HADAP KIDUL ATAU HADAP SELATAN
Nah ini, bagi orang yang jadi broker rumah atau real estate (perumahan) paham, rumah yang menghadap arah Selatan harganya akan lebih mahal daripada rumah yang menghadap arah lain. Kalau ditanya mengapa, ya dijawab ndak tahu, pokoknya begitu. Tapi bagi masyarakat di Jawa, khususnya yang tinggal di bagian Selatan Pulau Jawa lebih paham mengapa memilih rumah menghadap Selatan, karena katanya menghadap “sesuatu” kerajaan yang gaib, yang berasal dari lautan di Selatan Pulau Jawa. Maaf, pemikiran yang sesat, terlebih lagi bila pola pikir semacam itu juga merasuki misalnya panitia Pembangunan Gedung Gereja. Memang di Selatan Pulau Jawa tidak ada pulau-pulau lagi, hanya terbentang Samudera Indonesia yang luas. Udara dingin dari arah kutub Selatan senantiasa menghembuskan arus udara dingin yang dahsyat ke daerah khatulistiwa yang menyebabkan gelombang besar di Samudera Indonesia. Jadi tiupan angin di Pantai Selatan Jawa memang lebih kencang daripada di pesisir Utara Pulau Jawa. Ini bukan karena di Selatan ada sesuatu yang dahsyat, tapi memang hanya ada lautan luas yang tidak terhalang satu pun pulau. Meski rumah hadap Selatan katanya lebih mahal, namun saat membayar PBB ternyata Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP) untuk harga tanah di suatu jalan tidak membedakan arah mana saja, pokoknya satu harga saja, entah itu menghadap Utara, Selatan, Timur atau Barat. Jadi preferensi rumah yang hadap Selatan lebih mahal hanyalah bentukan dari para broker atau marketer (pemasar) saja, namun secara NJOP harga tanah di sepanjang jalan yang sama ya harganya sama. Nah arah yang benar sesuai Alkitab gimana? Penulis kitab Ayub dan Mazmur rupanya sepakat bahwa arah utara lebih baik dari arah lainnya. Mari kita perhatikan Ayub 37:22: “Dari sebelah utara muncul sinar keemasan; Allah diliputi oleh keagungan yang dahsyat.” dan Mazmur 48:3: “Gunung-Nya yang kudus, yang menjulang permai, adalah kegirangan bagi seluruh bumi; gunung Sion itu, jauh di sebelah utara, kota Raja Besar.” Jadi dari kota Yerusalem ketika memandang ke arah Utara maka akan nampak Gunung Hermon, Gunung Tabor dan Gunung Gerizim. Khusus Gunung Gerizim ditetapkan menjadi tempat untuk memberikan berkat. Kitab Ulangan 27:12 mencatat: “Sesudah kamu menyeberangi sungai Yordan, maka mereka inilah yang harus berdiri di gunung Gerizim untuk memberkati bangsa itu, …” Bahkan Gunung Hermon yang ada di paling utara tanah Perjanjian Kanaan, menjadi gunung yang paling istimewa. Mazmur 133:3 mencatat: “Seperti embun gunung Hermon yang turun ke atas gunung-gunung Sion. Sebab ke sanalah TUHAN memerintahkan berkat, kehidupan untuk selama-lamanya.” Gunung-gunung di Sion yakni Gunung Tabor, Gerizim dan Ebal ada di Selatan Gunung Hermon, jadi nampaknya udara dingin yang sejuk datang dari arah Utara atau Gunung Hermon bergerak ke selatan, bahkan udara sejuk ini mencapai kota Yerusalem yang ada di bagian selatan tanah Kanaan. Lebih selatan dari dari Yerusalem ada kota Bersyeba, setelahnya kawasan gurun belantara. Jadi di Alkitab mencatat MENGHADAP ARAH UTARA merupakan suatu berkat, karena datangnya udara sejuk dan awan hujan dari arah Utara, yang bahkan oleh Ayub disebutkan sebagai sinar keemasan melambangkan keagungan Tuhan. Saudaraku, dari nyanyian ziarah Daud di Mazmur 133:1-3 kita diingatkan bahwa kerinduan hati Tuhan adalah memberkati keluarga yang rukun yang dibangun di atas firman-Nya. Seperti Tuhan memberkati jemaat mula-mula yang setiap hari selalu berkumpul, bersehati, berdoa, memuji Tuhan, belajar firman, dan saling berbagi! Sungguh betapa indahnya sebuah keluarga yang menunjukkan kerukunan seperti itu. Ketika Sang Sumber Berkat itu berdiam di tengah-tengah keluarga yang rukun, maka keluarga itu pun menikmati kehadiran Pribadi-Nya yang limpah dengan ketenangan dan kedamaian sebab Ia memerintahkan berkat-berkat-Nya. (Surhert).
SAM SUNG ALIAS SAN XING
Penjelasan di Google, menurut pendiri Samsung, arti dari kata “Samsung” (三星) dalam “hanja” Korea adalah “tiga bintang”. Sanxing (Hanzi: 三星; “Bintang Tiga”) adalah dewa dari tiga benda langit yang dianggap penting dalam astrologi dan mitologi Tiongkok: Jupiter, Ursa Major, dan Canopus. Tiga Bintang ini juga dikenal oleh orang Tionghoa sejak zaman dinasti-dinasti sebagai Fu Lu Shou, populer selama berabad-abad dalam kultur tradisional China yang menganggap tujuan hidup yakni untuk mencapai kebahagiaan (Fu), kemakmuran atau memiliki pangkat tinggi (Lu), dan umur panjang (Shou). Jadi memang orientasi dan tujuan orang-orang Tionghoa hanya mendapatkan kebahagiaan, kemakmuran atau memiliki strata sosial yang tinggi, dan umur panjang. Terlebih lagi untuk mencari kebahagiaan yang dalam bentuk riilnya yakni memiliki uang, maka uang menjadi sesembahan dan diciptakanlah Dewa Judi. Pokoknya apa yang dapat memberikan fu–lu– shou, itulah yang akan disembah dan dipuja, kemudian digambarkan dalam berhala-berhala sesembahan. Bahkan di Singapura ada satu mall yang memakai nama Fu-Lu-Shao mall maksudnya agar semua tenant (Penyewa toko) di situ mendapatkan kebahagiaan. Juga ada mainan patung kucing yang tangannya dibuat melambai-lambai, biasanya diletakkan di meja-meja kasir, maksudnya supaya uang datang, tidak tahu asal-usulnya mengapa memakai dewa kucing, hanya saja bunyi māo kucing memang mirip dengan bunyi mào yang artinya trading atau perdagangan. Itulah adat Tionghoa, siapa yang bisa memberikan keberuntungan, itulah yang akan dipuja-puji. Saudaraku, baiklah kita belajar dari kisah nyata Raja Salomo yang demikian kaya raya berlimpah Fu-Lu-Shao dalam hidupnya. Salomo menuliskan pengalamannya: “Aku melakukan pekerjaan-pekerjaan besar, mendirikan bagiku rumah-rumah, menanami bagiku kebun-kebun anggur; … membeli budak-budak laki-laki dan perempuan, dan ada budak-budak yang lahir di rumahku; aku mempunyai juga banyak sapi dan kambing domba melebihi siapapun yang pernah hidup di Yerusalem sebelum aku. Aku mengumpulkan bagiku perak dan emas, harta benda raja-raja dan daerah-daerah, mencari biduan-biduan dan biduanita-biduanita, dan yang menyenangkan anak-anak manusia, yakni banyak gundik. Dengan demikian aku menjadi besar, bahkan lebih besar dari pada siapapun yang pernah hidup di Yerusalem sebelum aku; dalam pada itu hikmatku tinggal tetap padaku. (Pengkhotbah 2:4, 7-9) Namun akhirnya, dia merasa ngenas (sedih) melihat kehidupannya: “Ketika aku meneliti segala pekerjaan yang telah dilakukan tanganku dan segala usaha yang telah kulakukan untuk itu dengan jerih payah, lihatlah, segala sesuatu adalah kesia-siaan dan usaha menjaring angin; …” (Pengkhotbah 2:11) Kita semua tahu ketika Salomo digantikan oleh anaknya, Raja Rehabeam, Kerajaan Israel pecah menjadi dua, Israel dan Yehuda, juga emas dan barang-barang berharga yang dikumpulkan oleh Raja Salomo dirampas oleh Raja Mesir. Jadi Raja Salomo yang sudah mendapatkan demikian melimpahnya kebahagiaan (Fu), kemakmuran atau memiliki pangkat tinggi (Lu), dan umur panjang (Shou), akhirnya merasa sia-sia saja, segala sesuatu adalah kesia-siaan dan usaha menjaring angin … Namun di bagian lain Raja Salomo sempat mendapatkan hikmat untuk menuliskan kalimat indah berikut: “Ganjaran kerendahan hati dan takut akan TUHAN adalah kekayaan, kehormatan dan kehidupan.” (Amsal 22:4) Sebagai penutup Raja Salomo menyimpulkan: “Akhir kata dari segala yang didengar ialah: takutlah akan Allah dan berpeganglah pada perintah-perintah-Nya, karena ini adalah kewajiban setiap orang.” (Pengkhotbah 12:13) Saudaraku, hari ini kita diberi dua pilihan, yaitu hidup dalam kesia-siaan atau hidup bermakna. Jika ingin hidup bermakna, jadikanlah Tuhan yang terutama dalam hidup kita. Tidak peduli apakah kita kaya atau miskin, sehat atau sakit, berpendidikan tinggi atau rendah, jika hidup tanpa Tuhan semua akan berakhir sia-sia.Oleh karena itu, marilah kita takut akan Tuhan dan menempatkan-Nya di atas segalanya. Dengan begitu, hidup kita akan berakhir dengan sukacita kekal. Sampai kapan pun juga, kita mau menghidupi firman Tuhan supaya tidak berakhir dengan sia-sia. Kita mesti optimis dan setia pada firman Tuhan yang menuntun kepada hidup sejati. (Surhert)
DEWA DAPUR
Saudaraku, ini kenyataan hidup, kalau Anda ada kesempatan piknik ke Taipei atau Taiwan, hampir di setiap blok ada kuil tempat pemujaan. Jumlahnya bisa ratusan, dan masing-masing punya HUT. Saking banyaknya permintaan libur untuk HUT masing-masing kepercayaan, Pemerintah Taiwan menetapkan hari libur resmi, fakultatif dan perayaan atau observances. Untuk tahun 2024, sesuai di google, ada 54 hari – bandingkan dengan Indonesia yang hari libur 24 hari saja sudah diributin asosiasi pengusaha, ini di Taiwan yang resmi ada 54 hari, belum nambah lagi yang lokal. Jadi libur resmi sekitar 15 hari terutama imlek dan tahun baru, lainnya fakultatif. Karyawan menganut suatu aliran boleh libur HUT pas perayaan setempat, tapi lainnya yang beda kepercayaan mesti masuk kerja, bahkan hari Natal 25 Desember bukan hari libur, yang Kristen boleh libur Natalan 1 hari, tapi lainnya tetap masuk. Nah, mengapa ada banyak kepercayaan dan aliran? Karena masing-masing suku dan marga punya jagoan masing-masing. Pokoknya siapa yang disembah harus bisa menurunkan rezeki dan kesehatan. Ini karena leluhur orang Tionghoa hidup di zaman kaisar-kaisar yang kejam, perlu mendapat banyak harta agar bisa menjadi orang kaya dan minta perlindungan dari penguasa setempat supaya bebas dari ancaman anak buah kaisar-kaisar yang semena-mena. Untuk itu orang-orang hanya yang menyembah siapa yang bisa menurunkan rezeki, juga tidak ada ikatan mesti doa jam berapa, bebas saja. Rupanya menjadi kebiasaan orang Tionghoa sekarang ini, kebanyakan datang terlambat ke gereja, dan gereja yang menjanjikan banyak berkat akan mendapatkan banyak jemaat. Kalau Anda berkesempatan jalan-jalan ke daerah Gang Baru Semarang, perhatikan, dalam radius kurang dari 2 km, ada setidaknya 5 kuil besar dan kecil, yang masing-masing beda isinya. Ya karena masing-masing didirikan oleh berbeda marga, klan dan suku. Karenanya total sesembahan tradisional bisa lebih dari 1.000 oknum, ada arhat, dewa, malaikat, jenderal-jenderal perang, tokoh-tokoh zaman dulu, dan lain-lain. Tapi meskipun ada banyak sesembahan, hanya 2 saja yang nampaknya wajib ada sejak zaman awal dinasti-dinasti. Kita bahas satu dulu, yakni Dewa Dapur. Namanya dalam lafal sini Tjioe Kun Kong, atau Zao Shen atau Zao Jun Gong. Kita tidak perlu tahu asal muasalnya, tapi jelas ini merupakan dewata orisinal di China daratan, bahkan menyebar ke Korea dan Jepang. Ceritanya dewa ini diutus Penguasa Langit agar mesti ada di setiap rumah, tugasnya mengawasi pemilik rumah dan kelakuannya. Diletakkan di dapur karena dapur menjadi lokasi utama setiap rumah, suami, istri, dan anak-anak selalu bertemu dan ngobrol-ngobrol, termasuk kalau-kalau ada KDRT. Nah si Dewa Dapur akan mencatatnya dan setiap tahun 6 hari sebelum imlek tiba dia akan naik ke surga untuk melaporkan tingkah laku pemilik rumah dan keluarganya. Zaman dulu, mungkin dia bawa buku tebal atau ingatan di dalam otaknya demikian jernih sistematis sehingga bisa lapor dengan tepat. Penguasa Langit kalau murka mendengar laporan Dewa Dapur, akan menjatuhkan lebih banyak kemalangan atau sakit daripada berkat ke pemilik rumah di tahun mendatang. Nah pemilik rumah juga punya akal untuk membujuk Dewa Dapur agar tidak lapor macam-macam. Tiap hari ada hio dipasang, dan sebelum dia naik ke surga maka mulutnya akan dioles madu, matanya ditutup manisan, jadi saat melapor hanya ngomong yang manis-manis dan mulutnya tidak ngoceh macam-macam. Nampaknya lucu, tapi ini kenyataan. Altar sembahyang lainnya di rumah ya untuk pemujaan leluhur atau sesembahan lainnya, diletakkan di tengah rumah atau dekat pintu masuk. Tapi Dewa Dapur tetap diletakkan di dapur. Saudara, bagi kita yang percaya pada Tuhan Yesus, kita sebenarnya juga sudah mendapat pengawasan dan diawasi setiap saat oleh Tuhan. Nabi Musa menuliskan menulisnya dalam Kitab Ulangan 30:14 “Tetapi firman ini sangat dekat kepadamu, yakni di dalam mulutmu dan di dalam hatimu, untuk dilakukan.” Jadi Firman Tuhan atau perintah-perintah Tuhan sebenarnya sudah diletakkan di setiap hati kita dan siap dilakukan. Apa yang Saudara lakukan setiap hari? Raja Salomo menuliskan dalam Amsal 15:3 “Mata TUHAN ada di segala tempat, mengawasi orang jahat dan orang baik.” Sedangkan di Kitab Maleakhi 3:16 dicatat “TUHAN memperhatikan dan mendengarnya; sebuah kitab peringatan ditulis di hadapan-Nya bagi orang-orang yang takut akan TUHAN dan bagi orang-orang yang menghormati nama-Nya.” Ya, ada sebuah kitab peringatan yang ditulis di hadapan Tuhan terhadap orang-orang yang takut akan TUHAN. Siapa yang menulis? Malaikat. Jelas di zaman sekarang ini ada berbagai CCTV yang mengawasi gerak-gerik masyarakat, lalu ada “Big Daddy” dari satelit yang mampu mengawasi setiap orang, dan tentunya catatan kehidupan bukan lagi di kitab atau buku, tapi mungkin ada perangkat yang lebih canggih dari USD atau flashcard atau Google record yang dimiliki oleh TUHAN, jadi tidak perlu berlembar-lembar kertas untuk mencatat. Device ini ada di segala tempat, mengawasi orang jahat dan orang baik. Hati-hatilah dengan hidupmu. Untuk Saudaraku yang merayakannya: Selamat merayakan Tahun Baru Imlek 2575. Semoga berkah keselamatan, kesehatan, kebahagiaan, dan kelimpahan, selalu ada untuk kita. Semoga segala usahamu membuahkan hasil yang gemilang, rezeki mengalir semakin deras, dan semakin banyak impianmu yang menjadi kenyataan. Oh ya, jangan lupa, dukunglah Yayasan Christopherus dengan DOA, DANA, DAN KARYA. (Surhert).