DESALINISASI

Saudaraku, Elon Musk dalam pidatonya di konferensi World Water Forum di Bali pada 20 Mei 2024 mengatakan: “Sekitar 70 persen permukaan bumi adalah air. Secara teknis, kalau ada alien atau makhluk angkasa luar yang datang ke sini, mereka akan menyebut kita air karena 70 persennya adalah air. Artinya ada potensi penyelesaian masalah air,” ujarnya. “Mayoritas air yang ada di permukaan bumi adalah air laut.  Oleh karena itu, diperlukan pengembangan teknologi desalinasi atau proses menghilangkan kelebihan kandungan garam pada air laut menjadi air bersih (air tawar), yang dapat dikonsumsi masyarakat, namun selama ini dianggap sebagai proses yang boros energi dan mahal. Perkembangan teknologi ini perlu dibarengi dengan pembiayaan yang murah, efisiensi tinggi, dan sistem distribusi air sehingga menjangkau masyarakat. Untuk itu diperlukan pembangkit listrik tenaga surya yang berpotensi menyediakan energi baru terbarukan yang lebih murah dan efektif untuk proses desalinasi air laut.” Memang melihat Indonesia yang merupakan negara kepulauan dan dikelilingi lautan potensi sumber air memang banyak melimpah, namun bagaimana cara air laut ini diolah menjadi air tawar yang dapat diminum. Proses desalinisasi banyak ditawarkan oleh berbagai perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan air atau water treatment plant (WTP), banyak yang bilang bisa dan mampu, kenyataannya hanya kurang dari 5 perusahaan WTP di dunia yang bisa melakukannya, karena lainnya hanya sebatas teori, riset dan belum diaplikasikan dalam skala yang besar. Saudaraku, contohnya negara Singapura, selama ini mengimpor sekitar 30% kebutuhan air tawar dari negeri Johor Malaysia. Kebutuhan air tawar lainnya dipenuhi melalui minimal 2 kilang WTP desalinasi air laut, juga ada proses ultrafiltration pengolahan terhadap air sungai dan air limbah buangan rumah tangga, semuanya diolah dengan teknologi paling canggih dan ada puluhan patennya, hasilnya ya air bersih yang bisa dinikmati segenap penduduk Singapura, bahkan limbah buangan ada yang bisa diolah lebih lanjut menjadi pupuk tanaman, dan ini sudah berlangsung minimal sejak tahun 2015. Juga di negara-negara di kawasan Timur Tengah yang mayoritas padang pasir, jelas cadangan air tanah dan air permukaan tidak mencukupi karena cuaca yang sangat panas. Seluruh negara yang ada di kawasan itu memanfaatkan air laut untuk didesalinisasi, diolah dengan teknologi reverse osmosis dan desalinasi termal: MED, TVC, MVC, MSF, bingung kan akan istilah-istilah ini, pokoknya air laut menjadi air tawar yang cita rasanya tidak dapat dibedakan lagi dengan air yang berasal mata air pegunungan.  Kilang desalinisasi membutuhkan lahan yang luas 5-10 hektare, mesti ada di tepi laut, ada pipa akses menyedot air laut yang cukup bersih – jadi pipa menjorok jauh ke tengah laut, dan mesti ada pipa pembuangan limbah kotoran air laut yang juga menjorok jauh ke tengah laut. Jadi secara umum tidak bisa menyedot air laut yang keruh untuk diolah, sebab air keruh mesti dijernihkan dulu. Air laut dimasukkan ke kilang-kilang penampungan awal dan kemudian masuk ke mesin-mesin pengolahan, dan air bersih ditampung di kilang-kilang air bersih, sedangkan limbah air kotor yang juga sudah diolah disalurkan kembali ke tengah laut, sehingga ikan-ikan dan ekosistem laut tetap hidup.  Di Indonesia setidaknya PLN sudah memiliki pembangkit listrik yang didinginkan dengan air laut yang sudah didesalinisasi, yakni di Suralaya dan Rembang, dan yang di Rembang ini air tawar selebihnya digunakan untuk air minum. Jadi apa yang dipidatokan oleh Elon Musk di konferensi World Water Forum di Bali memang benar adanya, dan dapat diterapkan sebagai solusi untuk mengatasi kekurangan air di Indonesia. Memang 70 persen permukaan bumi yang diciptakan Tuhan adalah air, namun manusia tidak menggunakan dan mengolahnya dengan hati-hati bahkan cenderung merusaknya, ditambah lagi dengan perubahan cuaca yang menyebabkan suhu bumi meningkat, mengakibatkan terjadinya kekeringan di berbagai tempat.  Saudaraku, perhatikanlah Firman Tuhan  berikut: Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: “Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, …” (Kejadian 1:28). Tuhan menghendaki manusia bukan sekadar menaklukkan segala binatang dan merambah bumi, tapi dapat menaklukkan berbagai kendala yang berpotensi merusak bumi agar bumi tetap nyaman untuk dihuni umat manusia. Selanjutnya Firman Tuhan di Amsal 25:2 menyebutkan: “Kemuliaan Allah ialah merahasiakan sesuatu, tetapi kemuliaan raja-raja ialah menyelidiki sesuatu.” Maksudnya jelas agar raja-raja atau pemerintahan dapat melakukan riset untuk mendapatkan hal-hal yang semakin baik dan berguna bagi rakyatnya.  Jika di masa lalu potensi air laut yang asin tidak dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan air minum, ternyata melalui berbagai riset akhirnya didapatkan teknologi desalinisasi.  Proses desalinisasi saat ini memang masih mahal karena memerlukan tenaga listrik yang besar, namun Tuhan juga menciptakan matahari yang sinarnya dapat dimanfaatkan untuk pembangkit tenaga listrik. Jadi Tuhan sudah menyediakan sumber daya, hanya umat manusialah yang mesti mengolah sumber daya tersebut dan dapat dimanfaatkan. Saudaraku, Indonesia saat ini membutuhkan tenaga-tenaga ahli yang bisa berpikir lebih jauh untuk mengolah sumber daya menjadi hal-hal yang bermanfaat dan tidak merusak lingkungan. (Surhert).

Idols in People’s Lives

HUJAN. Sahabat, hujan sangat dibutuhkan oleh setiap orang. Jika bumi tidak disirami hujan maka bumi akan mengalami kekeringan. Tumbuhan dan ternak akan mengalami kematian, sehingga banyak petani mengalami gagal panen. Masalahnya siapakah pemberi hujan itu?  Kita di Indonesia memang hanya mengenal dua musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Akan tetapi di Israel dan di kebanyakan negara beriklim sub tropis, terdapat empat musim yaitu musim semi, musim panas, musim gugur, dan musim dingin. Pada musim semi, tentunya tanaman mulai bersemi dan biasanya banyak hujan di musim semi, sedangkan memasuki musim panas, hujan biasanya akan mulai berkurang, serta suhu pun menjadi lebih panas daripada musim semi. Logikanya, banyak orang akan mengharapkan hujan di akhir musim semi sebagai persiapan untuk memasuki musim panas. Masalahnya kepada siapa kita meminta hujan tersebut? Firman Tuhan jelas berkata bahwa kita seharusnya meminta hujan kepada Tuhan, dan memang seharusnya hanya kepada Tuhan. Mengapa demikian? Tentunya karena Tuhan sendirilah yang menciptakan alam semesta beserta isinya (Kejadian 1:1-31). Jika Tuhan adalah pencipta alam semesta, maka Ia juga berkuasa penuh atas alam semesta, termasuk dengan iklim dan musim.  Tuhan bisa menurunkan kemarau berkepanjangan hingga tiga tahun tidak turun hujan (Yakobus 5:17, 1Raja-raja 18:1), tetapi Tuhan juga bisa menurunkan hujan deras untuk mengakhiri kemarau tersebut (1Raja-raja 18:45). Terlebih lagi, Tuhan juga sanggup menurunkan hujan selama 40 hari dan 40 malam sehingga air memenuhi bumi dan membinasakan segenap makhluk hidup kecuali yang ada di bahtera Nuh (Kejadian 7:12). Tuhan menjanjikan hujan lebat kepada setiap orang yang meminta kepadanya.  Tuhan melarang kita untuk meminta hujan selain kepada-Nya.  Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab Zakharia dengan topik: “Idols in People’s Lives (Berhala dalam Kehidupan Umat)”. Bacaan Sabda diambil dari Zakharia 10:1-2. Sahabat, Tuhan kita adalah Allah yang kudus, sehingga ketika umat terus tidak taat, maka Tuhan pasti akan menjatuhkan hukuman (Keluaran 34:7). Apalagi jika dosa menyembah berhala, maka hukumannya bertambah berat.Ayat pertama dimulai dengan seruan kepada umat untuk meminta hujan kepada Tuhan. Pasalnya, Tuhanlah yang membuat awan-awan pembawa hujan deras (Ayat 1). Tuhan juga yang memberikan kekeringan sebagai hukuman bagi umat yang melanggar perjanjian-Nya. Musa sudah memperingatkan hal itu seperti tertulis dalam Imamat 26:19 dan Ulangan 28:23. Secara tersirat, Tuhan meminta umat-Nya untuk bertobat serta meminta pengampunan-Nya. Jika mereka berbalik kepada Tuhan, Ia akan menurunkan hujan lebat dan tumbuh-tumbuhan pun akan tumbuh kembali di padang (Ayat 1b).Sahabat, penyebab murka dan hukuman Tuhan terlihat pada ayat kedua. Di situ ditunjukkan bahwa umat sudah menyembah terafim, yaitu patung berhala rumah (Kejadian 31:19). Mereka juga datang kepada juru-juru tenung untuk mendapatkan penglihatan dan mimpi. Padahal, itu merupakan kekejian bagi Tuhan (Ulangan 18:10-12). Oleh sebab itulah, Dia menghukum umat-Nya dengan memberikan kekeringan sehingga mereka tercerai-berai seperti domba yang tidak bergembala.Salah satu dosa yang sangat dibenci Tuhan adalah penyembahan berhala. Alasannya, TUHAN Allah kita adalah Allah yang cemburu (Keluaran 20:5). Oleh sebab itu, Tuhan akan menghukum dengan berat umat yang menyembah berhala. Dia bahkan akan membalaskan sampai kepada keturunan yang ketiga dan keempat (Keluaran  20:5). Namun, Tuhan Allah kita juga penyayang dan pengasih. Dia akan mengampuni pelanggaran, kesalahan, dan dosa (Keluaran 34:6) ketika umat bertobat.Sahabat, mari kita meneduhkan diri: “Apakah masih ada berhala dalam kehidupan kita?” Berhala itu bisa saja berwujud kekuasaan, karier, harta, hobi dan lain-lain.  Jika masih ada, mari segera bertobat. Penyembahan berhala adalah suatu kekejian di hadapan Tuhan. Haleluya! Tuhan itu baik. Bersyukurlah! Berdasarkan hasil perenungan kita dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu? Apa yang Sahabat pahami tentang berhala pada zaman ini? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Jangan ada berhala dalam bentuk apa pun diantara kita. (pg)