PENYERTAAN TUHAN TAK BERUBAH
Saudaraku, dalam Kitab Perjanjian Lama (PL) kita melihat banyak sekali Tuhan menolong bani Israel dan membangkitkan puluhan pahlawan bangsa yang heroik dan legendaris. Misalnya: Musa yang membelah Laut Teberau sehingga bani Israel bisa menyeberangi laut menghindari kejaran Firaun. Yosua memimpin orang Israel menyeberang Sungai Yordan dan air sungai berhenti hingga 25 km ke hulu. Yosua juga pernah memerintahkan agar matahari tidak bergerak ke arah terbenam hingga perang dimenangkan. Daud dengan umban atau katapel mengalahkan raksasa Goliat. Ester si anak yatim orang Yahudi bisa menjadi ratu dari Raja Persia dan membalikkan rencana genosida terhadap bangsa Israel yang diskenariokan oleh Haman bin Hamedata, dan menjadi kemenangan bagi orang Israel sehingga sampai hari ini peristiwa itu diperingati sebagai hari raya Purim. Namun di zaman Perjanjian Baru (PB) kita seperti melihat Tuhan mengizinkan bani Israel dikalahkan, tidak ada lagi kisah heroik para pahlawan karena terjadi penyaliban Yesus. Saat itu para pemuka bangsa Israel bersumpah di depan Pilatus dan segenap rakyat itu menjawab: “Biarlah darah-Nya ditanggungkan atas kami dan atas anak-anak kami!” (Matius 27:25). Selanjutnya sejarah mencatat kisah kelam Israel pasca PB: Jenderal Titus menyerbu Yerusalem pada tahun 70 Masehi dan menghancurkan Bait Allah Yerusalem yang dibanggakan orang Israel hingga saat ini. Orang Yahudi terserak ke seluruh dunia setelah 3 tahun memberontak terhadap kekaisaran Romari. Berawal dari seorang ahli kitab Yahudi yang berhasil meyakinkan Dewan Sanhedrin Yahudi untuk mendukung pemberontakan yang dipimpin oleh Simon Bar Kokhba, yang diyakini sebagai Mesias Yahudi, sesuai nubuatan Kitab Bilangan 24:17. Akibat peristiwa ini, 580.000 orang Yahudi terbunuh, 50 kota benteng dan 985 desa diratakan dengan tanah, ribuan orang Yahudi dijual dijadikan budak belian. Saat Perang Dunia II, Adolf Hitler menangkap jutaan orang Yahudi dan membinasakannya dalam kamp-kamp konsentrasi, ini jumlah korbannya jauh lebih besar daripada seluruh orang Yahudi yang mati dalam perang yang diceritakan dalam Alkitab (PL dan PB). Saudaraku, kalau kita merenungkan penyertaan Tuhan, sepertinya kita melihat “perbedaan” sikap Tuhan pada orang Israel. Jika dahulunya Tuhan nampak begitu perkasa membela orang Israel, mengapa Tuhan seakan makin menjadi acuh dan tak peduli dengan perjuangan orang Yahudi? Sudah berubahkah Tuhan? Saudaraku, saat memperingati HUT ke-52 Yayasan Christopherus kita perlu mengingat perjuangan para pendiri pada masa lalu dengan segala kelemahan dan kekurangannya dapat bersatu mendirikan Yayasan Christopherus. Setelah 52 tahun berlalu, Yayasan Christopherus tetap teguh berdiri meskipun Presiden Indonesia sudah 7 kali berganti. Jasa dan pengorbanan para pendiri memang perlu dikenang, namun itu jangan sampai hanya menjadi kisah heroik dan legendaris seperti kisah heroik penyertaan Tuhan dalam PL yang pada akhirnya di zaman PB “seakan-akan” melemah. Bukankah kita meyakini bahwa penyertaan Tuhan berlaku selamanya? Tantangan memang sedang dihadapi dimana : Dana operasional Yayasan Christopherus semakin terbatas. Makin sulit mendapatkan SDM baru dan segar karena anak-anak muda saat ini tidak mudah diraih untuk menjadi mitra pelayanan Sadar akan tantangan yang akan dihadapi pada tahun mendatang, mari kita semua berdoa agar Yayasan Christopherus tetap teguh melayani dan terus menjadi berkat walau perjuangan semakin tidak mudah. Justru dalam segala kelemahan ini, Yayasan Christopherus perlu untuk terus makin sadar dan bersandar pada pertolongan Tuhan. Mungkin kisah heroik di masa awal Yayasan Christopherus berdiri tak lagi dialami setiap saat, namun pertolongan Tuhan dalam “hal kecil” tak akan pernah berhenti. Tuhan masih menyertai sampai saat ini. Saudaraku, siapa pun yang terlibat dalam Yayasan Christopherus perlu untuk merenungkan ayat ini: “Jadi kami ini (seluruh rekan dalam Yayasan Christopherus.red) adalah utusan-utusan Kristus, seakan-akan Allah menasihati kamu (para pembaca sekalian dan jemaat gereja yang dilayani.red) dengan perantaraan kami; dalam nama Kristus kami meminta kepadamu: berilah dirimu didamaikan dengan Allah.” (2 Korintus 5:20). Yayasan Christopherus datang untuk membawakan kabar perdamaian bagi kita semua dari belenggu dosa, dan dapat berubah menjadi Saksi Kristus. Tetaplah berjuang membawa kabar baik dan Tuhan akan menyatakan penyertaan-Nya sesuai dengan cara-Nya yang Ajaib. Kisah heroik perjuangan pembawa kabar baik akan terus dituliskan oleh Yayasan Christopherus dari zaman ke zaman sesuai dengan pergumulannya. Percayalah bahwa pernyertaan Tuhan tak akan berubah. (Surhert).
TAK ADA LAGI RAHASIA
Saudaraku, tidak banyak manusia yang mau mengakui cerita hidupnya dengan terus terang apalagi kalau rahasia itu berkaitan dengan citranya dalam masyarakat. Setiap manusia memiliki rahasia hidup namun tak ada satupun yang tersembunyi di hadapan Tuhan. Mari merenungkan Yohanes 4:1-42. Perempuan Samaria yang tak disebut namanya itu mempunyai “rahasia” yang membuatnya memisahkan diri dari komunitasnya selama ini. Ia sengaja selalu mengambil air di sumur pada jam dua belas siang agar tak bertemu manusia di sana karena ia menyimpan ”rahasia” yang membuat citranya hancur berantakan di hadapan masyarakat yang kuat memegang tradisi. Mungkin saja apa yang dilakukannya sudah diketahui masyarakat sehingga menjadi rahasia umum, namun jelas perempuan itu menjaga ruang privatnya agar citra dirinya tidak makin rusak. Siang itu ada seorang Lelaki Yahudi yang kehausan duduk di sumur itu sendirian dan memintanya mengambilkan air lalu mengajaknya bercakap. Perempuan itu terhenyak saat “rahasia” yang disimpan begitu rapat pada akhirnya dibongkar oleh Orang Asing itu. Lelaki itu mengetahui bahwa ia bukan perempuan yang baik karena ia sudah lima kali “bersuami” tanpa pernikahan. Perempuan itu langsung menyadari bahwa Lelaki Yahudi itu adalah Mesias karena berhasil membongkar apa yang selama ini ditutupinya dan bahkan membebani hidupnya. Ia merasakan pengertian dan penerimaan Yesus walau Yesus sendiri tidak menyetujui perbuatan rahasianya itu. Perempuan Tanpa Nama pulih dan berani bertemu orang banyak tanpa terbebani dengan “rahasia”-nya, menerima dirinya sendiri dan meyakinkan banyak orang untuk bertemu Yesus, Mesias itu. Ia pulih saat ia membuka ruang bagi Yesus untuk menguraikan semua yang ditutupinya selama ini. Saudaraku, manusia selalu memiliki ruang privat yang menyimpan rahasia hidupnya, hal yang tidak ingin dibagikannya kepada orang lain termasuk orang terdekatnya. Seringkali rahasia itu membuat manusia memiliki beban, merasa terkungkung dan tidak nyaman karena ia berusaha keras menjaga citra baik di depan orang banyak. Namun serapat apa pun seorang menyimpan rahasia, Tuhan tidak pernah melihatnya sebagai rahasia karena semua peristiwa kehidupan itu terbuka di hadapan-Nya. Di hadapan Tuhan semua terbuka dan terlihat, maka percuma kalau manusia menyimpan rahasia di hadapan Tuhan. Maka manusia harus mulai berani membuka beban, kisah kelam, perbuatan dosa kepada Tuhan, ia akan menerima kelegaan seperti Perempuan Tanpa Nama itu. Saat kelegaan dirasakan, manusia akan mampu menjadi manusia yang menerima dirinya dan bahkan memengaruhi sekitarnya dengan sikap positif. Sekelam apa pun rahasia yang dimiliki, berilah ruang Tuhan untuk bekerja dalam kehidupan agar hati lega dan mengalami pemulihan sebagaimana Yesus sendiri berkata: ”Datanglah kepada-Ku kamu semua yang lelah, dan merasakan beratnya beban; Aku akan menyegarkan kamu.” (Matius 11:28, versi BIS). Selamat bertumbuh dewasa. Oh ya, selamat HUT ke-52 Yayasan Christopherus. (Ag)
The Cleansing Flow
Saudaraku, dalam perjumpaan kita yang pertama, mari ini kita merenungkan Mazmur 1:1-6 dengan penekanan pada ayat 3: “Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil. Seorang nenek yang berumur 90 tahun, baru saja mendapatkan hadiah kesetiaan dari Gereja, karena satu kali pun tidak pernah izin dari ibadah hari Minggu. Ketika pulang, Sang Cucu yang beberapa kali mengantar neneknya bertanya kepada neneknya : “Mengapa Nenek sangat suka datang ke gereja? Apa nenek bisa mengikuti puji-pujian yang dinaikkan (karena banyak lagu-lagu baru) dan mengerti tentang Firman Tuhan yang disampaikan?” Sang Cucu bertanya, karena dia tahu betul neneknya sudah sulit untuk mendengar dan melihat dengan baik. Dengan tersenyum, Sang Nenek hanya menyuruh Sang Cucu mengambilkan sebuah tas belanja yang terbuat dari anyaman, lalu meminta cucunya untuk mengambilkan air menggunakan tas anyaman tersebut, dan menuangkannya dalam sebuah ember. Beberapa kali Sang Cucu mengambil air tersebut, tetapi airnya selalu tidak terisi dengan penuh (airnya selalu tercecer karena banyak lubang dari tas anyaman tersebut). Tiga puluh menit berlalu, Sang Cucu mulai kelelahan, hingga berkata kepada neneknya: “Mengapa Nenek menyuruh saya melakukan hal yang tidak berguna ini? Saya bahkan tidak tahu sampai kapan air dalam ember ini akan penuh karena air yang saya bawa dalam tas anyaman ini banyak yang tercecer, habis dalam perjalanan.” Dengan lembut Sang Nenek itu berkata, “Mengapa kamu berkata apa yang kamu lakukan itu tidak berguna? Coba sekarang kamu lihat apa yang terjadi di dalam tas anyaman tersebut?” Dengan kaget, cucunya berkata: “Nek, tasnya jadi bersih, tadinya kotor karena selalu dipakai untuk belanja di pasar.” Nenek tersebut lalu menjelaskan kepada cucunya: “Demikian juga dengan hidup rohani kita. Mungkin benar apa yang kamu katakan, kalau nenek tidak bisa mengikuti nyanyian dengan baik. Banyak lagu-lagu yang nenek tidak tahu. Sama halnya dengan Firman yang disampaikan Bapak Pendeta, nenek memang tidak paham, karena nenek tidak bisa mendengar dengan baik. Tapi tahukah Cu, seperti tas yang kamu pakai untuk mengambil air terus menerus, demikian juga dengan hati nenek yang selalu disirami dengan pujian dan kebenaran Firman Tuhan, akan dibersihkan hingga bersih.” Dari cerita tersebut kita bisa belajar bahwa pujian dan kebenaran Firman Tuhan adalah alat yang bisa kita gunakan untuk membersihkan hati dan pikiran kita dari hal-hal yang jahat. Seperti janji-Nya di dalam Mazmur pasal 1, akan ada perbedaan dari orang-orang yang mau menyediakan waktu untuk Tuhan (orang benar), dengan orang yang selalu sibuk dengan dirinya sendiri (orang fasik). Orang benar hidupnya akan selalu berbuah dan menjadi kesukaan (berkat) bagi banyak orang, sebaliknya orang fasik hanya akan menjadi batu sandungan bagi banyak orang. Kiranya pujian yang kita naikkan kepada Tuhan dan Firman Tuhan yang kita baca serta merenungkan setiap hari akan seperti aliran yang terus menerus membersihkan hati dan pikiran kita. Perenungan : Apakah kita mau senantiasa menyediakan waktu untuk memuji dan merenungkan Firman Tuhan setiap hari? Pesan: Bagi kakak, adik, dan anak-anak yang ingin belajar musik dan vokal, silakan bergabung dengan Sekolah Musik Christopherus. Hubungi HP.: 081292081227. (Inthan)
Supaya orang yang masuk dapat MELIHAT CAHAYANYA. Meme Firman Hari Ini.
Mereka yang MENDENGARKAN NASIHAT mempunyai HIKMAT. Meme Firman Hari Ini.
HOME SWEET HOME
Saudara, aku ingin menyaksikan pekerjaan Tuhan bagi kelompok yang terpinggirkan di sekitar gereja kami. Sekitar awal 1986 gereja kami mulai merintis pelayanan cell group, khususnya untuk menjangkau keluarga-keluarga yang tinggal di gang-gang sempit di kawasan jalan Labu yang padat di belakang gereja. Mereka umumnya tinggal di rumah yang sederhana. Jalanan di depan rumah hanya cukup untuk berpapasan becak dan gerobak tukang sayur. Got yang sering mampat dan bau, juga beberapa kali saat hujan deras pasti banjir menggenang. Pernah ada beberapa anggota jemaat yang mencoba pelayanan ke mereka, membagikan sembako dan mengajak ke gereja, namun nyaris nihil. Mereka minder bila mesti datang ke gereja di hari Minggu, karena mungkin tidak memiliki pakaian yang warnanya cerah tidak pudar, juga mungkin lebih banyak yang pakai sandal jepit atau sandal Asahi, sandal dari plastik yang dipakai asal kaki diselobokkan saja. Sementara angota gereja banyak yang datang memakai mobil maupun motor, dan yang kaum perempuan mungkin memakai parfum yang baunya dapat dibaui dalam jarak 2 meter. Tentu ada perbedaan strata sosial dan ukuran kantong … Namun bagaimanapun setiap jiwa dipandang sangat berharga oleh Tuhan, tapi bagaimana menjangkau mereka? Ini yang perlu dipikirkan dan direnungkan. Suatu hari ada seorang encik usia 50 tahun lebih, ibu Chai Mei, seorang janda yang baru ditinggal mati oleh suaminya. Saat dia mengalami kesusahan, ada beberapa anggota gereja yang mengenalnya melayat, dan ibu Chai Mei terkesan sekali dengan perhatian yang diberikan. Kemudian dia percaya pada Tuhan dan mengatakan kepada bapak Gembala Sidang bahwa dia ingin mempersembahkan rumah sederhana yang disewanya agar dapat dijadikan tempat pelayanan bagi tetangga sekitarnya. Ada sebuah peluang yang baik, namun bagaimana strategi yang mesti dipilih, karena tingkatan sosial dan budaya lingkungan yang akan dilayani berbeda dengan kondisi jemaat. Beberapa orang guru Sekolah Minggu (SM) yang aktif di Komisi Pemuda mengambil kesempatan ini, mereka dari kalangan menengah saja, menjadi guru SM biasa blusukan ke rumah murid-murid membawa gitar mengajak memuji Tuhan, juga kalau ngomong ya pakai bahasa yang mudah dimengerti. Ternyata kehadiran anak-anak muda ini mudah diterima oleh ibu Chai Mei dan tetangganya, ngobrol dengan bahasa sehari-hari, mengajak menyanyi gembira memuji Tuhan dengan bertepuk tangan, dan Firman Tuhan juga disampaikan oleh para guru SM ini, bukan oleh rohaniwan yang mungkin memakai istilah-istilah teologi yang rumit. Hadirin yang datang mencapai 25 orang kadang lebih, dari kalangan tua maupun anak muda, sedangkan tim yang berkunjung 3-5 orang, ruangan yang sempit, tidak cukup meskipun duduk di tikar hampir jongkok. Jadilah seminggu dua kali diadakan persekutuan, jadi semua dapat hadir. Dari rumah kontrakan sederhana dan sempit akhirnya menjadi “home sweet home” bagi warga, karena dari tempat ini dapat mendengarkan berita tentang keselamatan dan penebusan Tuhan Yesus untuk umat yang berdosa. Dan dari rumah ini pula timbul kerinduan dan keberanian dari warga untuk datang beribadah di gereja pada hari Minggu, khususnya di kebaktian pagi jam 6.30 dan jam 18.00 petang. Berjalan beberapa bulan, beberapa warga yang hadir tergerak ikut kelas katekisasi. Gembala Sidang dengan senang segera mengadakan kelas khusus katekisasi, tidak menunggu berlama-lama sesuai jadwal regular katekisasi yang rutin diadakan setahun 2 kali. Akhirnya pada tanggal 7 Desember 1986 Gembala Sidang dapat membaptis 22 orang anggota persekutuan jalan Labu dalam Kebaktian Minggu di gereja jam 6.30 dan 18.00. Inilah awal cell grup yang ada di gereja kami. Saat acara baptisan jam 18.00 aku berkesempatan menjadi juru foto baptisan. Foto anggota baptisan dengan Gembala Sidang dan Ibu ternyata menjadi salah satu foto paling bersejarah di gereja kami, karena menunjukkan bagaimana Tuhan juga mengasihi warga dari kalangan sosial yang berbeda dan kemudian para warga ini ternyata dapat bergaul dengan anggota jemaat yang ada. Saudaraku, jadi foto sejarah gereja bukan tentang gedung gereja yang dibangun atau peresmian, atau pas ada retret atau KKR, tapi foto baptisan. Beberapa puluh tahun kemudian aku juga melihat foto ini disimpan oleh Pak Gembala Sidang di salah satu albumnya, sebagai kenangan yang manis dalam perjalanannya sebagai Hamba Tuhan. Oh ya, mari kita hayati dengan mendalam penggalan perumpamaan yang dituturkan oleh Tuhan Yesus: “Siapakah di antara kamu yang mempunyai seratus ekor domba, dan jikalau ia kehilangan seekor di antaranya, tidak meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di padang gurun dan pergi mencari yang sesat itu sampai ia menemukannya?” (Lukas 15:4). Selamat HUT Ke-52 Yayasan Christopherus. Pf.: 3 Mei 2024. Dukunglah pelayanan Yayasan Christopherus dengan DOA, DANA, dan KARYA. (Surhert).
PRASASTI HAGAI
Saudaraku, di salah satu gereja di Semarang saat dedikasi gedung gereja di tahun 1960 dibuatlah prasasti dari marmer dan ditempelkan di tembok. Teks prasasti diambil dari Hagai 1:8: “Jadi naiklah ke gunung, bawalah kayu dan bangunlah Rumah itu; maka Aku akan berkenan kepadanya dan akan menyatakan kemuliaan-Ku di situ, firman TUHAN.” Pemilihan ayat Alkitab di prasasti itu tentu sudah menjadi pergumulan Gembala Sidang, Ketua Majelis dan Panitia Pembangunan pada saat itu. Nah, yang agak aneh, karena umumnya gereja kalau membuat prasasti biasanya mengutip dari Yesaya 56:7: “… rumah-Ku akan disebut rumah doa bagi segala bangsa”, atau ayat-ayat lain yang mirip, sedangkan prasasti dengan ayat Hagai 1:8 jelas mengingatkan warga jemaat di situ agar tetap membangun Rumah Tuhan, dan Tuhan akan berkenan. Aku coba bertanya-tanya mengapa ayat itu dipilih, tidak ada yang bisa memberikan latar belakangnya, bahkan di sejarah pendirian gereja juga tidak disebutkan kapan gereja didirikan, karena gereja ini rupanya tidak memerhatikan bidang pencatatan sejarah gereja, bahkan di websitenya pendirian gereja dituliskan berdasarkan visi penglihatan. Jadi asal mula pendirian gereja tidak diketahui dengan jelas. Saudaraku, rupanya visi agar jemaat di situ tetap membangun Rumah Tuhan menjadi gema sepanjang masa bagi jemaat. Jumlah anggota jemaat yang sekitar 300-400 orang, bukan semuanya dari warga kelas atas, sering dalam perjalanannya kekurangan dana, dan gereja dibiarkan jemaat sedemikian saja. Seperti hingga tahun 1970 gereja tidak memiliki pompa air Sanyo, tapi tetap memakai pompa air engkol Dragon yang dipompa setelah memasukkan air pancingan, dan air dialirkan ke tangki atas. Sering kekurangan air kalau pas hari Minggu, dan toiletnya, maaf, mirip toilet di tempat-tempat umum pada umumnya. Suatu ketika seorang rohaniwan memasukkan persembahan dan menulis di amplop sebagai perpuluhan, nilainya Rp 12.500. Itu berarti honor rohaniwan sebesar Rp 125.000. Kontrakannya di gang sempit dan kendaraan dinasnya sepeda merk Butterfly. Aku lihat saat itu beberapa orang anggota jemaat agak marah mengapa kondisi SDM gereja kok begitu. Gaji terlalu mepet, tentu tidak bisa membeli buku-buku referensi untuk bahan khotbah. Namun Tuhan rupanya juga menjaga gedung gereja-Nya, hingga jarang terjadi adanya bocor atap ataupun cat tembok yang terkelupas, tapi pencuri masuk pernah ada dan speaker gereja lenyap. Aku perhatikan lagi, jika ada anggota jemaat yang berkecukupan dan dia memberikan persembahan bagi gereja untuk renovasi atau pembangunan, eh ternyata gerakan dari perseorangan ini segera didukung anggota-anggota lainnya, jadi potensi dana sebenarnya ada. Aku perhatikan lagi, ternyata anggota-anggota jemaat yang mau mempersembahkan uangnya untuk gereja malahan nampak usaha bisnisnya semakin maju, jadi benarlah visi di prasasti bahwa siapa yang membawa kayu dan membangun Rumah Tuhan, maka Tuhan akan berkenan kepadanya dan berkat dicurahkan. Dahulu aku masih muda, duduk di kelas Sekolah Minggu, Remaja dan kemudian Pemuda, namun aku bisa melihat upaya-upaya anggota jemaat dalam menjaga kelangsungan gereja di situ. Namun setelah puluhan tahun kemudian aku bisa melihat bagaimana janji Firman Tuhan digenapkan khusus bagi orang-orang anggota jemaat di situ yang percaya dan mau melaksanakan mandat Firman Tuhan yang ditulis di Kitab Hagai 1:8, hingga hari ini. Saudaraku, Firman Tuhan adalah kekal. Kitab Hagai ditulis sekitar tahun 520 SM sesaat setelah orang-orang Israel kembali dari pembuangan di Babel. Saat itu Tuhan menghendaki adanya Pembangunan Bait Allah, dan Firman ini disampaikan kepada Zerubabel dan Iman Besar Yosua yang menjadi pemimpin orang Israel. Mereka taat untuk membangun kembali Bait Allah. Ribuan tahun kemudian, hingga tahun 1960 amanat pembangunan itu dipilih dan ditulis dalam prasasti pembangunan gereja, dan JANJI TUHAN TETAP BERLAKU bagi jemaat-Nya hingga kini. Selamat HUT Ke-52 Yayasan Christopherus. Pf.: 3 Mei 2024. Dukunglah pelayanan Yayasan Christopherus dengan DOA, DANA, dan KARYA. (Surhert).
Conquer Problems with God’s Power
TANTANGAN. Di dalam perjalanan pelayanan murid-murid Kristus yang ditulis dalam Alkitab, tidak ada seorang pun yang berjalan dengan mulus, tanpa tantangan. Penderitaan selalu menghadang dan harus dilewati demi tercapainya misi Allah melalui diri mereka. Rasul Paulus banyak menuliskan berbagai penderitaan yang dialaminya. Mungkin tidak ada manusia yang menginginkan penderitaan, termasuk Paulus sebagaimana yang ditulisnya dalam 2 Korintus 12:8. Dalam mengerjakan tugas pelayanan kita sering menimbang-nimbang berat tidaknya bagian-bagian tugas yang harus kita kerjakan. Mungkin tidak ada yang dengan sengaja memilih untuk mengerjakan yang sukar. Seorang siswa yang akan masuk ke Perguruan Tinggi, cenderung memilih jurusan yang sesuai dengan bidang minat dan kemampuan. Di satu sisi hal itu ada benarnya. Namun di sisi lain, sesungguhnya itu merupakan potret manusia yang tidak mau mengalami kesusahan. Manusia pada umumnya tidak mau meninggalkan zona nyaman dengan memilih hal-hal yang diperkirakannya tidak akan kesulitan mengerjakannya. Kalau pun ada, ia tergolong manusia luar biasa. MANUSIA LANGKA. Rasul Paulus termasuk salah seorang sosok manusia langka tersebut. Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab Zakharia dengan topik: “Conquer Problems with God’s Power (Taklukan Masalah dengan Kekuatan Allah)”. Bacaan Sabda diambil dari Zakharia 4:1-14. Sahabat, kita tahu merintis pelayanan bukan tugas yang mudah. Ada banyak kendala yang bisa melunturkan semangat. Halangan, mulai dari kerikil sampai batu besar, bisa datang bergantian menghadang. Namun, di tengah situasi itu, kita harus tetap yakin bahwa Allah akan selalu memimpin.Zerubabel mendapat tugas untuk membangun Bait Allah dan umat-Nya (Ayat 9). Mereka, yang kembali ke tanah perjanjian, bersusah payah untuk membangun kembali tanah leluhurnya dari reruntuhan.Namun, setelah sekian lama, mereka lupa tugas utamanya sebagai umat, yaitu beribadah. Akan tetapi, permasalahannya adalah Bait Allah telah lama runtuh. Lalu, di mana mereka harus beribadah?Tuhan hendak memakai Zerubabel untuk menyadarkan umat Yehuda agar mulai membangun Bait Allah. Namun, orang-orang yang dihadapi Zerubabel bagaikan gunung batu besar. Oleh karena itu, tugas Zakharia adalah menyampaikan janji Allah kepada Zerubabel bahwa ia akan menyelesaikan tugas tersebut bukan karena kuat dan perkasanya, melainkan karena Allah (Ayat 6). Dalam hal ini, Roh Allah akan meneguhkan setiap perkataan Zakharia kepada Zerubabel. Zerubabel dan Yosua adalah dua dahan pohon zaitun itu (Ayat 11). Merekalah perintis pekerjaan Allah untuk membangun kembali Bait Allah di Yerusalem.Allah memilih orang untuk membangun umat-Nya. Akan tetapi, bukan berarti rintangan segera sirna begitu saja. Gesekan, salah paham, dan berbagai masalah datang bak batu besar yang menghalangi pekerjaan Allah. Namun, kita tidak boleh mundur karena Allah, melalui Roh-Nya, akan selalu menguatkan. Inilah yang menjadi pegangan kita saat bekerja melayani Dia.Sahabat, zaman sekarang, teknologi sudah semakin maju. Kita patut bersyukur karena semua kemajuan itu bisa digunakan untuk mengatasi rintangan dalam pelayanan. Namun, kita harus tetap mawas diri. Semua kemudahan itu tidak boleh mengganti peran Roh Allah. Kita tetap harus mengandalkan Tuhan di atas segalanya. Haleluya! Tuhan itu baik. Bersyukurlah! Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu? Apa yang Sahabat pahami dari ayat 2 dan 6? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Karya Allah tidak dikerjakan dengan keperkasaan atau kekuatan kita, melainkan dengan Roh Kudus. Selamat HUT Ke-52 Yayasan Christopherus. Pf.: 3 Mei 2024. Dukunglah pelayanan Yayasan Christopherus dengan DOA, DANA, dan KARYA. (pg).