Berkat TUHANlah yang menjadikan kaya. Meme Firman Hari Ini.
Kasih setia-Mu selalu ada di depan mataku. Meme Firman Hari Ini.
Janji TUHAN itu teruji. Meme Firman Hari Ini.
BERITAKAN DAN BAPTISKAN!
Saudaraku, badai sudah menerpa dengan keras sejak awal Yesus bekerja. Banyak orang yang diberkati namun sangat banyak yang membenci, hingga akhirnya berusaha membungkam-Nya dengan berbagai cara. Puncaknya ketika Yesus berhasil ‘dilenyapkan’ dengan cara licik. Namun ternyata kisah-Nya tidak berhenti dengan tubuh-Nya yang dimasukkan ke liang kubur. Kisah itu terus berlanjut hingga hari ini. Mari kita merenungkan Markus 16:9-20. Penghukuman terhadap Yesus mengakhiri kisah-Nya di dunia. Selesai mayat-Nya dikuburkan, semua berharap suasana kembali normal. Pusat pengajaran kembali ke sinagoge, tidak ada lagi kerumunan masyarakat yang menanti untuk disembuhkan, tidak ada lagi perdebatan dengan para pemuka agama atau cerita-cerita mukjizat diantara rakyat. Sejak Yesus dikuburkan maka diharapkan minggu itu menjadi tenang. Namun ternyata itu salah besar. Justru setelah ketenangan sehari, pada hari minggu itu menjadi hari yang luar biasa dan menjadi titik awal sebuah gerakan yang hingga sekarang masih dilakukan. Injil Markus tidak ditutup dengan ketakutan para murid atau bungkamnya mereka karena peristiwa pembunuhan Sang Guru secara sadis namun justru ditambahkan tulisan tentang Amanat Agung Yesus yang mencegah para murid bungkam dan mulai aktif mengabarkan Berita Sukacita. Pembungkaman terhadap kemanusiaan Yesus telah berhasil dilakukan, namun Injil tidak akan pernah bisa dibungkam. Setelah kematian Yesus, kabar tentang kelepasan dalam nama-Nya terus diberitakan dan tidak terbendung hingga saat ini. Injil Markus secara gamblang menuliskan amanah dari Yesus yang akan naik ke surga , yaitu : Memberitakan Injil Para murid diutus untuk bersaksi. Mereka tidak diizinkan diam untuk menyimpan semua kisah Sang Kristus melainkan memberitakan kepada orang lain tentang Kerajaan Allah. Mereka harus terus bergerak untuk bersaksi. Penulis bagian penutup Injil Markus hendak menyampaikan bahwa tugas gereja yang POKOK adalah BERSAKSI. Membaptiskan mereka yang percaya BAPTISAN menandakan ikatan dalam komunitas. Para murid diminta untuk tidak hanya menginjil namun mengumpukan mereka yang percaya untuk terhimpun dalam sebuah komunitas. Tugas gereja yang lain adalah PERSEKUTUAN. Setelah dibaptiskan dengan nama Yesus, maka orang percaya berkomitmen untuk mengikuti jejak-Nya bersama komunitas imannya. Dengan indahnya Injil Markus menuliskan bahwa TUHAN TIDAK TINGGAL DIAM. Ia menyertai, turut bekerja dan meneguhkan Firman yang diberitakan (Markus 16:20). Tongkat estafet PENGINJILAN telah beralih kepada orang percaya sejak Dia naik ke surga. Setiap gereja-Nya yang harus melakukan tugas tersebut dengan penyertaan dan peneguhan dari Kristus sendiri. Tugas gereja bukanlah hanya membangun gedung megah, memperkaya hidup, membuat acara-acara spektakuler dan megah. TUGAS UTAMA GEREJA adalah MEMBERITAKAN INJIL dan MEMBANGUN KOMUNITAS IMAN dalam Kristus. Memang ada tanda-tanda yang menyertai, namun itu hanya sampingan saja. TUGAS POKOK GEREJA tetaplah MEMBERITAKAN KABAR BAIK dan MEMBAPTIS mereka yang mau percaya serta menjadikannya satu dalam sebuah komintas. Gereja perlu belajar konsisten berjalan dalam tugas yang sudah diberitakan Sang Kristus, apa pun yang terjadi. Tetaplah setia mengerjakan tugas itu seperti Kristus telah setia melaksanakan tugas hingga akhir. Selamat bertumbuh dewasa. (Ag)
Tragedy of the King’s Family
TRAGEDI. Sahabat, dari Wikipedia saya mendapat informasi bahwa tragedi atau dukacarita adalah genre drama yang menceritakan kisah yang menyedihkan. Dalam tragedi, tokohnya biasanya memiliki kualitas-kualitas yang baik namun mengalami nasib yang buruk dan menyebabkan dirinya, atau kerabat dan sahabatnya, mengalami masalah. Drama tragedi berasal dari Yunani kuno dan biasanya dipentaskan dalam festival keagamaan. Penulis tragedi Yunani yang terkenal yaitu Aiskhilos, Sofokles. dan Euripedes, sedangkan penulis tragedi masa modern yang terkenal adalah William Shakespeare. Sahabat, momen kelam dalam sejarah Indonesia, yang dikenal sebagai “Tragedi ’65,” tetap menjadi kenangan yang menyakitkan dan kontroversial dalam perjalanan negara ini. Mengingat peristiwa “Tragedi ’65” adalah sebuah pengingat yang menyakitkan tentang perpecahan dan kekerasan yang pernah melanda Indonesia. Meskipun telah berlalu lebih dari setengah abad, peristiwa itu tetap menjadi salah satu momen tersulit dalam sejarah bangsa ini. Sebuah tragedi yang mengerikan bagi bangsa kita. Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab 2 Samuel dengan topik: “Tragedy of the King’s Family (Tragedi Keluarga Raja)”. Bacaan Sabda diambil dari 2 Samuel 13:23-39. Sahabat, dosa bisa saja tidak terjadi bila orang-orang di sekitar orang yang akan berbuat dosa mau mengingatkan, melarang atau menegur, bahkan menghalangi perbuatan dosa itu. Namun bila orang diam saja atau malah memberikan dukungan maka dosa akan bagaikan api terguyur bensin. Setelah pemerkosaan terhadap adiknya, Absalom menyimpan kepahitan dan sakit hati terhadap Amnon. Mengingat Amnon, bukan saja telah menyakiti Tamar, sang adik kandung, tetapi juga telah mempermalukan keluarganya. Maka sebuah aksi pembalasan dendam pun direncanakan (Ayat 28). Masa pengguntingan bulu domba dipakai sebagai saat yang paling tepat untuk pelaksanaan aksi tersebut. Dengan mengundang segenap keluarga raja Daud, Absalom bermaksud melaksanakan niatnya (Ayat 23-24). Niat itu sudah bulat, sehingga ketidakhadiran raja seolah jadi pendukung untuk mewujudkan niat tersebut. Tragedi tragis pun kembali terjadi. Absalom, anak Daud, membunuh Amnon, anak Daud yang lain. Walau ingin menuntaskan dendam, Absalom sadar bahwa ia telah melakukan kesalahan. Maka Absalom pun melarikan diri (Ayat 34). Sahabat, bila kita berada di pihak Absalom, kira-kira bagaimana tindakan kita terhadap Amnon? Bukankah memang pahit apa yang harus dialami Tamar dan betapa memalukan aib yang juga ikut diderita Absalom? Namun kisah ini memperlihatkan pada kita bahwa menyimpan dendam dan kemudian membalaskannya ternyata tidak menghasilkan kepuasan dan kelegaan. Kita mungkin puas untuk sementara ketika dendam itu terbalaskan. Mungkin kita akan senang dan bisa mengatakan, “Rasakan apa yang aku alami akibat tindakanmu!” Namun apakah marah itu jadi hilang? Apakah kepahitan itu jadi sirna? Apakah kebencian itu jadi luluh? Ternyata tidak. Sahabat, tragedi keluarga Daud ini memberikan pelajaran bagi kita bahwa tanpa pengampunan tidak akan pernah ada damai sejahtera. Maka bila terasa sulit bagi kita untuk mengampuni orang yang telah menyebabkan kita menderita, ingatlah: “Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian.” (Kolose 3:13). Haleluya! Tuhan itu baik. Bersyukurlah! Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu? Apa yang Sahabat pahami tentang tragedi? Selamat Sejenak Merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Dosa yang dimulai dari Daud kemudian menjangkiti anggota keluarganya sehingga setiap orang bisa terjerat dalam lingkaran dosa itu. (pg).