BLACK IS BLACK

Saudaraku, kalau di Photoshop, warna hitam itu ada 256 gradual warna, mulai yang lamat-lamat hingga yang pekat. Dunia kejahatan sering disebut sebagai dunia hitam, di dalamnya ada berbagai kejahatan, yang diukur dari hukuman pidananya yang beragam, ada yang hukuman 3 bulan, 3 bulan potong tahanan, hingga ada yang hukuman mati, atau hukuman seumur hidup, dan masih banyak lagi. Di antara sekian macam dunia hitam, di Indonesia  paling tidak ada tiga kejahatan yang dipandang paling diperhatikan aparat keamanan, yakni: Terorisme, narkoba dan senjata api. Aparat akan cepat bertindak, karena jaringan tiga tindak pidana ini bisa sangat luas dan melibatkan banyak pihak, bahkan bisa melibatkan pihak-pihak dari luar negeri. Sebagai renungan kita, apakah kita boleh berteman dengan orang dari dunia hitam? Alkitab tidak membedakan orang yang ada di dunia putih atau dunia hitam, hanya membedakan antara orang berdosa dengan murid Tuhan, yang dianggap sudah bertobat dan tidak hidup dalam dosa. Karenanya Alkitab mengajarkan agar kita dapat mengasihi sesama, tanpa memandang orang itu berkanjang dalam dosa atau tidak. Bahkan Alkitab mencatat bagaimana Daud tetap mengasihi Saul yang membenci dan ingin membunuhnya. Saudaraku, kedatangan Yesus ke rumah Zakheus (Lukas 19) zaman itu dipandang heboh, karena Zakheus saat itu bekerja sebagai pemungut cukai bagi pemerintah Romawi. Jadi Zakheus dianggap sebagai pengkhianat rakyat. Mungkin Zakheus saat menarik pajak dari rakyat juga mempergunakan beking (pelindung) dari pasukan Romawi, jadi rakyat yang tidak membayar pajak atau membayar pajak tidak sesuai aturan, mudah sekali mengalami kekerasan dari Zakheus dan bekingnya. Ya, zaman itu pekerjaan sebagai pemungut cukai bagi penjajah dianggap sebagai pekerjaan yang hina. Saudaraku, mari kita renungkan lebih dalam kisah pertobatan Zakheus yang terdapat di Lukas 19:1-10 dengan penekanan pada ayat 10. Dalam satu diskusi di gereja ada seorang teman yang mengatakan, “Orang berdosa jangan dijauhi, apalagi disingkirkan, tapi didampingi.” Dia mengambil contoh Tuhan Yesus yang berkenan datang ke rumah Zakheus.  Bertemu Zakheus saat melintasi Yerikho, Yesus menyempatkan diri menumpang di rumahnya. Tentu saja hal itu mengundang kontroversi orang Yahudi mengingat Zakheus adalah seorang kepala pemungut cukai. Jika pemungut cukai saja dipandang sebagai pendosa, bagaimana dengan dirinya yang menjabat sebagai kepala? Namun Yesus mau datang kepadanya. Bukan untuk menjatuhkan hukuman kepada Zakheus, kedatangan Yesus adalah untuk menyelamatkannya.Saudaraku, manusia cenderung mengedepankan emosi negatif terhadap orang yang dianggap bermasalah. Kutipan ayat “jauhilah yang jahat” (Mazmur 34:15) sering disalahtafsirkan untuk membenci pendosa (pelaku dosa). Yesus tidak demikian! Ia memang membenci tindakan dosa, namun tetap mengasihi pendosa.  Buktinya, kita yang dahulu hidup dalam dosa diselamatkan-Nya. Begitu pun yang Ia harapkan untuk kita lakukan sebagai pribadi yang telah menerima kasih karunia-Nya: Bukan menghukum mereka yang berdosa dengan mengucilkan atau membencinya, melainkan sebisa mungkin menjadi berkat yang menyelamatkannya.  Mari dengan hati dan pikiran yang bening kita refleksikan: Jika bukan karena kasih Kristus yang menyelamatkan, kita pun adalah pendosa yang tak berdaya. (Surhert).

PROGRESIF

Saudaraku, dari KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) kita dapat memperoleh informasi bahwa progresif berarti (1) ke arah kemajuan;(2) berhaluan ke arah perbaikan keadaan sekarang; (3) bertingkat-tingkat naik. Sedangkan menurut Cambridge Dictionary artinya developing or happening gradually (berkembang atau terjadi secara bertahap).  Saat ini sedang ramai di tiktok adalah Kristen Progresif, yang di Wikipedia dijelaskan sebagai mewakili pendekatan teologis postmodern,  yang berkembang dari kekristenan liberal di era modern,  yang berakar pada pemikiran Pencerahan. Apapun namanya, Kristen Progresif sering mempertanyakan apabila jalan keselamatan hanya melalui Tuhan Yesus Kristus, lalu bagaimana dengan penganut agama-agama lain apakah bisa mendapatkan keselamatan? Saudaraku, sesungguhnya yang perlu kita sadari dalam kehidupan ini ada sesuatu yang mutlak dan ada lawannya yakni nisbi. Mutlak berarti sesuatu tersebut tetap atau tidak bergantung pada faktor-faktor luar, contohnya 2×2 = 4. Ya jangan dibantah lagi. Sedangkan nisbi hanya terlihat (pasti; terukur) jika dibandingkan dengan yang lain; dapat begini atau begitu bergantung kepada orang yang memandang, jadi bersifat tidak mutlak atau relatif. Misalkan penyandang Miss Universe, Miss World, Miss International dan Miss Indonesia, sama-sama rupawan, namun siapa yang benar-benar paling rupawan mesti ditetapkan kembali, pada saat yang sama, bukan diukur dari saat satu tahun lagi, pasti sudah berubah. Contoh hal yang mutlak dan wajib dijalankan yakni saat sebuah pesawat mau take-off, maka pilot di dalam pesawat pertama-tama harus melakukan taxi atau bergerak di darat dengan mengikuti garis kuning dari apron (tempat parkir pesawat) dan memasuki runway (landas pacu) dan mengambil posisi untuk take-off. Kecepatan taxi itu sendiri dibatasi untuk menghindari pesawat terguling saat berbelok atau menabrak dengan pesawat lain, hingga sampai di runway dan siap take off. Pilot harus menunggu clearance dari tower control untuk melaju di runway dan take off dengan aman. Ini prosedur mutlak, wajib, tidak bisa dipertanyakan lagi. Nah dalam Kristen Progresif, banyak ajaran Alkitab yang dipertanyakan dan disanggah. Contoh di Sydney ada Dick Harfield yang konon ahli di bidang Ancient Greek Rhetoric, New Testament Textual Criticism, and Papyrology. Dick berkali-kali menulis bahwa Musa dan bani Israel yang menyeberangi laut Teberau adalah hanya dongeng fiktif, karena nama Firaun yang disebutkan tidak pernah ada bukti prasasti sejarahnya, juga di sejarah Mesir tidak pernah ada catatan tentang orang Israel yang saat itu dipekerjakan sebagai apa tidak jelas karena jarak lokasi Piramid Giza dan tanah Gosyen tempat pemukiman orang Israel lebih dari 70 km jadi tidak mungkin setiap hari ada ratusan buruh yang pergi-pulang menggarap pembangunan piramid.  Saudaraku, sebagai umat kristiani kita perlu mempunyai ketetapan hati, apakah kita akan tetap percaya kepada Tuhan Yesus Kristus sebagai satu-satunya Juruselamat melalui karya penebusan di kayu salib, atau kita juga akan meyakini ajaran dari suatu agama atau ajaran yang lain. Semoga kita meyakini,  mengamini dan mengimani sabda Yesus berikut: “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku” (Yohanes 14:6). Di saat kelompok Kristen Progresif sedang gencar mempromosikan keyakinannya, aku diteguhkan  dengan nasihat Rasul Paulus kepada Timotius, anak rohaninya yang terdapat di surat 2 Timotius 3:10-17, khususnya ayat 15-17. Pada akhir zaman, keadaan yang harus dihadapi semua orang adalah keadaan yang sukar. Ketika banyak orang mencintai diri sendiri dan hidup dalam kebodohan, Rasul Paulus memuji Timotius. Meskipun berada dalam penderitaan dan penganiayaan, Timotius masih mengikuti ajaran, cara hidup, pendirian, iman, kesabaran, kasih dan ketekunan dari Rasul Paulus (Ayat 10-11).Saudaraku, penderitaan dan penganiayaan adalah konsekuensi dari mengikut Kristus (Ayat 12). Oleh karena itu, penting bagi Timotius agar mempunyai dasar yang kokoh dalam menghadapi semua ini, yakni dengan senantiasa mengingat ajaran Kitab Suci yang diterima dan diyakini olehnya sejak kecil (Ayat 14-15).  Pembacaan Kitab Suci penting karena dapat memberikan hikmat dan menuntun kepada keselamatan (Ayat 15), dan karena Kitab Suci mempunyai manfaat untuk mengajar, menyatakan kesalahan, memperbaiki kelakukan, dan mendidik orang dalam kebenaran (Ayat 16). Selain itu, Kitab Suci dapat memperlengkapi orang-orang milik-Nya untuk melakukan segala perbuatan baik (Ayat 17).Saudaraku, tidak ada jaminan apa pun di dunia ini yang dapat menjamin sepenuhnya agar seseorang mampu melewati penderitaan dan penganiayaan, apalagi yang harus dihadapi oleh para rasul jemaat mula-mula. Mereka setiap saat dapat mengalami kematian karena kepercayaan mereka kepada Kristus. Tetapi, justru dalam keadaan seperti itu, Rasul Paulus tidak menasihatkan agar Timotius belajar membela diri, melainkan bertekun dalam pembacaan firman Allah. Itulah rahasia kekuatan orang percaya dalam menjalani kehidupan hari demi hari.Dalam konteks kita hari ini, pembacaan firman Allah tetap penting dilakukan. Dalam menjalani kehidupan yang dipenuhi serba-serbi permasalahan dan serbuan pengajaran  dari berbagai aliran dan kelompok, kita dapat menjadi kuat karena kita memiliki pengajaran, peringatan yang menyatakan kesalahan, nasihat yang memperbaiki perilaku, dan didikan dalam kebenaran sejati.Saudaraku, semua itu adalah bekal untuk kehidupan kita sebagai anak Tuhan, dan penguatan serta pendorong bagi kita untuk tetap menghasilkan kebaikan dalam keadaan bagaimana pun dalam hidup kita.  Akhirnya, mari simpan dalam-dalam di hati sabda Yesus berikut ini: “Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataan-Ku tidak akan berlalu” (Markus 13:31). (Surhert).