LANJUTKANLAH !

Saudaraku, manusia selalu berusaha untuk bisa hidup dalam kenyamanan.  Sebisa mungkin dan sekuat mungkin kenyamanan dipertahankan selama mungkin.  Namun Yesus memiliki prinsip hidup yang berbeda.  Mari kita merenungkan Lukas 4:31-44. Yesus ditolak di Nazaret dan bahkan hampir dibunuh (Lukas 4:16-30) sehingga Ia memilih pergi dari sana.  Namun saat Ia pergi ke Kapernaum, Ia mendapat respons sebaliknya.  Orang-orang Kapernaum mempercayai-Nya dan bahkan mengagumi pengajaran-Nya sehingga mereka dapat merasakan mukjizat-Nya.  sehingga mereka menginginkan Yesus tinggal lebih lama di daerah mereka.  Yesus menjadi viral di Kapernaum. Mereka tidak membiarkan Yesus sendirian apalagi pergi meninggalkan mereka.  Jangan sampai Yesus pergi karena Ia bisa mengatasi apa yang mereka inginkan dan butuhkan.  Rasanya lebih aman dan nyaman kalau Yesus Bersama mereka.  Bagi Yesus sendiri tanggapan sangat positif ini tentunya sangat menyenangkan.  Sebagai manusia, Yesus pasti menikmati kepopuleran.  Ia dipuja, dirindukan, dicari banyak orang.  Siapa tidak bangga?  Siapa yang menolak?  Manusia selalu rindu pengakuan dan penghargaan seminim apa pun.  Seorang yang Bernama Abraham Maslow menempatkan penghargaan sebagai kebutuhan yang ingin didapat oleh manusia, yang membuat manusia menjadi manusia.  Hal ini membuktikan bahwa sekecil apapun manusia membutuhkan penghargaan untuk dapat mengembangkan dirinya.  Sebagai manusia, Yesus pasti merasakan energi positif penduduk Kapernaum.  Namun ternyata apresiasi yang didapat-Nya tidaklah membuat-Nya berpaling dari misi utama kedatanganNya yaitu mengabarkan tentang Kerajaan Allah.  Tujuan hidup membuat Yesus memilih untuk keluar dari Kapernaum dan berjalan mengajar ke kota lain.  Ia meninggalkan kenyamanan dan memilih untuk mencapai tujuan-Nya.  Kegigihan Yesus mengajar membuat banyak orang mengenal Kerajaan Allah dan menjadi kekuatan manusia dari generasi ke generasi hingga saat ini.  Zona nyaman bukanlah pemberhentian akhir.  Ketika harapan sudah dicapai, target sudah di tangan seharusnya perjalanan harus tetap dilanjutkan.  Kalau hidup orang percaya diumpamakan dengan Bus Rapid Transit (BRT) maka setiap orang percaya sebenarnya sudah memiliki tujuan akhir  yang ditetapkan oleh Allah yaitu panggilan surgawi dalam Kristus Yesus.  Untuk menuju ke tujuan itu, bus harus menjalankan tugasnya sebagai alat transportasi.  Orang percaya juga diberi tugas di sepanjang perjalanan menuju ke tujuan akhir dan Yesus mengatakan tugas orang percaya adalah: Setiap orang percaya seharusnya menjadi terang yang bercahaya di depan orang sehingga mereka melihat perbuatan baiknya dan memuliakan Bapa di Surga (Matius 5:16) dan setia menjalankan Amanat Agung (Matius 28:20).  Memang bis akan berhenti sejenak di shelter-shelter yang dilewati, sehingga sopir bisa beristirahat sejenak, namun bus harus tetap berjalan terus melanjutkan tugasnya sampai ke tujuan akhir.  Demikian juga orang percaya perlu berpikir bahwa pencapaian targetnya saat ini hanyalah sebuah shelter permberhentian sementara dan setelah itu mereka harus terus melanjutkan perjalanan kepada tujuan Allah.  Mari terus gigih berjalan menuju tujuan yang Allah sudah tetapkan.  Hanya si pemberani yang mampu melawan ego untuk keluar dari zona nyaman.  Selamat bertumbuh dewasa. (Ag)

MERESPONS FIRMAN

Saudaraku, tidak banyak orang suka mendengarkan nasihat apalagi kalau nasihat itu pedas menyengat.  Namun ternyata orang-orang Yahudi saat itu merindukan dan kehadiran si pengkritik yang bernama Yohanes, putra Imam Zakharia.  Mari kita merenungkan Lukas 3:1-19. Lukas memberikan gambaran detail tentang figur Yohanes yang saat itu sempat membuat heboh wilayah Yudea (Lukas 3:1-2).  Yohanes sempat dianggap sebagai Mesias karena ajaran yang dibawanya. Mereka menyambut positif dan banyak diantara mereka yang dibaptis untuk menjadi pengikut Yohanes dan Raja Herodes mengakui keberadaannya. Lukas menuliskan  dua tanggapan terhadap teguran Yohanes : Keterbukaan dan dialog Mengejutkan karena ternyata para pemungut cukai  ada diantara mereka yang tertarik dengan ajaran Yohanes. Pemungut cukai merupakan lapisan masyarakat yang mengalami diskriminasi karena pekerjaan mereka. Namun mereka membuka diri untuk menerima kebenaran yang diajarkan oleh Yohanes.  Namun mereka memiliki kerendahan hati untuk membuka diri dan haus menemukan kebenaran melalui nasihat Yohanes.  Mereka merindukan kebenaran dan ingin melakukannya dalam tugas mereka sehari-hari. Menolak  dan bertindak defensif Teguran Yohanes tidak mengenal kasta dan Raja Herodes kena tegur juga ketika ia melakukan kesalahan (Lukas 3:19).   Herodes menjebloskan Yohanes dalam penjara karena teguran tersebut.  Kesombongan Herodes dengan menolak nasihat dan teguran Yohanes membuatnya bertindak membungkam kebenaran, walau sebenarnya Herodes menghormati Yohanes (Markus 6:20). Sama-sama menjadi pendosa, respons para pemungut cukai dan Herodes jauh berbeda dengan teguran Yohanes.  Sikap rendah hati membuka pemikiran pemungut cukai untuk hidup lebih baik walau pekerjaan mereka dipandang remeh oleh masyarakat.  Mereka berupaya untuk berubah dengan meminimalisir egosentris mereka dengan menagih sesuai yang ditentukan (Matius 3:12).  Sikap berbeda ditunjukkan Herodes dengan menunjukkan egonya melalui kekuasaan yang dimilikinya untuk membungkam Yohanes.  Firman Tuhan akan memberikan pengaruh kalau siapa pun yang mendengarnya memiliki kerendahan hati untuk mau berpikir terbuka dan belajar untuk melakukannya dalam kehidupannya.  Selama ego masih menjadi raja dalam diri manusia, ia akan sulit untuk menjadi pelaku bahkan ia akan menolak Firman.  Menjadi Kristen bukan hanya menerima Kristus dalam hati namun juga kemauan untuk menyingkiran ego dan menjadikan Dia sebagai Raja yang memerintah dan mempengaruhi hidupnya sehingga ia hidup sesuai dengan Firman sebagaimana pemazmur mengatakan,   “Fiman-Mu yang tersingkap memberi terang, memberi pengertian kepada mereka yang tidak berpengalaman” (Mazmur 119:130).  Mari belajar menanggapi Firman Tuhan dengan hati terbuka dan memprosesnya sehingga kekuatan Firman sanggup mengubah kehidupan.  Selamat bertumbuh dewasa. (Ag)

The Hero’s Helper

PAHLAWAN TAK DIKENAL. Sahabat, pemerintah telah menetapkan sederetan nama sebagai pahlwan “formal”. Nama mereka menjadi nama jalan atau nama bandar udara atau nama tempat yang penting lainnya. Sebenarnya kita harus menyadari bahwa disamping mereka,    masih ada lebih banyak lagi pahlawan-pahlawan lain yang tidak dikenal. Sayang, nama-nama pahlawan itu tidak diketahui sehingga  mereka disebut sebagai para pahlawan yang tidak dikenal. Disamping para pemimpin atau orang-orang yang jasanya dikenal, sesungguhnya lebih banyak lagi massa rakyat yang berkat dukungan mereka para pemimpin atau tokoh itu dapat berperan. Pahlawan tak dikenal adalah rakyat atau masyarakat biasa yang dengan diam-diam turut mendukung para pahlawan. Mereka juga banyak berkorban ketika musuh menggeledah desa atau membumi hanguskan sebuah kota atau kawasan serta membinasakan para penghuninya. Nama-nama mereka tidak sempat diabadikan, tetapi jerih payah dan pengorbanan mereka tidak dapat dilupakan begitu saja. Menyadari pengorbanan rakyat kecil dalam proses perjuangan atau proses pembangunan, dialam kemerdekaan ini sudah sepatutnya kita mengingat jerih juang dan pengorbanan mereka. Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab 2 Samuel dengan topik: “The Hero’s Helper (Penolong Sang Pahlawan)”. Bacaan Sabda diambil dari 2 Samuel 23:8-39 dengan penekanan pada ayat 16. Sahabat, kenalkah  dengan Benaya bin Yoyada? Elhanan bin Dodo? Elifelet anak Ahasbai orang Maakha? Eliam anak Ahitofel orang Gilo? Siapakah mereka? Pernahkah Sahabat membaca nama mereka di dalam Alkitab? Sebaliknya, Sahabat pasti segera mengenal nama Daud, Sang Raja Israel, yang gagah perkasa dengan segudang prestasinya. Sahabat, dalam bacaan  kita pada hari ini, kita berjumpa dengan nama-nama yang terdengar asing. Mereka adalah para pemimpin pasukan Daud, para pahlawan yang turut berperang berdampingan bersama dengan Daud. Mereka dengan gagah berani bertempur mempertaruhkan nyawa mereka demi Daud. Alkitab mencatat nama-nama mereka untuk mengingatkan kepada kita semua bahwa tidak ada seorang pun, bisa meraih kesuksesan dengan mengandalkan diri sendiri saja. Sedikit atau banyak; disadari atau tidak, orang-orang di sekitar kita punya peran penting dalam keberhasilan kita. Masing-masing mempunyai fungsi dan sumbangsih yang unik dalam kesuksesan Daud. Sebaliknya, Daud juga menjadi instrumen di tangan Allah dalam memimpin dan menginspirasi mereka untuk berjuang bersama. Daud melihat campur tangan Tuhan di dalam perjuangan rekan- rekannya, sehingga dalam kemenangannya Daud mengembalikan semua rasa syukur dan kemuliaan kepada TUHAN Allah (Ayat 16). Dialah yang menentukan fungsi dan perannya masing-masing. Semuanya berkelindan (erat menjadi satu) indah di dalam tenunan alur kehidupan, sesuai yang direncanakan oleh TUHAN Allah Sang Pencipta. Sahabat, ketika kita dapat melihat hal yang sama pada orang-orang di sekitar kita, tentu hati kita akan dipenuhi oleh rasa syukur kepada Tuhan. Namun, apakah orang-orang di sekitar juga bersyukur pada Tuhan atas kehadiran kita dalam kehidupan mereka? Sesungguhnya kehadiran mereka adalah perwujudan dari penyertaan Tuhan dalam hidup kita, demikian juga sebaliknya, kehadiran kita haruslah menjadi wujud penyertaan dan pertolongan Tuhan dalam hidup mereka. Haleluya! Tuhan itu baik. Bersyukurlah! Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu? Apakah kehadiran kita sudah menjadi berkat bagi orang-orang di sekitar kita? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Semoga kita dimampukan oleh Tuhan  untuk dapat melihat  kehadiran dan pertolongan Tuhan melalui teman-teman seperjuangan yang hadir dalam hidup kita. (pg). 

Counting God’s Blessing

MENGHITUNG BERKAT TUHAN. Apakah Sahabat pernah mendaftar berkat Tuhan yang pernah kamu terima? Bila belum pernah, kehidupanmu  mungkin akan penuh dengan keluhan. Bila Sahabat merasa bahwa hidupmu penuh kesusahan, akhir tahun (sekitar sebulan lagi) merupakan kesempatan yang amat baik untuk menghitung berkat Tuhan di tahun 2023. Bila  menghitung berkat Tuhan, kita pasti akan takjub melihat apa yang telah Tuhan berikan kepada kita sepanjang tahun 2023. Dalam Mazmur 116:1-12, Pemazmur mengenang kembali bagaimana Tuhan menolong dia saat ia menghadapi bahaya yang bisa mengakibatkan kematian (Ayat 3 dan 8). Mengenang pertolongan Tuhan ini membangkitkan rasa syukur yang amat mendalam di hati Pemazmur (Ayat 12 dan 17). Ada berbagai hal yang bisa membuat kita sulit untuk bersyukur. Pertama, kita akan sulit bersyukur bila kita hanya memerhatikan penderitaan atau kesulitan yang kita hadapi dan tidak mampu melihat kebaikan Tuhan di balik semua peristiwa yang Tuhan izinkan terjadi di dalam hidup kita. Kedua, kita akan sulit untuk bersyukur bila kita beranggapan bahwa semua yang terjadi di bumi ini semata-mata merupakan proses alamiah yang terjadi tanpa campur tangan Tuhan, dan apa yang telah kita terima atau yang kita miliki semata-mata merupakan hasil kerja keras kita sendiri. Ketiga, kita akan sulit untuk bersyukur bila kita tidak bisa melihat apa yang tidak kelihatan dengan kacamata iman. Bila kita yakin bahwa Allah turut bekerja di dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia (Roma 8:28), tidak ada alasan bagi kita untuk tidak bersyukur. Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab 2 Samuel dengan topik: “Counting God’s Blessing (Menghitung Berkat Tuhan)”. Bacaan Sabda diambil dari 2 Samuel 22:1-51dengan penekanan pada ayat 7. Sahabat, Daud adalah seorang Pemazmur yang ulung. Banyak penafsir mengidentikkan kitab Mazmur sebagai Mazmur Daud. Mazmur Daud lahir dari pengenalannya akan Allah yang diteguhkan oleh pengalamannya berjalan bersama Allah. Nyanyian Daud pada bacaan kita pada hari ini  mirip sekali dengan Mazmur 18, yang diberi judul sebagai nyanyian Daud kepada Tuhan saat dilepaskan dari para musuhnya, termasuk Saul. Mazmur Syukur ini ditulis pada masa tua Daud, yang mencoba menghitung berkat-berkat perlindungan yang diberikan Tuhan kepadanya, satu per satu. Pengalaman Daud ditolong oleh Tuhan diungkapkan secara inti pada ayat 7:  “… dalam kesesakan, aku berseru kepada Tuhan, … Ia mendengar suaraku dari bait-Nya, …” Paparan yang luar biasa, dimulai dari gambaran Allah sebagai Gunung Batu yang tak goyah, tempat perlindungan dari bahaya, termasuk alam maut (Ayat 2-6). Pertolongan Allah kemudian dipaparkan sebagai tindakan aktif secara kosmis menyelamatkan hamba-Nya (Ayat 8-20). Allah mengendalikan alam ini untuk melindungi hamba-Nya dari para musuh. Dari dasar karakter Allah ini, Daud kemudian berpaling melihat diri sendiri. Ia sadar perkenan Allah kepada dirinya, semata anugerah. Maka, ia pun merespons anugerah itu dengan menjaga hidup berkenan kepada-Nya (Ayat 21-30), sehingga ia berani berharap dan bersandar kepada-Nya. Mazmur ini mengungkapkan bagaimana Allah sendiri yang menuntun, memperlengkapi, dan mengajar Daud berperang mengalahkan musuh-musuhnya, yang adalah musuh-musuh Tuhan (Ayat 31-49), sehingga Daud bisa menutup mazmurnya dengan ungkapan syukur yang keluar dari hati yang terdalam (Ayat 50-51). Sahabat, fungsi mazmur ini bagi Daud ialah berterima kasih kepada Tuhan sehingga beroleh hati bijaksana. Juga agar beroleh kekuatan dalam menapaki kehidupan. Selain itu, bersaksi supaya orang yang mendengarkan atau melantunkan mazmur ini dapat memperoleh kekuatan hidup. Hitung berkat Tuhan satu persatu, maka kita akan memperoleh kekuatan hidup bagi diri sendiri dan memberikan kekuatan hidup bagi yang lain! Haleluya! Tuhan itu baik. Bersyukurlah! Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil renunganmu? Apa yang Sahabat pahami dari ayat 50-51? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Jangan pernah berhenti bersyukur karena Tuhan juga tidak pernah berhenti memberkati kita. (pg).