SAKIT BERKEPANJANGAN

Saudara, Ibuku kena stroke pada tahun 2000, dan meninggal pada tahun 2022, jadi menderita kelemahan tubuh selama 22 tahun. Di tahun-tahun awal karena dapat diobati dengan cepat, Ibu tetap bisa berjalan namun tertatih dan mesti digandeng supaya tidak ambruk. Bahkan Ibu sempat tinggal di rumah adiknya hampir 5 tahun di Banyumanik yang lahannya hampir 3.000 meter dan udaranya sangat segar. Kami setiap liburan datang ke Semarang menengok Ibu dan dia senang sekali melihat anak, menantu dan cucu-cucunya datang, namun Ibu akhirnya balik ke Jakarta di tahun 2018 dan tinggal di rumah adik di Serpong. Di sini adik mengajak ke gereja ikut kebaktian Minggu dan di hari Kamis ikut Komisi Usia Indah, dengan duduk di kursi roda, dan rekan-rekan di gereja senang sekali menyambutnya, ini meningkatkan optimisme harapan pemulihan yang besar dan badannya tidak semakin lemas.  Hingga memasuki masa covid di bulan Maret 2020. Semua tempat ibadah mesti tutup dan digantikan secara online. Ibu tidak bisa lagi ke gereja bertemu teman-teman seusianya yang mungkin datang memakai kursi roda, dan tidak ada ibadah secara langsung berkepanjangan. Bagi orang tua tidaklah nyaman ikut kebaktian secara online karena suasana gereja tidak bisa dinikmati lagi, belum lagi sering gangguan sinyal dan online terhenti. Mulailah kondisi Ibu drop, badan mulai semakin lemas, dan akhirnya hanya berbaring di ranjang ditemani suster. Memang kami yang tinggal di Jakarta setiap akhir pekan dan liburan datang menengok Ibu, membawakan makanan kesukaannya, terutama Bacang dan Getuk Lindri, juga pampers untuk dewasa yang mesti dipakai sepanjang hari. Semakin lama seleranya makin menurun dan lebih banyak tidurnya. Bertepatan dengan Natal, Imlek dan hari ulang tahun Ibu, kami semua, anak, menantu dan cucu selalu datang merayakannya dan foto bersama. Tetapi saat-saat yang membuatnya bahagia ini semakin tidak bisa dinikmatinya. Malahan akhirnya sering mengigau ke suster agar ingin cepat-cepat bertemu almarhum suaminya. Memang menyedihkan kehidupan akhir seorang tua yang kena penyakit berkepanjangan. Obat-obat dokter sudah tidak bisa lagi diberikan, karena akan menimbulkan akibat sampingan  ke organ-organ tubuh lainnya yang makin uzur. Kunjungan atau besuk dari Pak Pendeta juga tidaklah mungkin setiap bulan, teman-temannya di Komisi Usia Lanjut juga ada kendala untuk datang karena dilarang oleh keluarganya karena covid. Akhirnya saat kesadaran Ibu sering hilang, kami datang dan membacakan Mazmur 23 yang diulang-ulang, terutama ayat 4:  “Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku.”  Saudara, kalau Pak Pendeta  datang untuk melayani Perjamuan Kudus juga membacakan Mazmur 23. Sesungguhnya Mazmur tersebut mengingatkan kita bahwa Sang Gembala Agung, Tuhan Yesus Kristus adalah Allah Gunung dan Allah Lembah. Dia beserta dengan kita di sepanjang perjalanan hidup, baik ketika berjalan melewati gunung atau ketika berjalan melewati lembah. Hingga suatu ketika kondisi Ibu demikian drop, nyaris hilang kesadaran, kami berkumpul semua, dan kami membisikkan selamat jalan bagi Ibu. Di ruang ICU salah satu RS aku pernah membaca SOP RS tentang pasien dalam kondisi terminal akhir, yakni terjadi penurunan fungsi berbagai sistem dalam tubuh manusia, dari saraf, jantung dan pembuluh darah, pernapasan, hingga otot. Ini dimulai dari ujung jari kaki, naik ke kaki, dengkul, paha, tubuh sebelah bawah dan pelan-pelan ke tubuh bagian atas. Masih bisa bernafas, tapi kesadaran hilang. Nah hebatnya manusia ciptaan Tuhan, meski semua fungsi tubuh melemah, tapi fungsi pendengaran masih berfungsi.  Saat kami membisikkan kata-kata akhir ke telinga Ibu, matanya yang tertutup masih ada reaksi mengeluarkan air mata.Hingga akhirnya kami disadarkan Tuhan bahwa Ibu tidak bisa melewati hari Jumat minggu ini. Suster dan istri adik berjaga semalaman di hari Kamis, Jumat pagi Ibu masih bernafas sangat pelan, namun Jumat siang nafasnya selesai dan rohnya boleh kembali ke Rumah Tuhan Yesus dengan kondisi pulih sehat. Kami mendampingi Ibu selama 22 tahun sejak stroke pertama. Kondisi tubuh semakin menurun, tapi dia merasa bahagia bila tetap diingat dan dikasihi oleh menantu dan anak-anaknya, apalagi cucunya bisa datang menyapanya.  Jadi orang sakit berkepanjangan hanya butuh perhatian dan kehadiran dari orang-orang yang dikasihinya.  Dalam kondisi kritis, memang pasien sepertinya sudah tidak berdaya, mata tertutup terus, tapi jangan lupa, indera pendengaran masih bisa mengirimkan sinyal  pesan ke otak, dan dia tahu peristiwa-peristiwa yang terjadi di sekitarnya.  Saudaraku, karena itu janganlah pasien dalam kondisi terminal akhir malahan menjadi gundah karena  mendengar anak-anaknya yang tidak akur tentang warisan atau siapa yang akan menanggung biaya perawatannya. (Surhert).

When God Has Chosen Someone

PILIHAN ALLAH. Sahabat, pemilihan Tuhan bagi manusia merupakan suatu tugas panggilan.  Pemilihan Tuhan itu merupakan pemberian tugas untuk melakukan kehendak-Nya. Tata cara pemilihan Tuhan itu berbeda-beda kepada setiap orang. Ada yang dipilih sejak dalam kandungan ibu. Ada juga yang dipilih sejak sebelum dunia ini ada, dan lain sebagainya. Namun pemilihan Tuhan ini harus jelas dalam pemikiran kita bahwa kita dipilih untuk menghasilkan buah yang tetap bagi-Nya. Ada cukup banyak orang percaya berpikir, Tuhan memilih dirinya supaya masuk ke surga. Maaf, itu pemikiran sempit dan berkonotasi egois.  Sahabat, Tuhan mempunyai  tujuan dengan pilihan-Nya, yakni: Supaya kita pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap (Yohanes 15:16). Tuhan tak pernah memberi janji tanpa tuntutan tugas. Yesus menyampaikan amanat sebelum Dia naik ke surga, “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu (Janji-Nya). Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman (Pemeliharaan Allah).” (Matius 28:19-20), Tuhan memberikan hak tersebut hanya pada orang percaya yang dipanggil untuk melayani-Nya dan memberitakan Injil. Sesungguhnya kita dipilih untuk dua hal, yaitu, pergi dan untuk menghasilkan buah dan buahnya itu tetap. Buah yang dimaksud bisa berbicara mengenai buah pertobatan baik dalam hidup kita pribadi maupun hidup orang lain. Syukur kepada Tuhan, hari ini kita dapat belajar dari pasal terakhir dari kitab Hagai dengan tema: “When God has Chosen Someone (Ketika Tuhan sudah Memilih Seseorang)”.  Bacaan Sabda diambil dari Hagai 2:21-24. Sahabat, mungkin kita terus bertanya tentang seperti apa kriteria orang yang dipilih Tuhan. Bisa jadi kita terkejut hingga takjub karena akal budi tak mampu menyelami pilihan-Nya. Kita ambil contoh terpilihnya Saulus menjadi rasul dan pemberita Injil, atau Daud menjadi raja. Tuhan semesta alam tentu selalu memiliki alasan mengapa Ia memilih seseorang dalam rangka karya penyelamatan.Siapa sangka pada zaman Nabi Hagai, Zerubabel bupati Yehuda dipilih Tuhan untuk memimpin pembangunan Bait Suci. Saat bangsa Yahudi berada di bawah kekuasaan Persia dengan rajanya Darius, firman Tuhan datang kepada Zerubabel (Ayat 22).Salah satu alasan terpilihnya Zerubabel adalah karena dia termasuk keturunan Daud. Kepada Daud, Tuhan semesta alam telah berjanji bahwa keluarganya akan memerintah Israel (2 Samuel 7:10-16). Keterpilihan ini selaras dengan  pemberitaan para nabi bahwa seorang pemimpin yang istimewa berasal dari garis keturunan Daud (bdk. Mikha 5:1-4a).Kepada Zerubabel, Tuhan menjanjikan kekuasaan (cincin meterai) (Ayat 24). Kekuasaan bangsa-bangsa lain akan dijungkirbalikkan demi eksistensi Bait Suci di tengah bangsa Yahudi.Sahabat, begitulah ketika Tuhan semesta alam sudah memilih. Tidak ada hal apa pun yang dapat merintangi-Nya. Satu-satunya aral hanyalah sikap tidak percaya yang meragukan penyelenggaraan-Nya.  Syukurlah lewat pemberitaan Nabi Hagai, gubernur Yehuda itu mau mendengarkan dan menaati firman Tuhan. Ia bersedia memimpin pembangunan Bait Suci bersama Imam Besar Yosua dan Nabi Hagai sepulang dari pembuangan di Babel. Rintangan yang sempat menggoyahkan tekad diatasi lewat penyerahan diri kepada pimpinan Tuhan semesta alam.  Sahabat, kita adalah orang-orang yang dipilih Tuhan melalui iman kepada Yesus Kristus. Kita dipilih menjadi pewaris Kerajaan Surga. Mungkin dahulu kita terhitung sebagai pendosa, orang yang dikucilkan, atau orang yang tidak dianggap penting oleh orang lain. Namun, begitulah kalau Tuhan semesta alam sudah memilih. Siapa pun diri kita, sekarang kita mendapat janji dan hak waris yang sama dari Tuhan, dan tidak ada kuasa lain yang dapat merebutnya. Haleluya! Tuhan itu baik. Bersyukurlah! Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu? Apa yang menjadi tujuan Tuhan memilih seseorang? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Menghasilkan buah merupakan kewajiban bagi setiap orang percaya, agar hidup kita dapat berguna bagi orang lain sesuai dengan kehendak Bapa di surga. (pg).