kita membaca dan merenungkan Efesus 4:2-3: “Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu. Dan berusahalah memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera:” Pada zaman sekarang, di era digital, dunia terkoneksi dan terintegrasi secara menyeluruh selama 24 jam. Seluruh aktivitas di dunia ini berjalan selama 24 jam terkoneksi. Dari dunia usaha, media sosial, dan interaksi antar pribadi dapat dilakukan dengan siapa saja, kapan saja dan dimana saja. Akibatnya pola pikir, budaya, psikologi manusia mengalami perubahan. Menariknya dunia yang terkoneksi dan terintegrasi ini justru membuat hubungan antar manusia terasa makin jauh. Nilai-nilai kerendahan hati, kesabaran, kelemahlembutan, saling membantu, kesatuan Roh, dan damai sejahtera mulai langka dan asing dalam interaksi sehari-hari, baik secara online maupun offline. Hal ini dipengaruhi juga dengan kecerdasan sosial manusia yang menurun atau terdegradasi. Budaya yang tampak di era digital yaitu kecenderungan manusia hidup dalam high-speed. Simbol-simbol atau emoticon menjadi gaya bahasa sehari-hari dalam WA dan itu menjadi pesan singkat dan instan. Dalam IG, hitungan detik, manusia mendapat banyak informasi tentang berbagai hal: Makanan, Lokasi healing, kursus, dunia penghasil uang, informasi kegiatan Rohani suatu gereja, pesan moral, pesan motivasi, renungan singkat, dan sebagainya. Kita dipanggil oleh Allah untuk menjadi garam dan terang dunia. Bagaimana kita dapat menggarami dan menerangi bila kita terbawa kondisi arus zaman ini? Karena itu Efesus 4:2-3 menjadi pesan supaya kita menjadi orang-orang Kristen yang dapat menjalin relasi yang sehat dan menguatkan di era digital ini agar mampu menggarami dan menerangi dunia. Sikap-sikap yang perlu kita perhatikan dan kembangkan supaya dapat menjalin relasi yang sehat dan menguatkan di era digital, adalah: KERENDAHAN HATI adalah menjadi dasar atau pondasi dari setiap hubungan yang sehat. Kerendahan hati mengajarkan kita untuk melihat diri kita dengan jujur dan menghargai orang lain tanpa merasa lebih tinggi atau lebih rendah. Namun di era digital ini, kita cenderung merasa iri dan cenderung membandingkan diri dengan orang lain secara tidak sehat. Kita terjebak dalam persaingan dan keinginan untuk tampil lebih baik dari orang lain. Kita perlu belajar kerendahan hati sebab sikap ini menjadikan kita melihat setiap orang memiliki keunikan dan kontribusi masing-masing. KELEMAHLEMBUTAN adalah bukan sikap yang lemah, tetapi kekuatan yang terkendali. Artinya kita dapat memberi respons dengan tenang dan bijak. Ada pendapat bahwa hanya 10% tentang kehidupan ini sedangkan 90% tentang bagaimana sikap kita terhadap kehidupan. Jadi kelemahlembutan sangat penting untuk membantu kita menghindari konflik yang tidak perlu dan menjaga hubungan tetap harmonis. Media sosial adalah media yang seringkali dipakai tanpa dengan “hati”. Komentar dan kritik dapat begitu tajam, sehingga kita sebagai orang Kristen harus dapat memberikan tanggapan yang positif dan membangun. Di era digital ini, kita lebih mudah kehilangan kesabaran. Ciri khas di era ini adalah terjadinya ekselerasi global. Hal yang terjadi adalah sulitnya masyarakat untuk dapat mensikronkan dengan berbagai ritme kehidupan. Stres dan penurunan metalitas menjadi efek samping dari desinkronisasi tersebut. Ketidaksabaran, keresahan dan kecemasan sangat tinggi. Padahal, firman Tuhan mengingatkan kita untuk sabar dalam segala hal. Kesabaran bukan hanya soal menunggu, tetapi jya soal merespons dengan tenang dalam situasi sulit. Era digital mempermudah segala sesuatu dengan kemajuan teknologi. Namun, interaksi sosial menjadi berkurang, kehilangan tenggang rasa antar sesama dan bahasa komunikasi langsung menjadi miskin sebab banyak melalui layar saja. Sifat individualisme tumbuh dan kecenderungan orang untuk makin mementingkan diri sendiri. Kasih menjadi inti ajaran Kristus menghadapi tantangan. Sikap saling membantu dan membangun kesatuan Roh tidak mudah diwujudkan. Paulus dalam surat di Efesus mendorong supaya pengikut Kristus kembali pada panggilan Tuhan untuk menghidupkan kasih. Tujuan akhir dari semuanya ini adalah bagaimana damai sejahtera Allah dapat dihadirkan oleh kita sebagai pengikut Kristus. Kita menghadirkan damai sejahtera Allah dalam relasi yang sehat dan saling menguatkan. Di zaman sekarang yang penuh destraksi dan tekanan ini, kita dipanggil untuk menjalin relasi yang sehat dan menguatkan. Firman Tuhan memberikan prinsip-prinsip melalui Efesus 4:2-3 ini, Mari kita menjalin relasi terhadap sesama dengan baik dan benar. Mari kita mewarnai zaman di era digital ini dalam terang firman Tuhan agar dunia tahu bahwa kita adalah anak-Nya dan murid-murid-Nya. Tuhan Yesus memberkati. (EBWR).