PEARL

Di medsos ada video singkat tentang pembuatan  pearl atau mutiara, tapi bukan mutiara asli dari hewan kerang mutiara laut dalam, namun mutiara yang dibuat dari bijih plastik dan pewarnaan yang dilakukan beberapa kali, hingga tinta warna pearl yang menempel cukup tebal tidak gampang terkelupas.  Mutiara asli adalah suatu benda keras yang diproduksi di dalam jaringan lunak moluska hidup, satwa laut dalam yakni Kerang Mutiara (Pinctada Maxima), dibudidayakan di kawasan laut dalam yang bersih dan jarang gelombang seperti di teluk, dijumpai banyak di Australia, Indonesia bagian Timur, Tahiti dan Filipina.  Cara budidaya Kerang Mutiara dimulai dari pemijahan induk, perawatan larva, pembesaran anakan dan produksi mutiara. Pemijahan induk dilakukan di laboratorium darat, menghasilkan larva atau telur, diletakkan di lembar kolektor pada kolam pemeliharaan larva.  Berikutnya pembesaran anakan di laut selama 16 sampai 20 bulan. Lembar kolektor yang telah ditempeli oleh anakan Kerang Mutiara, dimasukkan ke dalam kantong-kantong dari logam pada jaring longline kedalaman 10-20 meter. Kantong-kantong ini secara periodik mesti dibersihkan dari organisme yang menempel seperti bunga karang dan lumut. Total hampir 36 bulan kemudian kerang mutiara bisa menghasilkan mutiara dan perlu upaya yang tinggi dari petani mutiara. Sementara itu pembuatan mutiara sintetis dari bijih plastik dimulai dari membuat bola-bola kecil sesuai besar mutiara, dicampurkan beberapa bahan kimia, dironce dan dikeringkan, lalu dicelupkan pada tinta warna pearl, dikeringkan, dicelupkan tinta lagi, proses diulang beberapa kali, hingga bola-bola plastik ini menjadi mutiara buatan yang warnanya persis seperti warna pearl dan tinta atau cat yang menempel cukup tebal, tidak mudah dikerik. Proses hanya sekitar 3-5 hari, menghasilkan ribuan butir mutiara siap dipasarkan, dibandingkan dengan budidaya mutiara asli yang butuh waktu 36 bulan. Maraknya peredaran mutiara sintetis dalam bentuk aksesori dari China dan Korea membuat para petani perajin mutiara di NTB menjadi resah. Harga jual barang asli tentu lebih mahal, namun penampakan kalung atau gelang mutiara antara yang asli atau sintetis tidak kelihatan. Biasanya jika si pemakai perhiasan mutiara dari kalangan artis atau crazy rich, pasti dianggap memakai barang asli yang harganya mahal. Nah ini, orang banyak dipengaruhi oleh para pesohor. Wajah hasil oplas, pakai make-up MUA entah dari mana, tanpa sertifikasi BPOM. Lalu pakai gelang kalung emas serenceng berkilau hasil sepuhan Cu89 Al5 Zn5 Sn1 (89% copper, 5% aluminum, 5% zinc, 1% tin) atau campuran lainnya Cu76Zn20Ni4, total ada 6 macam pencampuran (mixing) kimia yang menghasilkan warna emas.  Nah Si Artis pakai cincin emas palsu, di atasnya ada berlian bersinar-sinar 3 karat,  padahal berlian LGD atau CVD. Di bajunya pakai ronce mutiara sepanjang 60 cm, ternyata buatan China. Belum lagi pakai tas bermerk dari Perancis dan sepatu dari Italia,  yang dibeli di Mangga Dua, pokoknya wah menari-nari dengan lagu riang gembira di Instagram dan TikTok, dengan komentar: Nih crazy rich hasil kerja jualan online 1 hari dapat omzet Rp 10 miliar. Warga yang melihatnya mungkin malahan meneteskan air liur sambil bergumam: “Kapan ya saya bisa jadi sekaya artis itu?” Inilah dunia yang penuh kepalsuan malahan menjadi idaman. Ketika aku sedang termangu karena saat ini banyak orang yang begitu gandrung dengan KEPALSUAN, ada suara lembut berbisik, “Sur, tidak usah ikut-ikutan dengan segala macam kepalsuan, renungkanlah peristiwa ketika Aku diurapi di Betania”. Aku tersentak, segera aku baca Injil Markus 14:3-9. Saudaraku, dari Injill Markus 14 kita dapat belajar apa artinya BERSAKSI  sekaligus BERAKSI. Apabila kita membaca ayat 3 – 9, kita melihat tindakan konkret perempuan yang bernama Maria melakukan aksi meminyaki kaki Yesus dengan minyak Narwastu yang mahal, sebagai bentuk pelayanannya, yang dinilai orang sekitarnya adalah pemborosan dan tidak tepat.  Tetapi tidak demikian pendapat Tuhan Yesus yang menerima pelayanan itu sebagai persiapan kematian-Nya. Maria menandai cintanya kepada Yesus dengan tindakan tersebut. Tindakan kasihnya tak bisa diukur dari harga minyak yang mahal itu.  Saudaraku, Yesus mengingatkan kita untuk menunjukkan cinta dengan cara BERSAKSI  dan BERAKSI kepada SESAMA. Setelah Yesus tidak lagi bersama dengan kita secara fisik, maka aksi mencintai-Nya, kita SALURKAN KEPADA MEREKA YANG MEMBUTUHKAN CINTA ITU. (Surhert)

PONTIUS PILATUS

Dalam Pengakuan Iman Rasuli yang diucapkan di Gereja-Gereja Kristen dan Katolik, terdapat kalimat: “Yang menderita sengsara di bawah pemerintahan Pontius Pilatus.” Nah, siapakah beliau yang selalu disebut ini? Mengapa bukan menyebut nama Rasul Petrus atau Rasul Paulus yang menjadi Rasul-rasul pilihan? Pontius Pilatus (Pontios Pīlātos) adalah gubernur ke-5 dari Provinsi Judea Kekaisaran Romawi, menjabat tahun 26–36 M, pada zaman kaisar Tiberius. Dialah yang mewakili pemerintah Romawi di Yerusalem untuk mengadili Yesus Kristus. Setelah menginterogasi Yesus, Pilatus mengakui bahwa tidak menemukan kesalahan Yesus, namun Pilatus tidak mampu untuk membebaskan Yesus begitu saja, bahkan sebaliknya ia tunduk pada keinginan massa untuk menyalibkan Yesus. Di Yohanes 18:38 diceritakan: Keluarlah Pilatus mendapatkan orang-orang Yahudi dan berkata kepada mereka: “Aku tidak mendapati kesalahan apapun pada-Nya.”  Pilatus memang mengetahui, bahwa imam-imam kepala telah menyerahkan Yesus karena dengki (Markus 15:10).  Lebih lanjut Pilatus berkata: “Kamu telah membawa orang ini kepadaku sebagai seorang yang menyesatkan rakyat. Kamu lihat sendiri bahwa aku telah memeriksa-Nya, dan dari kesalahan-kesalahan yang kamu tuduhkan kepada-Nya tidak ada yang kudapati pada-Nya. Dan Herodes juga tidak, sebab ia mengirimkan Dia kembali kepada kami. Sesungguhnya tidak ada suatu apa pun yang dilakukan-Nya yang setimpal dengan hukuman mati. Jadi aku akan menghajar Dia, lalu melepaskan-Nya.” (Lukas 23:14-16) Bahkan  Pilatus berkata untuk ketiga kalinya kepada mereka: “Kejahatan apa yang sebenarnya telah dilakukan orang ini? Tidak ada suatu kesalahan pun yang kudapati pada-Nya, yang setimpal dengan hukuman mati. Jadi aku akan menghajar Dia, lalu melepaskan-Nya.” (Lukas 23:22) Saudaraku, saat mengadili Yesus, sebenarnya Pilatus memiliki 2 kesempatan untuk membebaskan Yesus, yakni tidak mendapati kesalahan Yesus, dan mestinya sebagai penguasa mewakili Kaisar Romawi berhak membebaskan Yesus. Kesempatan kedua, Pilatus sadar bahwa Yesus tidak setimpal dihukum mati, maka dia menawarkan untuk menghajar Yesus dan dilepaskan. Kalau pengadilan Pilatus melepaskan Yesus, dan memindahkan Yesus ke suatu tempat yang aman tentu dengan pengawalan sangat ketat oleh pasukan yang jago berperang yang tidak mungkin diterobos orang-orang Yahudi. Bahkan  ketika Pilatus sedang duduk di kursi pengadilan,  istrinya mengirim pesan kepadanya: “Jangan engkau mencampuri perkara orang benar itu, sebab karena Dia aku sangat menderita dalam mimpi tadi malam.” (Matius 27:19). Tapi Pilatus tunduk pada hasutan imam-imam kepala dan tua-tua orang Yahudi, padahal orang-orang ini merupakan rakyat negara jajahan. Apalagi barter tahanan antara Barabas atau Yesus juga divoting massa 100% untuk membebaskan Barabas.  Ketika Pilatus melihat bahwa segala usaha akan sia-sia, malah sudah mulai timbul kekacauan, ia mengambil air dan membasuh tangannya di hadapan orang banyak dan berkata: “Aku tidak bersalah terhadap darah orang ini; itu urusan kamu sendiri!” (Matius 27:24) Itulah Pontius Pilatus, mengetahui tentang kebenaran Yesus, tapi tunduk pada tekanan imam-imam kepala dan tua-tua orang Yahudi. Akhirnya dia mencuci tangan di depan massa, dan tunduk pada keinginan massa agar Yesus disalibkan. Saudaraku, berapa banyak kita tunduk pada tekanan lingkungan dan mengikuti keinginan lingkungan padahal itu merupakan pelanggaran hukum? Mari dengan hati yang teduh kita merenungkan kitab Keluaran 23:1-3.  Ada yang menarik ketika Musa menuliskan, “Janganlah memihak kepada orang miskin dalam perkaranya.” (Keluaran 23:3). Kebenaran firman itu menegaskan bahwa keadilan berlaku bagi semua orang. Orang yang kekurangan secara ekonomi bukan berarti bebas melakukan apa pun, termasuk berbuat jahat atau melanggar hukum.  Tindakan membela perkara orang miskin, apalagi ketika memang orang tersebut salah, jelas merupakan tindakan yang keliru. Itulah sebabnya, ketika ada orang miskin harus menghadapi pengadilan, jangan berusaha membebaskan orang tersebut dari konsekuensi atas perbuatannya, oleh karena dia miskin. Jika harus memihak, berpihaklah dan belalah orang yang kita yakini sedang berbuat benar.Setiap orang perlu belajar untuk menaati hukum yang berlaku, juga bersikap adil terhadap orang yang bersalah. Tindakan mendisiplin dan memberi sanksi bukanlah tanda ketiadaan kasih, melainkan wujud nyata dari kasih yang sejati. Sudahkah kita menyatakan kasih dengan cara yang tepat, terutama ketika ada yang melakukan kesalahan?  Saudaraku, kebenaran sejati hanya akan memihak kepada orang yang hidup benar, bukan orang kaya atau orang miskin. (Surhert).

POKOK ANGGUR

Saudaraku, Tuhan Yesus menyampaikan perumpamaan  tentang pokok anggur yang benar di Injil Yohanes 15. Terus terang, aku ingin tahu sekali tentang tanaman anggur, dan Tuhan memberikan kesempatan kepadaku untuk  dapat berkunjung ke Swiss bagian Timur, satu wilayah kebun anggur saat winter (musim dingin), spring (musim semi) summer (musim panas), dan  autumn (musim gugur) yang menjadi musim panen. Saat panen pada bulan Oktober-November pekerja memetik Anggur Merah (Red Wine) maupun Anggur Hijau (White Wine), dan meletakkan dalam ember-ember besar. Siap untuk dikilang, dihancurkan dan diproses fermentasi dalam tong  sekitar 6-30 bulan. Proses fermentasi White Wine lebih singkat dari Red Wine. Dari hasil petikan panen petani dapat memperkirakan kira-kira bagaimana kualitas anggur yang dihasilkan 3 tahun mendatang, tentu akan menentukan harga jualnya. Sejalan dengan gundulnya pohon anggur dan memasuki musim dingin, seluruh daun dan ranting akan mati. Hanya pokok anggurnya yang tetap hibernasi (keadaan istirahat atau tidur selama musim dingin) di dalam tanah. Saat musim semi, petani akan menyiangi kebun anggur, menggunting ranting-ranting mati, merapikan kebun, membuat jaringan kawat untuk perambatan pohon, tapi tidak nampak mereka menuangkan pupuk karena memang kondisi tanahnya tepat.  Pohon anggur berhasil ditanam di negara-negara yang ada di garis lintang Utara 30-50 derajat dan lintang Selatan 30-50 derajat, disebut wine belt, karena tanahnya tidak terlalu kering. Melihat di peta, tanah Israel masuk dalam wine belt ini, sehingga perahan anggur yang memabukkan sudah dikenal sejak zaman Nuh, Musa maupun Raja Salomo. Jika pokok anggurnya bagus,  pada musim semi akan tumbuh tunas-tunas ranting muda, daun dan pada awal musim panas tumbuh bunga dan pentil anggur yang rasanya  masih masam dan pahit. Saat musim panas kadang terjadi hail storm atau cuaca mendadak dingin.  Ingat di Dieng atau Bromo yang menyebabkan butiran es menutupi tanah.  Di negara maju peringatan hail storm ada di ramalan cuaca, karenanya petani mesti mempersiapkan untuk menghalau hail storm agar butiran es tidak menempel di pohon anggur yang baru tunas dan menyebabkan mati. Caranya, pada malam hari petani menempatkan obor atau api di sela-sela kebun anggur yang per deretnya berjarak sekitar 3 meter. Kadang di beberapa tempat petani memasang high speed kipas angin besar untuk menghalau hail storm.  Kondisi musim panas yang banyak hujan juga kurang menguntungkan karena buah anggur nantinya akan kurang manis. Justru cuaca cerah kering dan sinar matahari yang hangat akan menghasilkan buah yang bagus, tapi bukan seperti El-nino yang menyebabkan kekeringan karena suhu naik dan panas berkepanjangan. Menjelang akhir musim panas mulailah nampak buah-buah anggur, dan panen dimulai pada bulan Oktober. Ramailah suasana di kebun anggur, tamu boleh memetik langsung buah anggur matang pohon dan mencicipinya. Siklus ini akan berulang selama 20 tahun untuk satu bibit pokok anggur yang baik. Saudaraku, Tuhan Yesus menyampaikan perumpamaan tentang Pokok Anggur Yang Benar: “ … ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku. Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa” (Yohanes 15:4-5). Yesus menjelaskan bahwa menempel pada pokok anggur bermakna tinggal di dalam Tuhan. Tinggal di dalam Tuhan berarti hidup bergaul dan menghidupi firman Tuhan. Pada saat menempel, ranting akan diperlengkapi sedemikian rupa oleh pokoknya hingga mampu berbuah lebat. Ranting yang mampu menghasilkan buah inilah yang layak disebut murid-murid Yesus.Buah selalu memberi manfaat bagi manusia yang memakannya, bukan bagi rantingnya sendiri. Panggilan seorang Kristen sebagai ranting yang menghasilkan buah adalah untuk bermanfaat bagi orang lain.  Saudaraku, marilah kita renungkan, apakah kehadiran kita telah menghasilkan manfaat yang baik atau tidak? Agar bermanfaat bagi orang lain, kita harus terlebih dahulu tinggal di dalam Tuhan. Pengalaman menunjukkan bahwa mengandalkan kekuatan kita sendiri hanya membuat kita memanfaatkan orang lain demi kepentingan diri kita.  (Surhert).