A Life with Full of Questions

KITAB HABAKUK. Sahabat, masalah kejahatan dan penderitaan adalah masalah yang ada di sepanjang zaman. Kita berharap bahwa masalah kejahatan dan penderitaan itu akan segera berakhir, tetapi ternyata pengharapan kita tak pernah terwujud secara permanen di dunia ini. Sebenarnya, masalah kejahatan dan penderitaan telah ada sejak manusia jatuh ke dalam dosa, dan akan terus ada sebelum Tuhan Yesus datang ke dunia untuk kedua kali. Masalah kejahatan dan penderitaan itu juga berkembang pada zaman Nabi Habakuk. Kitab Habakuk diawali dengan percakapan antara Nabi Habakuk dengan Allah menyangkut masalah penderitaan. Nabi Habakuk hidup sekitar tahun 610-605 SM, sebelum Kerajaan Yehuda dihancurkan oleh tentara Babel. Menurut seorang tokoh dalam sejarah gereja yang bernama Jerome, kata tersebut berasal dari sebuah kata Ibrani yang artinya “mengenggam” atau “memeluk”, dan ia berkata bahwa Habakuk disebut “pelukan” baik karena kasihnya terhadap Tuhan dan bangsanya, maupun karena ia bergumul dengan Allah. Pertanyaan Habakuk, “Berapa lama lagi, …” (Habakuk 1:2) dan “Mengapa Engkau memperlihatkan kepadaku kejahatan, …” (Habakuk 1:3) memperlihatkan keprihatinan Sang Nabi terhadap umat Yehuda yang tidak kunjung bertobat, bahkan semakin jahat, dan Allah seperti membiarkan hal itu. Para nabi jarang mengemukakan pertanyaan, tetapi kitab ini memakai pertanyaan untuk beralih dari pemikiran sang nabi menuju kebijaksanaan Allah. Hal ini memperlihatkan perjalanan iman yang jujur, yang diungkapkan sambil  memandang kepada Allah. Syukur mulai hari ini kita dapat belajar dari kitab Habakuk dengan tema: “A Life with Full of Questions (Kehidupan yang Penuh dengan Pertanyaan)”. Bacaan Sabda diambil dari Habakuk 1:12-17. Sahabat, hidup yang kita jalani ini penuh dengan berbagai pertanyaan. Kadang kala kita dapat menemukan jawabannya, namun lebih sering pertanyaan tersebut tidak kita temukan jawabannya. Karena itu, kita mengeluh atas pertanyaan yang tanpa jawaban itu.Nabi Habakuk juga mengalami hal yang sama. Pertanyaan yang muncul dalam benaknya adalah “Mengapa Tuhan sering terlihat berbeda dalam menghadapi kejahatan? Di manakah keadilan Tuhan?” Dalam keluhannya yang kedua kepada Tuhan, Habakuk mempertanyakan, “Mengapa Tuhan harus menggunakan bangsa Babel untuk menghukum Yehuda? Mengapa Tuhan harus menggunakan bangsa yang lebih jahat dari Yehuda?” (Ayat 13-14).  Bangsa Babel bertindak dengan kejam dan tanpa belas kasihan terhadap bangsa-bangsa yang ditaklukkannya (ayat 17). Dalam perspektif sang nabi, sulit sekali baginya untuk melihat mengapa Allah mengizinkan hal itu terjadi dalam kehidupan umat pilihan-Nya, yang menurutnya lebih baik dari bangsa Babel yang keji itu.Sahabat, dalam perspektif kita sebagai umat Allah saat ini, kita dapat melihat bahwa Allah berdaulat untuk segala hal yang terjadi. Tidak ada satu hal apa pun yang terlepas dari kendali-Nya.Bangsa Babel dipakai oleh Allah untuk menolong umat pilihan ini kembali kepada-Nya. Bagaimana seluruh praktik kehidupan mereka yang telah menyimpang dikoreksi melalui pembuangan ke Babel.Seperti kehidupan sang nabi, kita juga pasti pernah mengalami kehidupan yang penuh dengan pertanyaan-pertanyaan yang tidak terjawab. Kita datang kepada Allah di dalam doa. Kita mengeluh kepada-Nya, namun seolah-olah Dia diam. Kita melihat kesewenang-wenangan terjadi dan keadilan seolah-olah lenyap dari bumi, tetapi Tuhan tidak bertindak sama sekali.Sahabat,  dalam keterbatasan dan pergumulan terhadap pertanyaan-pertanyaan yang tak terjawab itu, kita bisa datang kepada Allah. Dari misteri kehidupan, kita dapat belajar untuk menggapai Tuhan dengan keyakinan bahwa Dia adalah Allah sumber jawaban yang berdaulat dalam kehidupan kita, umat pilihan-Nya. Haleluya! Tuhan itu baik. Bersyukurlah! Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Pesan apa yang Sahabat peroleh berdasarkan hasil perenunganmu?  Apa yang Sahabat pahami dari ayat 2-3? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Sebagai orang percaya, Tuhan memanggil kita untuk menjadi terang dan garam dunia dan bukan untuk berdiam diri agar selamat. (pg).

DIAMOND IS FOREVER

Judul di atas bukan judul film James Bond, tapi ceritera tentang bagaimana suatu barang yang sebenarnya murah tapi mendadak harganya menjadi sangat mahal dan dicari orang. Apakah itu? Diamond atau berlian, yang umumnya ditambang di kawasan Afrika dan Brazil, namun pemasarannya justru dari Eropa. Dari Google “Tracking the D-Flawless” harga berlian kualitas standar per karat, saat-saat awal penemuan berlian tahun 1900-1920, harganya sekitar $ 100 per karat. Tahun 1920–1929 penemuan tambang berlian semakin banyak, dan orang mulai memerhatikannya untuk perhiasan dan pisau potong karena kekerasannya. Harga menjadi $ 500. Saat depressi dan Perang Dunia tahun 1929-1945, harga berlian jatuh, tidak menentu. Nah pada tahun 1949 Frances Gerety, seorang perempuan yang bekerja di biro iklan di Philadelphia mendapatkan order dari Perusahaan De Beers, perusahaan pedagang berlian, untuk kampanye iklan berlian yang saat itu tidak diperhatikan orang setelah Perang Dunia II. Sebelum tidur dia menuliskan 4 kata di secarik kertas, dan esok paginya dia mempresentasikannya ke ruang rapat yang dihadiri semuanya oleh kaum laki-laki, kalimatnya: “A Diamond is Forever”.  Ternyata kalimat tersebut mengubah industri berlian dan dunia periklanan selanjutnya. Berlian dari barang biasa-biasa saja, tidak memiliki nilai jual tinggi, bisa menjadi dambaan laki-laki dan perempuan yang menginginkan kisah cintanya atau perkawinannya dapat langgeng seperti berlian, bahkan berlian juga menjadi barang kolektor. Saudaraku, Berlian semakin popular setelah upacara penobatan Ratu Elizabeth II tahun 1953. Ratu tiba di balkon Istana Buckingham untuk melambaikan tangannya kepada rakyatnya dengan Mahkota Kekaisaran, dibuat pada tahun 1937, memiliki 2.868 berlian, 17 safir, 11 zamrud, 269 mutiara, dan 4 rubi. Bagian tengahnya adalah Cullinan II seberat 317,4 karat. Wah. Selanjutnya di tahun 1956 ada novel Ian Fleming berjudul Diamonds Are Forever, menjadi best seller, kemudian dibuat film James Bond pada tahun 1971. Mulailah harga berlian $ 1.600 per karat di tahun 1960 naik dan naik terus. $ 30.000 per karat pada 1979, naik turun, menjadi $ 41.000 di tahun 1981, dan kini rata-rata $16,500 per karat. Ada yang memecahkan harga rekor $ 926.315 untuk 0,95 karat berlian warna merah.  Gemological Institute of America (GIA) membuat persyaratan untuk mengukur kualitas berlian, yakni 4C: color, clarity, cut and carat weight. Skala kejernihan berlian berdasarkan warna, ukuran, titik-titik kotoran (cacat) yang nampak dan kuantitas kejernihan. Semua terlihat pada pembesaran minimal 10X. Semakin tinggi skala yang dicapai, mendekati sempurna, tentu harganya semakin mahal.  Namun karena berlian adalah bahan alami yang paling keras di bumi dan punya ketahanan aus yang ekstrim, maka diperlukan dalam skala industri sebagai bahan abrasive, bahan penggosok atau pemotong untuk industri elektronik dan kaca, bahkan untuk peralatan operasi kedokteran.  Ada banyak perusahaan riset yang mengembangkan berlian sintetis dari campuran kimia, disebut CVD (Chemical Vapor Deposition) Diamond, dan terakhir ini malahan dipasarkan berlian sintetis yang dikenal sebagai Lab-Grown Diamond (LGD) yakni berlian yang diproduksi melalui proses teknologi, bukan tercipta melalui proses geologi hasil penambangan.  Berlian LGD atau CVD juga dapat diukur 4C-nya, tentu malahan mendekati sempurna  karena memang dibuat untuk menjadi itu. Harga berlian LGD atau CVD hanya sekitar 20%-40% dari harga berlian asli. Namun karena kualitas dan tampilannya sangat sukar dibedakan dengan berlian asli, membuat banyak orang awam membeli “berlian” dengan harga berlian asli, tapi mendapatkan berlian LGD atau CVD. Saudaraku, di kitab Yudas 1:20 ada permintaan kepada Saudara-saudara jemaat yang kekasih, bangunlah dirimu sendiri di atas dasar imanmu yang paling suci. Mungkin dasar iman yang paling suci ini bisa diibaratkan bagaikan berlian asli: Keras tidak goyah, tidak lekang dan tidak aus karena situasi zaman, tetap terang bersinar bagai Berlian saat bersaksi bagi sekitarnya.  Orang-orang yang teguh dan bersinar imannya,  mungkin seperti yang dilihat oleh Daniel dalam Daniel 12:3 sebagai orang-orang bijaksana yang bercahaya seperti cahaya cakrawala, dan yang telah menuntun banyak orang kepada kebenaran seperti bintang-bintang, tetap untuk selama-lamanya. Di akhir zaman, Tuhan sedang mencari orang-orang yang seperti Daniel yang mau menjadi terang dan bercahaya di tengah kegelapan dan membawa jiwa-jiwa kepada Tuhan. Untuk menjadi seperti Daniel tidak mudah dan ada harga yang harus dibayar yaitu bertahan dalam masa kesesakan. Ketika kita mampu melewati masa kesesakan maka kita akan menjadi orang bijaksana dan bercahaya. Saudaraku, Dolly Parton berkata:  “Sulit menjadi berlian di dunia berlian imitasi.”  Daniel telah melewati ujian demi ujian sehingga pada akhirnya Daniel dapat berkata bahwa orang-orang bijaksana akan bercahaya seperti cakrawala. Daniel muncul sebagai orang muda yang bercahaya di tengah kegelapan malam seperti bintang yang memancarkan sinarnya. (Surhert).

ALLAH ORANG HIDUP

Saudaraku, ada orang yang berpikir bahwa hidup hanya sekali dan setelah itu mati, selesai.  Namun ada yang memercayai sebaliknya.  Mari kita renungkan pandangan Kristus tentang hal itu dengan membaca Lukas 20:27-40. Saduki adalah sebuah lapisan masyarakat Yahudi pada masa itu yang tidak memercayai ada kebangkitan tubuh setelah seseorang meninggal.  Mereka memercayai bahwa  Musa tidak pernah mengajarkan tentang kebangkitan tubuh dan sejarah seorang selesai setelah mereka meninggal karena tubuh akan hancur binasa.   Dalam kasus perkawinan levirate (Perkawinan antara seorang janda dengan saudara laki-laki suaminya yang sudah meninggal dunia) ekstrem yang menjadi contoh kasus mereka saat bertemu Yesus, mereka mempertanyakan bagaimana status si istri setelah mati karena karena sepanjang hidup ia sudah menikah dengan tujuh bersaudara  bila memang ada kebangkitan tubuh.  Ada beberapa hal menarik dari jawaban Yesus : Kondisi tubuh setelah kebangkitan berbeda dengan kondisi tubuh yang fana. Kematian menjadi sebuah pintu untuk manusia mengalami kekekalan yang membuat manusia kehilangan sifat kedagingan untuk mempertahankan kehidupan.  rasa lapar, haus, erotis tidak akan dimiliki lagi karena tubuh sudah tidak membutuhkannya.  Oleh karena itu Yesus menjelaskan bahwa manusia setelah kematian mereka akan hidup seperti malaikat. Allah adalah Allah orang hidup, Allah kehidupan. Kisah pertemuan Musa dengan Tuhan dalam semak belukar menunjukkan bahwa Tuhan adalah Allah bahkan bagi mereka yang sudah tidak ada lagi di dunia: Abraham, Ishak dan Yakub.  Saat Allah memperkenalkan diri-Nya kepada Musa maka itu menunjukkan bahwa Allah menjadi Tuhan bagi para bapa leluhur yang jelas sudah tidak ada di dunia, namun yang akan bangkit pada saatnya.   Pesan yang disampaikan dalam Perjanjian Baru sangat jelas yaitu Yesus yang menang atas apa yang paling ditakuti manusia, yaitu kematian. Oleh karena itu jawaban Yesus kepada orang Saduki itu jelas dan tegas: Ada kebangkitan tubuh setelah kematian.  Itulah mengapa Yesus mengatakan orang Saduki  sesat dan belum lengkap memahami Kitab Suci (Markus 12:27; Matius 22:29). Yesus menginginkan setiap orang belajar untuk hidup dalam Firman Tuhan karena cerita manusia belum berakhir saat ia meninggalkan dunia.  Kehidupan manusia di dunia yang sesaat saja memengaruhi kehidupan kekal manusia.  Oleh karena selagi masih ada waktu, hiduplah bergantung kepada Allah yang Hidup.   Saudaraku, manusia yang menerima anugerah keselamatan perlu menyadari benar bahwa sekarang hidup mereka bukan milik mereka lagi melainkan milik Kristus (Galatia 2:20) sehingga mereka harus menyelaraskan diri dengan kehendak Sang Kristus.  Mari syukuri anugerah Allah yang memberi kemenangan dari kematian dan belajar hidup dengan lebih serius dalam iman.  Selamat bertumbuh dewasa. (Ag)