FAT CAT

Saudaraku, nama aslinya adalah Liu Jie, anak petani dari Provinsi Hunan kelahiran 2003. Fat Cat jagoan otodidak main game online Honor of Kings, main hampir 15-18 jam per hari selama 2 tahun. Mengingat rating pointnya tinggi dia menjadi joki atau game boosting, menjalankan game atas nama orang lain, karenanya dia mendapat honor bayaran dari orang yang gamenya dijalankan, dan jumlah uang yang didapatkan ini sangat besar bagi pemuda umur 21 tahun. Nah Fat Cat juga berkenalan dengan seorang follower bernama Tan Zhu, tampilannya cantik menawan dengan polesan make-up, wajah aslinya, maaf, lihatlah sendiri di medsos. Fat Cat demikian terpesona dengan Tan Zhu, selama hampir dua tahun baru dua kali ketemuan onsite, namun Tan Zhu benar-benar merebut hatinya. Mula-mula tampilan dan mulut manis Tan Zhu menimbulkan rasa suka, lalu merebut hati dan perasaan, dan akhirnya merenggut isi kantong dan dompet Fat Cat, yakni selalu merengek minta dikirimin uang, dan Fat Cat akhirnya mentransfer nyaris seluruh hartanya sejumlah RMB 510,000 setara lebih dari Rp 1.133.897.164,-(Satu koma satu miliar lebih). Uang hasil game disetorkan ke pujaan hati, sementara itu untuk makan dia hanya membeli berbagai junkfood yang murah meriah, pokoknya asal kenyang, menimbulkan sakit penyakit dan sempat muntah darah. Di bulan April 2024 Tan Zhu minta putus hubungan, Fat Cat bagaikan layangan putus benangnya, bingung tidak tahu kemana, tapi malahan mengirimkan isi dompetnya terakhir sebesar RMB 66,000 (Rp 146 juta lebih),  konon untuk membeli bunga sebanyak 720 batang, sebagai kenangan sudah 720 hari berhubungan. Kemudian Fat Cat bunuh diri dengan cara terjun di jembatan Sungai Shihanpo Yangtze di Chongqing yang airnya dingin dan sangat deras, baru 12 hari kemudian mayatnya diketemukan. Tan Zhu setelah kejadian tersebut muncul di medsos minta maaf …  Saudaraku, ratusan bahkan ribuan orang di Tiongkok menjadi marah dan muncul rasa simpati yang meluas, bahkan beritanya disebarkan ke seluruh penjuru dunia, diberitakan juga di Amerika, Eropa dan juga di Indonesia. Ratusan penduduk Chongqing membawa rangkaian bunga ke jembatan tempat bunuh dirinya, juga banyak yang membawakan junkfood kesukaan Fat Cat terutama burger. Gara-gara publikasi Fat Cat meluas di Indonesia, diberitakan pula oleh koran Kompas, seorang amoy cantik di Kalbar memposting di Tiktok: “Oh seandainya pacarku Fat Cat, aku akan selalu setia.” Cewek lain dari Jatim bilang: “Oh pujaan hatiku, kenapa kamu ndak mau sama aku.”  Tentu masih ada ribuan komentar dan rasa gelo terutama dari cewek-cewek muda. Ya jelas, Fat Cat umur 21 tahun bisa punya uang lebih dari Rp 1,1 miliar, wajahnya ya lumayan mirip beberapa pemain Drakor, bisa setia ke satu perempuan dan selalu mengirimkan uang bagi pujaan hati, tentu ini setidaknya menjadi idaman para gadis-gadis belia. Fat Cat menjadi hero bagi ribuan, bahkan puluhan ribu gadis-gadis remaja yang mata batinnya dibutakan kemewahan harta benda. Mungkin nantinya malahan akan memantik ratusan anak muda di Indonesia untuk main MOBA multiplayer online battle arena, yakni game saling membunuh dan menyerang yang anggotanya terdiri dari satu kelompok, umumnya 5 orang, dan harus mengalahkan kelompok lainnya dengan berbagai taktik dan senjata yang disediakan oleh app penyedia game.  Di Tiongkok populer Honor of Kings, di sini Mobile Legends,  bahkan dikategorikan sebagai esports (olahraga elektronik),, dianggap sebagai olahraga otak,  tidak jelas kriterianya. Yang pasti ada turnamennya, mulai dari tingkat kecamatan Kelapa Dua Tangerang berlangsung di lapangan Dasana Indah diikuti 50 tim, hingga ada kejuaraan tingkat nasional, yang terutama, para juara akan mendapat hadiah berupa barang dan uang yang jumlahnya mencapai Rp 1,1 miliar! Katanya esports ini bisa untuk membina generasi muda … Benar begitu  Pak Pendeta? Saudaraku, mohon perhatikan!!! Anak-anak muda yang kecanduan game online, bisa main berjam-jam, hanya menunduk melihat ke handphone terutama yang layarnya besar, dan yang bergerak-gerak memainkan kursor hanya 1-3 jari tangan kanan kiri, sering kali keluar teriakan dari mulut dan reflek kaki menendang jengkel atau kesenangan. Yang olahraga sehat otaknya?  Malahan diajarkan cara-cara bagaimana hanya untuk menang, mengalahkan orang lain, bagaimana menggunakan senjata, bagaimana menembak dan membunuh, hanya itu yang diajarkan!!! Tidak ada orang yang mengajak bicara atau tegur sapa dalam game online, dunia rohani yang sebenarnya sepi, hanya ada dunia musik game yang hingar bingar memacu emosi dan pokoknya ayo jadi satu tim untuk menang perang.  Tidaklah heran di Amerika banyak orang yang terobsesi dengan game dan menganggap senjata hanya mainan, bawa senjata ke tempat-tempat umum dan menembaki membunuh orang-orang secara acak. Saudaraku, nasihatilah anak cucu kita yang kecanduan game online, bahwa ini hanya tipu muslihat iblis untuk menjerumuskan generasi muda, bukan membina generasi muda. Pengalaman bisa hebat dan banyak di game online, bahkan bisa menjadi joki menerima uang seperti Fat Cat, tapi itu semua di dunia maya. Begitu remaja beranjak menjadi pemuda, masuk di masyarakat, akan selalu ditanya: “Apa pekerjaanmu, apa sekolahmu, apa prestasimu?” Pengalaman dan ketrampilan di game online tidak bisa menjadi referensi, bagaimanakah masa depanmu nanti? Mari kita merenungkan dalam-dalam nasihat Rasul Paulus yang terdapat di 1 Korintus 15:33:  “Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik.” Apakah kita sudah berteman, bergaul, dan memiliki komunitas yang membangun kehidupan yang berkenan di mata Tuhan? Selanjutnya, sebagai orangtua, apakah kita mengenal dengan baik lingkungan pergaulan anak cucu kita? Terakhir, namun bukannya kurang penting, sebagai teman, apakah kita sudah memberikan dampak yang sesuai dengan kebenaran Firman Tuhan? Orang yang memiliki kebiasaan buruk juga memerlukan sentuhan untuk menjadi baik. Semoga dalam pergaulan, kiranya kita tidak terhanyut oleh pengaruh negatif, tetapi berpengaruh pada teman-teman secara positif.  (Surhert)

POHON KURMA

Saudaraku, mari kita membaca Mazmur 92:13-16: “Orang benar akan bertunas seperti pohon korma, akan tumbuh subur seperti pohon aras di Libanon; mereka yang ditanam di bait TUHAN akan bertunas di pelataran Allah kita. Pada masa tua pun mereka masih berbuah, menjadi gemuk dan segar, untuk memberitakan, bahwa TUHAN itu benar, bahwa Ia gunung batuku dan tidak ada kecurangan pada-Nya.” Membaca di Wikipedia tentang pohon KURMA, dapat diketahui pohon ini dapat berbuah setelah ditanam selama 4-7 tahun dan bisa dipanen ketika telah berusia 7 tahun. Jadi selama 4-7 tahun pertama pohon Kurma mengalami pertumbuhan secara tunggal atau membentuk rumpun pada sejumlah batang, menjadi pohon besar yang berukuran sekitar 15–25 m. Daunnya memiliki panjang 3–5 m, dengan duri pada tangkai daun, menyirip dan mempunyai sekitar 150 pucuk daun muda; daun mudanya berukuran dengan panjang 30 cm dan lebar 2 cm.  Pohon Kurma bila ditanam di tanah yang cocok akan tumbuh menjadi besar dan rimbun, bahkan di Mazmur 92 disejajarkan dengan pohon aras di Libanon, yang bisa setinggi 40 meter. Panjang akar pohon Kurma mencapai 25 m dan mampu menembus tanah hingga kedalaman 6 m. Di goggle disebutkan, usia pohon Kurma dapat mencapai 200 tahun, masa produktif berbuahnya mulai 15 tahun sampai 150 tahun, Pohon Kurma yang telah dewasa bisa menghasilkan 80–120 kg buah Kurma pada setiap musim panennya, jadi kalau masa produktif selama 150 tahun, dari 1 pohon Kurma dapat menghasilkan buah minimal 15.000 kg (15 ton) sepanjang umurnya. Luar biasa. Daud ketika menulis Mazmur 92:13-15 kira-kira sedang memerhatikan pohon Kurma yang berbuah lebat yang ditanam di sekitar Bait Allah, dan karena orang-orang Lewi yang melayani di situ turun temurun, maka kira-kira dapat ditanyakan kapan kira-kira pohon Kurma ditanam. Mungkin Daud kagum mendengar usia pohon Kurma, yang bisa hampir 200 tahun, lalu mungkin kira-kira membandingkan apakah ada seorang rakyatnya atau seorang anak muda yang sejak muda mengenal Tuhan, berbakti pada Tuhan seumur hidupnya, dan bisa menyaksikan kasih Tuhan melalui kehidupannya, bahkan pada masa tuanya pun masih berbuah atau menjadi saksi Tuhan, menjadi gemuk dan segar, seperti Nabi Samuel yang mengurapi Daud menjadi raja Saudara, ada ungkapan yang berbunyi: “Daripada hanya menghitung tahun-tahun Anda, lebih baik membuat tahun-tahun itu berarti”. Tampaknya, itulah yang dilakukan oleh seorang nenek bernama Sheilla Thomson dari Inggris, yang di usia 105 tahun masih setir mobil. Ia masih mengendarai mobilnya setiap minggu untuk pergi ke gereja bersama teman-temannya yang semuanya berumur lebih dari 80 tahun. Untuk bisa tetap mengemudi, ia selalu memperbarui SIM-nya secara berkala. Terakhir ia memperbaruinya pada saat usianya 101 tahun. Ia sangat berharap agar pihak yang berwenang tidak mencabut SIM-nya. Ia mengatakan dengan penuh semangat: “Saya berharap pihak berwenang tidak mencabut SIM saya, sebab itu akan sangat buruk. Saya tidak mungkin pergi lagi ke gereja dan melakukan banyak hal”. Kisah hidup nenek Sheilla Thomson ini merupakan salah satu bukti bahwa usia tua tidak selalu identik dengan loyo, sakit-sakitan, patah semangat, dan malas. Sebaliknya, di usia tua meski secara fisik melemah tetap dapat memiliki semangat dan tetap produktif. Hal itu menunjukkan kepada kita bahwa, ketika usia makin bertambah dan kekuatan makin melemah, Allah tetap melimpahkan kekuatan-Nya supaya kita, umat-Nya makin banyak berbuah sebagaimana terdapat dalam bacaan kita pada hari ini.  Saudara, dunia mungkin memberi batas untuk kita bisa beraktivitas, melayani dan bersaksi, tetapi tidak demikian bagi Tuhan. Berapa pun umur kita, Tuhan tetap menjanjikan kasih dan kesempatan untuk kita terus bersaksi dan melayani. Ia akan tetap memakai kita secara luar biasa tanpa melihat berapa pun usia kita sehingga masa tua sekalipun akan tetap menjadi masa-masa penuh sukacita bagi kita. Apakah Saudara pernah berpikir bahwa pelayanan Saudara bagi Allah dan sesama akan berakhir tatkala memasuki usia senior? Semoga kita semua memiliki moto hidup:  “Hidup Berbuah Bagi Kristus Sampai Akhir Hidup” (Surhert).

PLERED

Saudaraku, saat jalan Tol Cikampek–Purwakarta–Padalarang (Cipularang) belum dibangun pada tahun 2005, beberapa kali aku mengajak keluarga berlibur dari Jakarta ke Bandung mesti menempuh jalan arteri Cikampek, masuk kota Purwakarta, sering macet di depan pasar, lalu keluar mengikuti jalur jalan yang menanjak dan berliku ke arah Padalarang.  Dalam perjalanan yang penuh nuansa hijau di sepanjang jalan ini pasti lewat kota kecil Plered, yang terkenal sejak zaman Kolonial sebagai pusat kerajinan gerabah dari tanah liat, karena memang bahan lempung atau tanah liat warna putih ada di sekitar Plered. Bila anak-anak tidak sedang mengantuk di mobil, aku sering berhenti di Plered untuk mengajak anak-anak melihat pembuatan gerabah, sering ke kios Keramik Mulya, karena di bagian belakangnya bisa melihat karyawan mengerjakan gerabah. Anak-anak senang melihatnya, bagaimana lempung diletakkan di meja pemutar, diputar dengan piringan yang digerakkan kaki, dan lempung dibentuk dengan tangan pengrajin, tahu-tahu muncul gerabah, entah itu kuali atau pot.  Kalau istri melihat ini, pasti senyum-senyum ingat film Ghost (1990), adegan romantis Patrick Swayze dan Demi Moore membuat pot dengan iringan soundtrack Unchained Melody dari The Righteous Brothers. Dari beberapa kali ngomong-ngomong dengan Pak Pengrajin, dia mesti punya rencana mau membuat gerabah dalam bentuk apa, jika ingin membuat pot bunga atau kuali setinggi 50 cm atau 80 cm, mesti ada persiapan lempung yang cukup. Jadi tidak bisa jika sudah ada rencana mau bikin pot 50 cm, mendadak dirubah menjadi 80 cm. Pot setengah jadi tidak bisa dibiarkan setengah kering lalu ditambah lempung baru, karena adonan baru tidak akan bisa menempel di yang lama. Sekali rencana mau membuat apa ya mesti sampai selesai, tidak bisa ditinggal-tinggal karena hasilnya tidak bisa mulus. Kemudian ada proses lanjutan, yakni dijemur supaya kering, dihaluskan, diberi warna-warni dan dibakar, bisa memakan waktu hingga 5-7 hari ke depan.  Saudaraku, di Yeremia 18 ada juga kisah tentang tukang periuk, Yeremia datang kesitu dan melihat cara pembuatannya, apabila bejana, yang sedang dibuatnya dari tanah liat itu rusak, maka tukang periuk itu mengerjakannya kembali menjadi bejana lain menurut apa yang baik pada pemandangannya.  Sedangkan di surat Roma 9:21 menyebutkan: Apakah tukang periuk tidak mempunyai hak atas tanah liatnya, untuk membuat dari gumpal yang sama suatu benda untuk dipakai guna tujuan yang mulia – yang harganya mahal, dan suatu benda lain untuk dipakai guna tujuan yang biasa – yang harganya umum atau pasaran? Saudaraku, jadi pengrajin gerabah mempunyai hak dan rencana dalam membuat sesuatu kerajinan, yang dihasilkan bisa bermacam jenis, mulai dari hiasan rumah tangga, kendi air, pot celengan bentuk ayam, gentong air, kuali atau dandang hingga pot bunga yang tinggi hingga 1 meter, dan tentunya masing-masing barang yang dihasilkan akan memiliki harga jual yang berbeda.  Pengrajin bisa membuat apa saja dengan lempungnya, tergantung atas pesanan, atau saat itu sedang laris barang apa, namun yang paling umum dan pasti ada pembelinya ya kendi, celengan, pot bunga dan gentong air.  Tuhan Allah Mahapencipta mungkin dapat diibaratkan sebagai tukang periuk atau pengrajin gerabah yang berhak membuat segala sesuatu sesuai keinginan dan kehendak-Nya. Mungkin saat ini Tuhan menempatkan kita sebagai pejabat di pemerintahan, bisa juga sebagai pegawai di kantor kelurahan, atau sebagai orang kantoran, atau  sebagai ibu rumah tangga, atau sebagai yang berdagang di pasar, dan masih banyak lagi. Tapi yang jelas posisi dan kondisi kita saat ini ada bukanlah sebagai suatu kebetulan atau asal-asalan, tapi ada maksudnya dari Tuhan. Nah Saudaraku, apakah kita mengetahui maksud Tuhan terhadap diri kita masing-masing saat ini? Kita sedang menjadi dan melakukan apa saat ini, sadarkan kita? Jika kita sadar bahwa Tuhan menghendaki sesuatu dari kita, maka mestinya kita tidak mudah hanyut atau larut terhadap godaan-godaan dari dunia.  Misalkan kita bekerja di lingkungan yang selalu menggoda untuk melakukan tindakan korupsi, tapi kalau kita sadar bahwa kita adalah anak Tuhan yang telah ditebus dari dosa melalui pengorbanan Kristus di kayu salib, maka kita akan tetap berdiri tegas menolak godaan untuk ikutan melakukan korupsi. Godaan-godaan dari dunia untuk melakukan dosa semakin banyak dan semakin sering, tapi dapatkah kita selalu BERDIRI TEGUH UNTUK MENOLAKNYA? (Surhert)

POHON YANGLIU

Saudaraku, mari kita membaca kitab Imamat (Leviticus) 23:40 (ESV):  “And you shall take on the first day the fruit of splendid trees, branches of palm trees and boughs of leafy trees and willows of the brook, and you shall rejoice before the LORD your God seven days.”  Agak surprise  bagiku, ternyata kitab Imamat 23:40 menyebutkan adanya pohon Willow atau Yangliu di daerah Palestina sana, karena selama ini aku berpikir pohon Yangliu ini merupakan pohon khas tanah Tiongkok, Jepang dan Korea. Di Alkitab TB pohon Yangliu diterjermahkan sebagai pohon Gandarusa, yang di Wikipedia Gandarusa merupakan tumbuhan perdu tropis yang biasa dijumpai di pekarangan rumah, baik sendiri atau sebagai pagar hidup. Yángliǔ – ini pinyin-nya atau Willow, dalam puisi-puisi Tiongkok disebut sebagai lambang musim semi, tumbuhan yang bisa berayun-ayun atau bending mengikuti angin, jadi menimbulkan nuasa romantis, namun kadang dikaitkan dengan kesedihan, seperti di dua cuplikan puisi tenar dari zaman Dinasty Tang: In her evening song, I heard the willow breaking, For those who feel sadness at thought of home. (Dalam lagunya di malam hari, aku mendengar  ranting pohon Yangli patah. Bagi mereka yang merasa sedih memikirkan jauh dari rumah) Karya pujangga Li Bai李白(701-762 Masehi) Autumn came and your expression began to change. I couldn’t love the poplar and willow blossoms when Spring came and your softness was gone. (Musim gugur tiba dan ekspresimu mulai berubah. Saya tidak bisa menyukai lagi bunga Poplar dan Yangliu ketika musim Semi tiba dan kehadiranmu yang lembut telah tiada)  Karya pujangga Bai Juyi 白居易  (772–846 Masehi) Saudaraku, mari kita renungkan Imamat 23:23-44.  Salah satu hari raya penting untuk diperingati Israel ialah hari raya Pendamaian (Ayat 27-32; lihat Imamat 16), yang diadakan pada hari ke-10 dalam bulan ke-7.Ternyata ada tiga perayaan yang saling terkait pada bulan itu.  Hari pertama merupakan hari perhentian penuh (Ayat 24), lalu hari ke-15 sampai ke-21 adalah hari raya Pondok Daun (Ayat 33-44). Jelas sekali bahwa perhentian yang dilakukan umat sehingga tidak boleh bekerja sama sekali (Ayat 24, 32, 39) menunjuk pada relasi manusia dengan sesama, dengan Tuhan, dan dengan alam.  Puncaknya ada pada ibadah raya yang sangat akbar. Ibadah raya tersebut dibuat untuk mengingat sebuah pendamaian, yaitu kehidupan yang berdamai antara manusia dengan Tuhan, sesama, dan alam. Dasar perayaan akbar ini ialah Tuhan sendiri yang memperdamaikan manusia kepada diri-Nya.Segala unsur perayaan merupakan respons manusia yang sudah diperdamaikan dengan Tuhan. Oleh karena manusia sudah diperdamaikan dengan Tuhan maka manusia bisa berdamai dengan dirinya dan sesamanya, juga dengan alam tempat mereka hidup. Maka wujud perayaan akbar yang dimulai dengan segala keseriusanmembereskan dosa dan kenajisan, diakhiri dengan sukacita tak terhingga karena Tuhan telah memberkati mereka melalui hasil alam yang permai: “… dan kamu harus bersukaria di hadapan TUHAN, Allahmu, tujuh hari lamanya.” (Ayat 40).  Liturgi dalam merayakan hari raya-hari raya ini telah ditetapkan, dan di dalam liturgi tersebut tersirat hubungan yang holistis antara Tuhan, manusia dan sesamanya, serta alam. Itulah liturgi yang sangat indah.Saudaraku, gereja merupakan agen Allah untuk mewujudkan perdamaian yang umat sudah terima di dalam Kristus, yang mewujud dalam tindakan-tindakan berdamai dengan sesama manusia dan dengan alam. Lalu apa yang harus kita lakukan? Jangan lupa terlibat dalam upaya untuk mendorong perbaikan-perbaikan relasi jemaat dengan sesama manusia. Jangan lupa juga  mengingatkan tanggung jawab untuk memperbaiki alam yang sudah dirusak oleh tangan-tangan manusia yang tidak bertanggungjawab. (Surhert).