God’s Opportunity to Exert all His Strength and Love

KESEMPATAN. Sahabat, kesempatan hidup yang Tuhan berikan, saya pergunakan untuk bersaksi bahwa Tuhan Yesus itu hidup dan berdaulat. Dia mengasihi, mengampuni, menyelamatkan,  dan menyertai di sepanjang hidupku.   Kata kesempatan umumnya dipahami sebagai saat yang baik, peluang atau kemungkinan yang tersedia. Karena itu tidak mengherankan dalam Alkitab, kata kesempatan diterjemahkan dengan kata kairos yang menunjuk pada arti the right time (waktu yang tepat), waktu anugerah, atau menunjuk pada makna waktu yang kualitatif. Berbeda dengan kata kronos yang menunjuk pada waktu yang kuantitatif, ritme waktu yang ditunjuk oleh arloji. Namun harus diingat bahwa waktu kualitatif senantiasa berada dalam waktu kuantitatif. Waktu sebagai kairos berada dalam waktu sebagai kronos. Karena itu bagaimana setiap orang yang hidup dalam waktu kronos mampu memaknai, menghayati, mengisi, merespons dengan waktu kairos.  Dengan kata lain makna  kesempatan sebagai kairos tidak mungkin terjadi apabila kita mengabaikan ritme yang terjadi dalam waktu kronos. Kedua waktu kairos dan kronos saling terjalin dan integral bagaikan dua sisi dari satu mata uang. Apabila salah satu hilang (tidak ada), maka mata uang tersebut tidak memiliki nilai. Jika demikian makna hidup adalah kesempatan pada hakikatnya sejauh mana hidup yang kita hidupi merupakan hidup yang bernilai atau hidup yang bermakna. Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab 2 Raja-raja dengan topik: “God’s Opportunity to Exert all His Strength and Love (Kesempatan Tuhan Mengerahkan Segala Kekuatan dan Kasih-Nya). Bacaan Sabda diambil dari 2 Raja-raja 19:1-37. Sahabat, situasi krisis sering dihadapi oleh orang percaya dengan dua cara, yaitu: Datang kepada Tuhan atau meninggalkan Tuhan. Kadang TUHAN menggiring kita kepada situasi di mana tidak ada sesuatu atau seorang pun yang dapat kita andalkan lagi, termasuk diri kita dan kekayaan yang kita miliki. Bila hal tersebut terjadi, seharusnya kita menyadari kebutuhan kita akan TUHAN.Sanherib mengirim utusan untuk melemahkan Hizkia dan bangsanya, agar Hizkia menyerah (Ayat 3-4). Melihat situasi yang sulit, Hizkia datang ke rumah TUHAN dengan penuh perkabungan dan berdoa memohon pertolongan-Nya (Ayat 1). Suatu langkah yang  baik. Untung saja Hizkia mau mendengarkan saran nabi Yesaya (Ayat 6-7)). Bergumul bersama dengan orang yang dekat dengan TUHAN, menolong kita untuk tidak tertekan dalam persoalan apa pun. Sanherib menunjukkan kesombongannya, namun tidak menyadari kehancuran mereka sudah di depan mata (Ayat 9-13).Sahabat, apa yang dilakukan Hizkia? Ia menyerahkan semua masalahnya di hadapan TUHAN tanpa mencari keuntungan dirinya sendiri (Ayat 14-19). Hizkia berdoa bukan untuk kebesarannya dan kerajaan Yehuda. Ia mengakui kedaulatan dan kekuasaan TUHAN, bahkan memohon pertolongan-Nya untuk membuat segala kerajaan di bumi mengetahui bahwa TUHAN adalah Allah satu-satunya (Ayat 19). Doa Hizkia didengar dan TUHAN memberi penghiburan-Nya (21-34).  Dari peristiwa tersebut kita melihat TUHAN menjadi Penjaga dan Penyelamat kaum Yehuda. Selain itu, TUHAN menubuatkan hukuman-Nya atas raja Asyur dan kerajaan-Nya (Ayat 35-37). Kalau TUHAN menolong kita, itu hanya karena otoritas-Nya, bukan karena kebaikan manusia belaka.Sahabat, tiada persoalan yang sulit bagi TUHAN. Ketika kita sudah tidak mampu mengandalkan apa pun, itulah KESEMPATAN TUHAN mengerahkan segala kekuatan dan kasih-Nya. Kita hanya perlu datang setiap saat kepada-Nya, mengandalkan Dia, dan tidak menyombongkan apa pun yang kita miliki. Bersyukurlah atas semua pertolongan-Nya. Haleluya! Tuhan itu baik. Bersyukurlah! Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu? Apa yang Sahabat pahami dari ayat 1-4? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Dalam segala keadaan yang kita alami, mari kita arahkan hati kepada Tuhan. (pg).

Limitations of Human Power

JULIUS CAESAR. Sahabat, Veni, vidi, vici adalah kalimat dalam Bahasa Latin yang sangat terkenal, berasal dari ucapan Julius Caesar, seorang Jenderal dan Konsul Romawi pada tahun 47 SM. Julius Caesar menggunakan kalimat tersebut dalam pesannya kepada senat Romawi untuk menggambarkan kemenangannya atas Pharnaces II dari Pontus dalam pertempuran Zela. Kalimat yang berarti: Saya datang, saya lihat, saya menang (menaklukan) dan mengandung arti kemenangan mudah dan mutlak. Nama lengkapnya Gaius Julius Caesar. Kadang ditulis Gaius Yulius Kaisar.  Lahir pada 13 Juli 100 SM. Dia merupakan seorang pemimpin militer dan politikus Romawi yang kekuasaannya terhadap Gallia Comata memperluas dunia Romawi hingga Oceanus Atlanticus,  melancarkan serangan Romawi pertama ke Britania, dan memperkenalkan pengaruh Romawi terhadap Gaul (Prancis). Sebuah pencapaian yang akibat langsungnya masih terlihat hingga kini. Julius Caesar bertarung dan memenangkan sebuah perang saudara yang menjadikannya penguasa terhebat dunia Romawi, dan memulai reformasi besar-besaran terhadap masyarakat dan pemerintah Romawi. Dia menjadi diktator seumur hidup, dan memusatkan pemerintahan yang makin melemah dalam republik tersebut. Caesar meninggal dunia pada 15 Maret 44 SM akibat ditusuk hingga mati oleh Marcus Junius Brutus dan beberapa senator Romawi. Aksi pembunuhan terhadapnya pada hari Idi Maret tersebut menjadi pemicu perang saudara kedua yang menjadi akhir Republik Romawi dan awal Kekaisaran Romawi di bawah kekuasaan cucu lelaki dan putra angkatnya, Kaisar Augustus. Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab 2 Raja-raja dengan topik: “Limitations of Human Power (Keterbatasan Kekuasaan Manusia)”. Bacaan Sabda diambil dari 2 Raja-raja 18:13-37. Sahabat, dalam sejarah dunia muncul pemimpin-pemimpin yang sangat berkuasa, sehingga mereka mampu mengendalikan “seluruh dunia”. Contohnya, Julius Caesar, Alexander Agung, dan lain-lain. Mereka tidak berkuasa untuk selama-lamanya. Mereka hanya mampu memimpin dan berkuasa untuk sementara waktu. Tidak sedikit dari mereka yang harus mengakhiri hidupnya dengan cara yang tragis.Sahabat, Raja Asyur merasa dirinya sangat berkuasa, sehingga melakukan segala sesuatu seperti yang diinginkannya. Dengan kesombongannya, dia merendahkan semua orang. TUHAN sepertinya membiarkan raja Asyur terus menunjukkan kesombongannya.  Kesombongan raja Asyur terlihat dari kalimat-kalimat yang diucapkannya (Ayat 17-24). Memang TUHAN berkali-kali memakai bangsa kafir, termasuk Asyur, untuk menghukum umat-Nya.  Sahabat,  pernyataan raja Asyur jelas menunjukkan kesombongannya seolah-olah TUHAN pun berpihak kepadanya (Ayat 25). Lalu Raja Asyur dengan sengaja berbicara dalam bahasa Yehuda (Ibrani) agar semua rakyat jelata yang tidak menguasai bahasa Aram pada masa itu mendengar dan merasa ketakutan dan kehilangan kepercayaan diri terhadap Hizkia (Ayat 28-35). Dia juga mengancam akan mendatangkan kelaparan atas mereka dengan pernyataan “makan tahi dan minum air kencing” (Ayat 27). Hal yang paling menyinggung adalah hinaannya terhadap TUHAN yang disamakan dengan allah bangsa-bangsa lain yang dapat ditaklukkannya (Ayat 32b-35).Sejak awal, TUHAN dapat menghancurkan raja Asyur dan bangsanya, akan tetapi TUHAN ingin menunjukkan kesetiaan-Nya kepada Hizkia dan umat-Nya. TUHAN selalu memberikan kesempatan kepada orang-orang untuk bertobat. Namun, kesempatan itu justru digunakan untuk menyombongkan diri.Sahabat, kekuasaan TUHAN itu tidak terbatas, sedangkan KEKUASAAN MANUSIA sifatnya TERBATAS dan SESAAT. Karena itu, janganlah takut terhadap orang-orang yang berkuasa di dunia ini. Belajarlah MEMERCAYAI TUHAN dan tidak mengandalkan manusia dalam situasi yang paling sulit sekalipun. Haleluya! Tuhan itu baik. Bersyukurlah! Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Pesan apa yang Sahabat peroleh berdasarkan hasil perenunganmu? Apa yang Sahabat pahami tentang kekuasaan manusia? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Saat kita membenci musuh kita, sesungguhnya kita memberi mereka kekuasaan atas kita: Kekuasaan atas tidur kita, nafsu makan kita, tekanan darah kita, kesehatan kita, dan kebahagiaan kita (Dale Carnegie). (pg).