Tak berkesudahan kasih setia TUHAN. Meme Firman Hari Ini.
Choose the Living God
MELECEHKAN. Sahabat, setiap hari kita berinteraksi dan berelasi dengan begitu banyak orang. Pengamsal mengingat kita: “Siapa menghina sesamanya berbuat dosa, tetapi berbahagialah orang yang menaruh belas kasihan kepada orang yang menderita.” (Amsal 14:21). Kiranya nasihat itu selalu mengingatkan agar kita tidak mudah terpancing emosi sehingga di luar kendali kita mengucapkan perkataan yang menghina atau melecehkan orang lain dalam kelemahannya. Berhati-hatilah dengan perkataan kita. Salah berucap, melecehkan seseorang, bisa buruk akibatnya. Tak seorang pun menghendaki dirinya dilecehkan orang lain walau hanya dengan sebuah perkataan. Sebagai korban pelecehan, kita pasti merasa sakit hati. Ketika seseorang mengalami pelecehan atau hinaan dari orang lain, ia akan bereaksi, seolah-olah hendak berkata bahwa apa yang orang lain pikirkan tentang keberadaan dirinya, tidaklah seperti demikian adanya. Di dalam budaya kuno, seorang raja biasanya menandai daerah kekuasaannya dengan mendirikan patung yang bentuknya menyerupai dirinya. Meskipun hanya sebuah patung, hal tersebut tetap dapat merepresentasikan sang raja. Siapa pun yang merusak patung tersebut berarti menghina raja atau berusaha melawannya. Demikian gambaran hidup manusia sebagai gambar dan rupa Allah! Siapa pun yang melecehkan dan menghina manusia, yang adalah ciptaan Tuhan, ia tidak sedang berurusan dengan orang tersebut, tapi Allah sendiri. Orang yang melecehkan sesamanya, sama artinya melecehkan Allah. Sahabat, pelecehan adalah berbagai perilaku yang bersifat menyerang. Umumnya dipahami sebagai perilaku yang merendahkan, menghina, atau mempermalukan seseorang, dan diidentifikasi sebagai hal yang tidak patut dalam norma sosial dan moral. Dari pengertian hukum, pelecehan adalah perilaku yang mengganggu, menjengkelkan atau mengancam. Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab 2 Raja-raja dengan topik: “Choose the Living God (Pillihlah Tuhan yang Hidup)”. Bacaan Sabda diambil dari 2 Raja-raja 16:1-20. Sahabat, kita selalu diperhadapkan pada pilihan. Salah satu pilihan dalam kehidupan adalah: Untuk siapa kita hidup, untuk Tuhan atau untuk manusia? Ahas, raja Yehuda, diperhadapkan pada pilihan kepada siapa dia akan mengarahkan imannya. Keputusan Ahas menentukan masa depan pemerintahannya.Ahas mewarisi takhta Kerajaan Yehuda dari Yotam, ayahnya ketika ia berumur dua puluh tahun. Ia memerintah selama enam belas tahun (Ayat 1-2). Ironisnya, sekalipun istana Ahas tidak jauh dari Bait Allah, ia tidak mau menyembah Tuhan Allah yang sejati. Ia malahan memilih untuk hidup menurut perbuatan raja-raja Israel yang jahat, yaitu mempersembahkan anaknya sebagai korban dalam api, serta mempersembahkan korban kepada berhala (Ayat 3-4).Sahabat, demi persekutuannya dengan raja Asyur, Ahas menyingkirkan peralatan persembahan korban dan dekorasi di dalam Bait Allah (Ayat 6-18). Pilihan yang diambil Ahas menegaskan sikap penolakannya terhadap Allah yang sejati, dan ia memilih untuk menyembah berhala-berhala mati yang tidak berdaya. Ahas telah melecehkan Allah.Tindakan-tindakan yang dilakukan Ahas menunjukkan bagaimana ia memandang rendah hakikat dan keberadaan Allah dalam hidupnya. Ahas melecehkan Allah. Penulis Kitab Raja-raja membandingkan perbuatan Ahas dengan Raja Daud, leluhurnya, dan menunjukkan bagaimana tindakan Ahas dikategorikan sebagai “tidak melakukan apa yang benar di mata TUHAN, Allahnya” (Ayat 2). Sebagai konsekuensi berat yang harus ditanggungnya, Ahas tidak mengalami berkat penyertaan Tuhan dalam hidupnya.Sebagai manusia, mengapa kita perlu memiliki persekutuan yang hidup dengan Tuhan Yesus? Mengapa kita perlu mengambil pilihan berdasarkan pengetahuan yang benar bagi kemuliaan Kristus? Karena Allah menciptakan manusia menurut gambar dan rupa Allah supaya manusia dapat menjadi mitra kerja Allah dalam mengelola bumi (Kejadian 1:26-27). Kepada kita sebagai umat-Nya, Allah menjanjikan penyertaan dan pemeliharaan sehingga kita dapat memenuhi panggilan asali kita (Roma 8:28-30). Karena itu pilihlah Allah yang hidup yang telah menghidupi kita. Haleluya! Tuhan itu baik. Bersyukurlah! Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Pesan apa yang Sahabat peroleh berdasarkan hasil perenunganmu? Apa yang Sahabat pahami dari Amsal 14:21? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Mampu menguasai diri akan menolong kita untuk berkata-kata dengan bijak. (pg).
How We Will Be Remembered
DIKENANG. Sahabat, semoga masih ingat dengan perihabahasa yang cukup familier di masyarakat kita: “Harimau mati meninggalkan belang, gajah mati meninggalkan gading, manusia mati meninggalkan nama.” Peribahasa itu memiliki arti bahwa setiap orang yang sudah meninggal pasti akan dikenang sesuai dengan perbuatannya di dunia. Kenangan orang terhadap diri kita sangat tergantung pada perilaku dan iman kita semasa kita hidup. Orang akan mengenang bahwa kita adalah orang yang baik dan benar jika selama hidup, kita berperilaku baik di hadapan manusia dan hidup kita berkenan kepada Tuhan. Sebaliknya, orang akan mengenang kita sebagai orang yang jahat apabila kita berperilaku jahat dan mengabaikan Tuhan. Sahabat, miliki kehidupan yang bisa memberkati untuk waktu yang lama bahkan setelah kita tiada adalah BENAR-BENAR SESUATU. Hidup kita di dunia memang singkat, namun kenangan yang kita wariskan akan hidup selamanya. Seperti apa kita dikenang orang, akan terbentuk dari sikap dan cara hidup kita, keputusan-keputusan yang kita ambil, karya-karya yang kita hasilkan dan seberapa besar kita memberi dampak kepada hidup orang lain.Ingatlah apa yang ditulis oleh Pengamsal: “Kenangan kepada orang benar mendatangkan berkat, tetapi nama orang fasik menjadi busuk.” (Amsal 10:7). Seperti apa kita dikenang akan sangat tergantung dari perilaku, keputusan, karya dan perbuatan kita di masa hidup. Kenangan akan kita bisa terus memberkati orang lain, tapi sebaliknya bisa pula “membusuk” di ingatan orang lain. Ada orang yang dikenang sebagai pribadi yang ramah, murah hati, setia kawan, sangat bersahabat, humoris, pintar, rajin dan sebagainya. Sebaliknya tidak sedikit pula orang yang terlupakan oleh waktu, atau bahkan dikenang sebagai sesuatu yang negatif, seperti koruptor, pemarah, penghujat, ringan tangan, suka mengutuki orang lain, penipu, orang tidak tahu sopan, oportunis tulen dan sebagainya. Sahabat, wajar jika kita rindu untuk meninggalkan kenangan yang baik bagi sesama kita. Tentu saja, bukan supaya mereka mengingat bahwa diri kita orang yang baik, melainkan supaya mereka dapat melihat kebaikan Tuhan. Melalui kebaikan-kebaikan kita, kiranya orang-orang di sekeliling kita bisa bersyukur dan melihat kasih Tuhan. Sebaliknya pula, kiranya kita senantiasa menyimpan kenangan tentang kebaikan hati sahabat-sahabat kita. Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab 2 Raja-raja dengan topik: “How We Will Be Remembered (Seperti Apa Kita Akan Dikenang)”. Bacaan Sabda diambil dari 2 Raja-raja 15:1-38. Sahabat, dalam Alkitab, kisah raja-raja Israel dan Yehuda selalu dilengkapi dengan catatan tentang perilaku raja-raja tersebut. Catatan tentang perilaku para raja selalu mengungkapkan penilaian tentang apakah kehidupan raja-raja itu dipandang sebagai benar atau jahat di hadapan Tuhan. Dengan demikian, kisah para raja Yehuda dan Israel itu merupakan pembelajaran bagi kita saat ini, agar kita tidak mengikuti jejak raja-raja yang jahat, melainkan kita didorong untuk hidup secara benar di hadapan Tuhan dengan mengikuti teladan raja yang hidup secara benar itu. Azarya atau disebut Uzia (dalam 2 Tawarikh) adalah raja Yehuda yang mula-mula melakukan apa yang benar di mata Tuhan (Ayat 1-3). Akan tetapi, kesuksesan yang ia raih membuat ia menjadi tinggi hati, lalu ia berubah setia kepada Tuhan, sehingga akhirnya Tuhan menimpakan tulah berupa penyakit kusta kepadanya sampai hari kematiannya (Ayat 4-5; 2 Tawarikh 26:16). Raja-raja Israel berikutnya yaitu Zakharia, Salum, Menahem, Pekahya, dan Pekah melakukan apa yang jahat di mata Tuhan (Ayat 8-31). Mengingat para raja Israel tidak menaati perintah Tuhan, kerajaan Israel makin lama makin gagal menjadi bangsa yang berkenan kepada Tuhan. Sebaliknya, Yotam, raja Yehuda, melakukan apa yang benar dimata Tuhan. Yotam menjadi kuat, karena ia mengarahkan hidupnya kepada Tuhan, Allahnya (Ayat 32-38; 2 Tawarikh 27:6). Sahabat, apa yang akan dikenang oleh orang lain tentang diri kita? Apa yang kita tinggalkan? Warisan karakter yang baik dan iman yang teguh atau perilaku yang buruk dan jauh dari Tuhan, ditentukan oleh perilaku kita saat ini di sini sampai saat kita menutup mata. Maka jagalah perilaku dan iman kita kepada Tuhan agar nama Tuhan ditinggikan dan kita menjadi berkat bagi banyak orang! Haleluya! Tuhan itu hidup. Bersyukurlah! 2 Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu? Apa yang Sahabat pahami dari Amsal 10:7? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Belum pernah ada seorang pun dalam sejarah yang menuntut kehidupan serba mudah yang namanya layak dikenang. (Theodore Rosevelt). (pg).
ANGPAO
Amplopnya dari kertas warna merah, tulisan aslinya 紅包 (hóngbāo) artinya amplop merah. Dalam dialek Hokkian dilafalkan sebagai angpao, yang artinya bungkusan amplop merah. Mengapa merah? Warna merah melambangkan kebaikan dan kesejahteraan di dalam kebudayaan Tionghoa, menunjukkan kegembiraan, semangat yang pada akhirnya akan membawa nasib baik. Tradisi memberikan angpao bukan hanya monopoli tahun baru Imlek, tapi juga dalam peristiwa (acara) apa saja yang melambangkan kegembiraan seperti pernikahan, ulang tahun, masuk rumah baru, peresmian kantor baru, ada gembala jemaat yang baru, termasuk diantaranya saat peresmian gedung Sekolah Musik Christopherus, dan lain-lain, yang maknanya para tamu yang diundang turut mengucapkan selamat kepada yang mengundang, dengan cara memberikan bungkusan warna merah. Uang kertas pertama kali digunakan di Tiongkok pada zaman Dinasti Song (tahun 960-1279 Masehi), jadi bungkusan merah sebelum zaman itu berupa manisan, buah, permen dan makanan, ya ingat saja mirip-mirip bingkisan antar pesalin bagi calon pengantin. Karena perkembangan zaman, orang merasa lebih mudah memberikan dalam bentuk uang dan membiarkan penerima angpao membeli sendiri hadiah atau barang yang cocok. Dalam tradisi Tionghoa, orang yang wajib memberikan angpao adalah orang sudah menikah karena dianggap lebih mapan ekonominya jadi punya dana untuk berbagi. Selain memberikan angpao kepada anak-anak, mereka juga wajib memberikan angpao kepada yang dituakan atau orangtuanya yang sudah tidak bekerja lagi. Nah ini, papa mama yang sudah lanjut usia, tidak bekerja lagi, sering hidup sendirian, empty nest, jauh dari anak dan cucu. Karenanya papa mama usia lanjut memberikan angpao kepada anaknya yang belum menikah dan cucu atau cicitnya dengan tujuan keluarga besar dapat berkumpul, anak cucu dapat bersenda gurau dengan kakek nenek. Hal itu menjadi kebahagiaan sendiri. Saudaraku, dapat memberikan sesuatu atau angpao kepada pihak lain, memberikan arti bahwa diri kita sebagai pemberi ada di posisi yang lebih mampu, bukan orang yang kekurangan. Bahkan di sosmed kita melihat ada orang, artis dan influencer yang menunjukkan bisa membagi angpao ke sekian ratus orang, bahkan menyebarkan uang melalui helikopter, dengan maksud menunjukkan dia masuk golongan tajir, atau kategori super rich, dan lain-lain. Mau memberikan sesuatu atau angpao kepada relasi atau bahkan orang yang tidak dikenal, terlebih lagi bila dia memberikan sesuatu kepada anak sendiri, pasti memberikan yang paling baik, paling mewah, paling mahal, dan seterusnya, tergantung jumlah uang yang dimiliki. Nah Tuhan Yesus mengingatkan kita: “Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya.” (Matius 7:11). Bapa kita yang di surga, yakni Tuhan kita akan memberikan sesuatu yang baik kepada umat-Nya yang meminta kepada-Nya. Percayakah akan hal ini? Pemberian yang baik dari Tuhan akan datang tepat pada saat yang tepat, bagi orang yang beriman kepada-Nya. Untuk para pembaca yang merayakannya: Selamat mempersiapkan diri menyambut dan merayakan Tahun Baru Imlek. Semoga berkah keselamatan, kesehatan, kebahagiaan, dan kelimpahan, selalu ada untuk kita. Semoga segala usahamu membuahkan hasil yang gemilang dan semakin banyak impianmu yang menjadi kenyataan. Oh ya, hampir lupa, semoga ada cukup banyak Sahabat yang berkenan mengirimkan angpao untuk mendukung pelayanan Christopherus. (Surhert).