LEMBU BETINA MERAH

Saudaraku, Detik.com dan media online lainnya mengupload berita “Ritual Sapi Merah Israel yang Meresahkan Dunia”. Beritanya orang Yahudi sudah mendapatkan sapi merah yang mulus yang siap akan dikorbankan, setelah itu orang Yahudi akan membangun kembali Bait Suci yang sudah dihancurkan pasukan Jenderal Titus di tahun 70 M.  Hal yang meresahkan, lokasi pembangunan Bait Suci itu ada di Dome of Rock Yerusalem, yang juga menjadi tempat sakral bagi warga Muslim. Dengan kata lain akan terjadi perang dahsyat di Israel, bahkan disebut hari kiamat akan tiba. Saudara,  bacaan tentang lembu betina merah hanya aku temukan  satu-satunya di kitab Bilangan 19:2-3:  “Inilah ketetapan hukum yang diperintahkan TUHAN dengan berfirman: Katakanlah kepada orang Israel, supaya mereka membawa kepadamu seekor lembu betina merah yang tidak bercela, yang tidak ada cacatnya dan yang belum pernah kena kuk. Dan haruslah kamu memberikannya kepada imam Eleazar, maka lembu itu harus dibawa ke luar tempat perkemahan, lalu disembelih di depan imam.”  Raja Salomo saat meresmikan Bait Suci pertama di Yerusalem tahun 966 SM tidak mempersembahkan lembu betina  merah dalam pengorbanan, melainkan kambing domba dan lembu sapi yang tidak terhitung dan tidak terbilang banyaknya. (2 Tawarikh 5:6). Bait Suci Salomo dihancurkan oleh pasukan Nebukadnezar pada tahun 586 SM dan seluruh perkakas dari emas dan perak Bait Suci dibawa ke Babilonia. Sedangkan Bait Suci kedua dibangun setelah orang-orang Yehuda yang ditawan Babilonia dan Persia boleh pulang ke Israel lagi, pembangunan mulai tahun 535 SM dan selesai pada 12 Maret 515 SM,  seperti disebutkan di kitab Ezra 6:15-17.  Saat penahbisan orang Yehuda mempersembahkan ratusan lembu jantan, domba jantan, anak domba, kambing jantan sebagai korban penghapus dosa bagi seluruh orang Israel, tapi tidak mempersembahkan lembu betina merah. Penguasa tanah Israel saling berganti, ketika Herodes Agung merebut kota Yerusalem pada tahun 37 SM, sebagian bangunan Bait Suci kedua terbakar, dan pada tahun ke-18 pemerintahannya (20-19 SM), Herodes Agung melakukan pembangunan kembali Bait Suci. Pekerjaan itu dilakukan oleh para imam, dan tidak ada catatan tentang saat penahbisannya. Beberapa puluh tahun kemudian Tuhan Yesus mengendarai keledai diarak penduduk masuk kota Yerusalem dan masuk Bait Suci kedua ini, dan kelak Bait Suci kedua akan dihancurkan pasukan Jenderal Titus di tahun 70M. Nah, Bait Suci ketiga belum pernah dibangun, namun merupakan penglihatan Nabi Yehezkiel antara tahun 593-571 SM, dicatat di Kitab Yehezkiel pasal 40-47, khususnya di pasal 47.  Untuk itu aku ajak Saudara untuk merenungkan kitab Bilangan 19:1-22 secara utuh. Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) memberi judul Bilangan 19: Air pentahiran. Saudaraku, mengapa hukum penahiran dipaparkan untuk umat Israel yang sedang dalam perjalanan di padang gurun dan akan kelak berperang masuk ke tanah perjanjian? Dalam suasana berperang, tidak terhindari bersentuhan dengan mayat orang yang terbunuh.  Aturan Taurat jelas dan ketat, orang yang tersentuh dengan mayat akan menjadi najis tujuh hari lamanya (Ayat 11), dan harus tinggal di luar perkemahan. Bahkan kenajisan itu menulari benda dan orang di sekitarnya (Ayat 14-15). Tanpa penahiran, orang yang najis harus mengalami ekskomunikasi (pengucilan)  seterusnya (Ayat 13 dan 20).Dalam kasus-kasus kenajisan yang dicatat di kitab Imamat, salah satu cara penahirannya ialah dengan memberikan persembahan kurban (Imamat 14:10 dst.; 15:13 dst, 28 dst). Tentu biayanya mahal dan merepotkan. Namun dengan cara yang diaturkan sekarang kerepotan dan biayanya bisa ditekan. Seekor lembu yang khusus dibakar sampai habis, abunya dipakai untuk membuat air penahiran (Ayat  2-10). Air penahiran itu bisa dibuat kapanpun sesuai dengan kebutuhan.Peraturan yang Tuhan buat dan berlakukan untuk umat Tuhan bukan untuk mempersulit mereka, melainkan untuk memastikan bahwa mereka selalu dalam keadaan siap sebagai umat, bahkan pasukan Tuhan. Ingat konteksnya ialah perjalanan padang gurun dan peperangan. Oleh karena itu dibuat prosedur yang lebih mudah dengan tetap mempertahankan kesakralan umat Tuhan.Saudaraku, Ibrani 9:13-14 membandingkan darah kurban domba jantan atau lembu jantan dan abu lembu muda yang berfungsi menahirkan orang yang najis secara lahiriah dengan darah Kristus yang menyucikan secara rohaniah.  Sesungguhnya apa saja yang menajiskan secara rohani kehidupan kita masa kini? Bukan mayat manusia secara harfiah, melainkan kehidupan yang bagaikan mayat seperti yang dicatat dalam Efesus 2:1-3. Adakah hidup kita dikendalikan oleh hawa nafsu, oleh bujukan dunia ini, dan oleh tipu daya Iblis? Itulah yang menajiskan kita. Untuk itu diperlukan darah Kristus untuk menguduskan kita. (Surhert).

SEPIRING SAYUR

Saudaraku, dalam buku My Country My People (吾國與吾民) yang ditulis oleh Lin Yutang pada tahun 1935, salah satunya mengetengahkan cara duduk saat ada perjamuan makan. Meja makan bentuk bundar, tuan rumah atau bos duduk menghadap pintu masuk. Tamu kehormatan pertama duduk di sebelah kanan bos, tamu kedua duduk di sebelah kiri, persis di depannya harus duduk manajer tertinggi dan wakilnya duduk di sebelah kanannya. Saat membaca buku tersebut aku berpikir apakah benar ada. Eh ternyata saat menghadiri jamuan makan di Qingdao sekitar 15 tahun lalu Pimpinan suatu pabrik besar mengatur kami berdua dari Indonesia sesuai aturan di atas. Aku sampaikan pengalaman tersebut ke Pimpinan: “Wah kami duduknya seperti di zaman Shu Han (221 M), duduk di Tengah adalah Kaisar Liu Bei, di kanannya Guan Yu dan di kirinya Zhang Fei.” Pimpinan tertawa, kemudian berkata: “Ya betul, rupanya tamunya juga memahami aturan duduk dalam jamuan sejak Samkok dulu.” Dua hari kemudian Pemimpin mengundang segenap agennya untuk dinner party, satu meja bisa 16 orang. Ada 6 meja, posisi duduk segenap tamu juga diatur sesuai tata krama. Di meja kami 16 orang ternyata bisa minum bir hingga 32 botol dan red wine 8 botol. Tidak ada yang mabuk, tiap gelas kosong pasti dituang oleh pelayan. Jika tidak mau minum bir atau wine lagi, maka kita menuangkan kuah sup ke dalam gelas, dan pelayan tahu bahwa tamu tidak ingin minum wine lagi. Di sepanjang jamuan dengan masakan lebih dari 12 macam per meja segenap tamu bersukaria, semua merasa dekat, satu semangat untuk menjadi dealer yang baik, tidak ada rasa persaingan meskipun lokasi usahanya mungkin berdekatan di satu kota. Jadi saat aku membaca Amsal 15:17: “Lebih baik SEPIRING SAYUR dengan kasih dari pada lembu tambun dengan kebencian”. Aku merasa sepertinya kok aneh karena saat ada jamuan makan mestinya ada suasana kasih dan bukan kebencian. Tapi setelah membaca kisah di 1 Samuel 20: 24-34 barulah aku  paham.  Raja Saul yang sudah dengki kepada Daud mengundang segenap panglimanya untuk jamuan makan pada saat tanggal 1 bulan baru, tapi tempat duduk Daud kosong, Saul berpikir mungkin Daud sedang tidak tahir atau sakit.  Jamuan kedua esok harinya ternyata Daud tidak hadir juga, dan Saul bertanya kepada anaknya, Yonatan: “Kemana perginya Daud?”. Yonatan menjawab bahwa Daud minta izin untuk pulang ke Bethlehem. Lalu Saul pun marah besar. “Anak sundal yang kurang ajar! Bukankah aku tahu, bahwa engkau telah memilih pihak anak Isai dan itu noda bagi kau sendiri dan bagi perut ibumu?”  Yonatan menjawab lagi, tapi Saul bahkan melemparkan tombaknya ke Yonatan, tidak kena, dan Yonatan pergi dari acara dinner dengan marah. Alkitab tidak mencatat suasana dinner selanjutnya, apakah Saul membanting piring dan panglima-panglima lainnya langsung bubaran. Jadi Saul meskipun mengadakan dinner dengan menu mewah sebenarnya ingin membunuh Daud. Hatinya dipenuhi dengan kebencian. Kisah lain di Alkitab (2 Samuel 17) saat Daud mengungsi ke Mahanaim menghindari Absalom yang memberontak, ada seorang sepuh yang kaya bernama Barzilai segera melayani rombongan Daud dan rakyatnya, meskipun ini mendadak, Barzilai dan rekan-rekannya sekuat tenaga menyiapkan tempat tidur, berbagai bahan makanan lengkap dengan alat-alat dapur untuk melayani rombongan yang lelah, haus dan kelaparan karena melintasi padang gurun. Dalam rombongan pengungsian Daud nampaknya istrinya Batsyeba dan Salomo anaknya ikut serta dan menikmati layanan yang tulus dari Barzilai.  Saudaraku, saat Daud hendak meninggal, juga mengingatkan Salomo untuk tetap berbuat baik kepada keluarga Barzilai, dan mungkin Daud juga bercerita bagaimana dia dulu pernah diperlakukan oleh Saul yang tidak tulus dalam mengadakan jamuan makan. Itulah mengapa kemudian Salomo menuliskan  Amsal 16:15-33, khususnya ayat 17.  Salomo mengajarkan kepada kita untuk memiliki hikmat dalam hal kelimpahan materi atau harta kekayaan yang kita punyai, bukan berfokus pada jumlah materi, melainkan pada sikap hati kita. Meskipun sederhana, memiliki sikap hati yang takut akan Tuhan jauh lebih baik dibandingkan memiliki banyak harta tetapi disertai kecemasan dan kebencian (Ayat 16-17). Orang yang bijak di dalam Tuhan dipenuhi kesabaran, kejujuran, ketekunan, dan senantiasa menggunakan akal budinya untuk melakukan kehendak Allah (Ayat 18-24). Hatinya mengarah kepada Allah dan kebenaran-Nya (Ayat 25-33).Pengejaran akan materi dan kesuksesan hidup tanpa disadari dapat mengikis kedamaian dalam hidup kita. Tidak heran, kita SELALU MERASA KURANG  dalam MERAIH PENCAPAIAN HIDUP  di dunia ini. Rasa cemas, takut, dan khawatir perlahan-lahan mengalahkan kedamaian di dalam hati dan hidup kita. Kita mulai khawatir saat hasil pekerjaan kita tidak memenuhi standar kesuksesan hidup di dunia ini. Kita takut direndahkan, kita takut menjadi miskin, dan kita takut ditolak oleh dunia ini. Semua itu tanpa sadar membuat kita kehilangan kedamaian, bahkan tak menutup kemungkinan kita kehilangan kemuliaan Allah.Saudaraku, kedamaian hidup tidak dapat dibeli dengan harta kekayaan, berapa pun jumlahnya! Kedamaian sejati hanya terletak pada hati yang takut akan Tuhan. Percayalah dan takutlah akan Allah, Dia akan memenuhi hatimu dan hidupmu! (Surhert).

Favored by God

LAYAK DAN TIDAK LAYAK. Sahabat, hal kelayakan adalah satu aspek yang sangat penting dari ajaran Perjanjian Baru. Kata yang diterjemahkan dengan kata “layak” ini muncul sebanyak 41 kali di dalam Perjanjian Baru. Ini menunjukkan betapa pentingnya kata tersebut. Mari kita simak Sabda Yesus berikut: Apabila kamu masuk rumah orang, berilah salam kepada mereka. Jika mereka layak menerimanya, salammu itu turun ke atasnya, jika tidak, salammu itu kembali kepadamu (Matius 10:12-13) Yesus berkata, “Jika mereka layak menerimanya.” Apa sebenarnya makna kata layak itu? Kata itu pada dasarnya berarti menimbang sesuatu. Lalu dari makna dasar tersebut, berkembanglah arti membandingkan nilai dari dua hal. Jika nilainya dipandang sebanding, maka kita menyatakan bahwa sesuatu itu layak. Ini berarti nilai dari sesuatu yang sedang kita amati itu setara dengan patokan yang ada.  Sebagai contoh, di Yohanes 1:27,  Yohanes Pembaptis berkata, “Membuka tali kasut-Nya (Yesus) pun aku tidak layak.” Artinya, Yesus sungguh agung dan aku sedemikian kecilnya sehingga aku ini tidak layak baginya. Di sini terdapat suatu perbedaan nilai.  Dengan cara yang sama, di Matius 8:8, sang perwira berkata, “Tuan, aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku.” Di sini, kita dapat melihat hubungan antara kata berharga (worth) dan layak (worthy). Jadi arti dari kalimat itu: Jika kita  tidak menyadari betapa berharganya Yesus, maka kita tidak layak bagi-Nya. Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab Zakharia dengan topik: “Favored by God (Dilayakkan oleh Tuhan)”. Bacaan Sabda diambil dari Zakharia 3:1-10. Sahabat, seseorang bisa saja merasa dirinya lebih baik daripada orang lain dalam melayani Tuhan. Orang demikian, sebaiknya, harus merenungkan kembali pandangannya itu. Tuhan, yang kudus, tidak akan bisa dilayani oleh manusia pendosa. Itulah makna penglihatan keempat yang didapatkan Zakharia.Yosua, imam besar bait Allah, tampak berdiri di hadapan Malaikat Tuhan (Ayat 1). Sementara itu, Iblis di sampingnya sudah siap untuk mendakwa karena dianggap tidak layak dalam melayani. Akan tetapi, Malaikat Tuhan menghardik Iblis agar tidak mengganggu Yosua (Ayat 2).Sahabat, Yosua terlihat mengenakan pakaian yang kotor saat berdiri di hadapan Malaikat (Ayat 3). Karena itu, Malaikat Tuhan menyuruh orang-orang yang melayaninya untuk menanggalkan baju kotor yang dipakainya (Ayat 4). Artinya, Allah telah menyucikan Yosua dari segala kesalahannya. Sekarang, Yosua sudah berpakaian pesta dengan serban tahir di kepalanya (Ayat 5).Allah memberi jaminan kepada Yosua (Ayat 6). Apabila ia hidup seturut petunjuk Allah dan melakukan tugas yang diberikan, Yosua akan masuk ke dalam deretan orang yang melayani Allah di bait-Nya (Ayat 7). Tidak sampai di situ, Allah memberikan janji akan mendatangkan Sang Tunas (Ayat 8). Dialah Yesus Kristus yang disimbolkan sebagai permata bermata tujuh (ayat 9). Tuhan akan menghapuskan kesalahan negeri itu dalam sehari. Itu tidak berlaku hanya bagi orang-orang Yehuda, tetapi juga kepada segenap manusia.Sahabat, keselamatan dari Yesus mengubah segenap upacara ibadah mereka menjadi sukacita (Ayat 10). Suasana itu dilukiskan seperti sedang duduk-duduk di bawah pohon anggur dan ara.Sekarang, orang bebas datang kepada Allah tanpa perlu meragukan statusnya. Asal percaya kepada Yesus, kita adalah anak-Nya. Kita sudah selamat dari tuntutan hukuman dosa. Darah Yesus MELAYAKKAN  kita datang kepada Allah.Sahabat, selanjutnya, kita dipanggil untuk melayani Dia. Itu bukan karena kita mampu, tetapi karena DILAYAKKAN OLEH TUHAN. Haleluya! Tuhan itu baik. Bersyukurlah! Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu? Apa yang Sahabat pahami dari ayat 3-5? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Hanya karena anugerah Tuhan, kita layak melayani-Nya. (pg).