WAKTU YANG TEPAT

Saudaraku, manusia masa kini cenderung mudah untuk melontarkan penilaian dan berkomentar pedas terhadap orang lain.  Hal ini menyebabkan orang yang yang menjadi sasaran komentar merasa perlu untuk membela diri demi nama baik.  Tak jarang saking fokusnya pada pembelaan diri, mereka kehilangan fokus hidup.  Ada yang putus asa dengan penilaian publik sehingga mereka memutuskan mengakhiri hidup.  Mari renungkan bagaimana Yesus menghadapi komentar pedas kepada-Nya, bacalah Yohanes 7:1-13. Ada hal yang menarik dari kisah yang dituliskan oleh Yohanes ini yaitu bagaimana sikap Yesus Ketika Ia diprovokasi oleh saudara-saudaranya untuk unjuk diri dalam salah satu festival besar dalam budaya Yahudi yaitu Perayaan Pondok Daun, saat semua orang Yahudi berkumpul di Yerusalem.  Mungkin para saudara Yesus sudah jengah dengan situasi Yesus yang dinilai membuat ‘masalah’ dengan para pemuka agama Yahudi dan bahkan menghindari Yudea yang menjadi pusat keagamaan mereka.  Para saudara  memberikan komentar pedas kepada Yesus untuk keluar dari Galilea dan unjuk kemampuan di depan massa yang mengadakan festival di Yerusalem.   Kalau Yesus memang mesias, jangan tanggung kalau mau menunjukkan kekuatan.  Jangan “jago kendang” dengan mengajar dan mengadakan mukjizat di Galilea tapi tunjukkan kemampuan di hadapan orang banyak supaya dunia tahu, supaya viral dan akhirnya kemesiasan itu diakui semua orang. Komentar itu provokatif karena diucapkan oleh orang-orang yang tak percaya kepada-Nya.  Para saudara itu seakan mau melepaskan Yesus ke massa dan “melempar” Yesus kepada Masyarakat untuk menilai dan menentukan kebenaran.  Sungguh menyedihkan karena orang-orang terdekat Yesus bahkan tak memercayai siapa diri-Nya.  Kenyataan hidup manusia yang paling menyedihkan adalah saat ia tidak dipercayai oleh keluarga.  Yohanes menuliskan bahwa Yesus mengalami kenyataan pahit itu.  Bahkan mereka dengan tega menganggap Yesus sudah tidak waras lagi (Markus 3:21) dan hendak membawa-Nya Kembali ke rumah.   Yesus memahami sikap para saudara-Nya dan tidak menyalahkan mereka.  Ia hanya mengatakan bahwa waktu-Nya belum tiba, yaitu waktu untuk meyakinkan semua orang termasuk para saudaranya tentang kemesiasan-Nya.  Ini hanya masalah waktu.   Kenyataannya Lukas mencatat bahwa Ketika Yesus sudah tidak ada lagi di dunia, saudara-saudara-Nya masuk dalam bilangan orang yang menantikan kedatangan Roh Kudus (Kisah Para Rasul 1:14).   Saudaraku, manusia cenderung tidak mau diremehkan atau diragukan oleh orang dekatnya.  Itulah yang membuat manusia merasa penting untuk unjuk diri kepada orang lain agar ia memperoleh kepercayaan.  Kadang mereka tidak sabar untuk membela diri karena fokus hidupnya sudah terbagi, tak lagi berkarya namun juga mempertahankan harga diri.   Mari belajar dari Yesus untuk menahan dan menguasai diri saat menghadapi sikap skeptis dan komentar pedas orang lain.  Pusatkan perhatian pada panggilan dan pekerjaan yang dipercayakan Tuhan daripada sibuk unjuk kemampuan untuk membela diri dan menangkal komentar negatif.  Unjuk diri memang perlu namun fokus untuk menjalankan tugas dan tanggung jawab akan jauh lebih baik.  Jawablah semua komentar dengan karya dan kerja sehingga hidup ini lebih bernilai.  Tuhan punya waktu yang tepat untuk menyatakan pembelaan-Nya kepada umat yang setia kepada-Nya.  Selamat bertumbuh dewasa. (Ag)