SALAH PERHITUNGAN

Saudaraku, manusia bisa salah perhitungan.  Ketika ia melihat sebuah masalah, sebuah benda atau pekerjaan, manusia bisa mengukur kekuatannya untuk menghadapi hal itu.  Namun sikap takabur membuat manusia meleset dalam perhitungannya sehingga ia mengalami kegagalan menyelesaikan masalah  atau memperoleh apa yang diinginkannya.  Mari kita merenungkan Markus 14: 27-31. Malam itu menjadi malam yang sentimental ketika Yesus berpamitan dengan para murid-Nya.  Petrus merasakan ketegangan itu sehingga ketika Yesus mengatakan bahwa akan ada peristiwa yang mengguncangkan iman mereka, Petrus langsung mengatakan bahwa ia akan tetap kuat, bahkan lebih kuat dari teman-temannya.  Keberanian Petrus ini sebenarnya tidak mengherankan karena Yesus pernah memarahinya karena keyakinan diri yang kebablasan itu (Markus 8:33).  Petrus memperkirakan bahwa ia akan kuat menghadapi peristiwa besar yang akan mengguncangkan semua murid Yesus.  Tentunya perhitungan Petrus masuk akal karena: Petrus selalu masuk dalam daftar murid terdekat Yesus bersama Yohanes dan Yakobus (Markus 9:2-13) Petrus bisa menjawab pertanyaan Yesus dengan tepat tentang kemesiasan-Nya (Markus 8:29) Seperti murid yang lain, Petrus selalu berada di sekeliling guru-Nya dan tidak menganggap serius apa yang dipercakapkan Sang Guru tentang penderitaan yang akan dijalaniNya untuk mengakhiri misi kedatangan-Nya. Sebagai seorang nelayan yang berpengalaman dan pengikut Yesus yang setia selama 3 tahun, wajar bila Petrus merasa bahwa ia akan kukuh dan kuat dalam imannya.  Bahkan ketika Yesus menegur keyakinan dirinya yang berlebihan, Petrus makin berani menetapkan target yang tertinggi:  Mati pun dijalani asal bersama Yesus (Markus 14:31).  Wow.  Yesus mungkin tertawa dalam hati sekaligus prihatin dengan sikap Petrus saat mengucapkan sumpah setia yang dalam beberapa jam akan dilanggarnya habis-habisan. Takabur.  Petrus merasa kuat, namun sebenarnya ia tidaklah sekuat itu.  Manusia memang rentan untuk terinfeksi dengan sikap takabur, salah perhitungan, menganggap remeh.  Itulah sebabnya alangkah baiknya manusia harus selalu penuh dengan kerendahan hati.  Ia menghitung kekuatan dan jujur dengan diri sendiri ketika berhadapan dengan masalah atau mengambil keputusan seperti seorang yang berhitung dulu sebelum membangun menara (Lukas 14:28-30).  Beriman bukan berarti nekat dan mengabaikan perhitungan.  Namun sebaliknya, beriman bukan berarti ragu dan takut mengambil keputusan. Beriman berarti menaruh semua langkah yang akan diambil di kaki Tuhan dan meraih tangan-Nya serta meminta-Nya menyertai jalan yang akan dilalui.  Kalau memang lemah, akuilah dan minta Tuhan menyertai.  Kalau memang mampu, tetaplah rendah hati dan minta Tuhan merestui.  Manusia diberi karunia untuk tidak mengetahui masa depan, agar manusia bergantung penuh pada kasih setia-Nya.  Mari jalani kehidupan dengan penyertaan Tuhan agar perhitungan iman tidak meleset dan menimbulkan penyesalan.  Selamat bertumbuh dewasa. (Ag)

Restored Mephibosheth

DIPULIHKAN. Sahabat, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pulih berarti kembali menjadi semula, sembuh, dan menjadi baik lagi. Pulih menunjuk pada sebuah proses dari keadaaan tidak baik menjadi baik kembali. Simon Petrus yang pernah menyangkal Tuhan Yesus dipulihkan dengan ditanyai kembali komitmennya untuk mengasihi Yesus lebih daripada yang lain. Menyangkal tiga kali, ditanyai tiga kali dan Simon menjawab hanya Tuhan yang tahu bagaimana hatinya setelah dijumpai Yesus. Saulus, yang semula merupakan pembenci dan pembunuh pengikut Kristus, dipulihkan setelah dicegat Tuhan Yesus di tengah jalan ke Damsyik. Saulus sempat jatuh dari kudanya dan menjadi buta selama tiga hari. Saulus yang kemudian berganti nama menjadi  Paulus, dia dipakai Tuhan menjadi Pemberita Injil yang menjangkau diluar orang-orang Yahudi. Sahabat, Ketika kita mengalami kesusahan, merasa remuk, dan tidak berdaya, Tuhan Yang Mahatinggi dan Yang Mahamulia, dekat dan bersama-sama kita. Ia akan menyembuhkan dan memulihkan keadaaan kita. Karena itu, kita seharusnya tidak terus-menerus merasa terpuruk dan mengalami hidup yang buruk. Kita bangkit dan berdaya karena kasih dan damai sejahtera Tuhan melingkupi kita.  Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab 2 Samuel dengan topik: “Restored Mephibosheth (Mefiboset yang Dipulihkan)”. Bacaan Sabda diambil dari 2 Samuel 9:1-13 dengan penekanan pada ayat 7. Sahabat, seorang yang bermusuhan biasanya menyimpan dendam turun-temurun, dendam yang sulit dilupakan, dendam yang diusahakan untuk dibalas.  Raja Daud dimusuhi Saul, raja pendahulunya. Daud tidak mendendam, malah mengasihi Yonatan, putra Saul. Ia juga ingin menunjukkan kasih Allah kepada keturunan Saul, dan ia menemukan Mefiboset, cucu Saul (Ayat  2 dan 3). Ketika Daud menjadi raja Israel menggantikan Saul, ia teringat keluarga Yonatan, sahabatnya, dan juga perjanjian dengannya semasa ia masih hidup seperti dikatakan Yonatan kala itu, “Jika aku masih hidup, bukankah engkau akan menunjukkan kepadaku kasih setia TUHAN? Tetapi jika aku sudah mati, janganlah engkau memutuskan kasih setiamu terhadap keturunanku sampai selamanya. …” (1 Samuel 20:14-15a). Itulah sebabnya ketika orang mengabarkan bahwa Mefiboset, salah seorang keluarga Saul, masih hidup segera Daud mengundangnya ke istana.  Setelah bertemu Daud,  sujudlah Mefiboset dan berkata: “Apakah hambamu ini, sehingga engkau menghiraukan anjing mati seperti aku?” (Ayat 8). Mefiboset merasa tidak layak datang kepada Daud, bahkan ia manyamakan dirinya seperti anjing mati yang tidak berguna; ia sudah kehilangan jati dirinya karena sekian lama telah terbuang. Sahabat, apa yang dilakukan Daud terhadapnya seperti mimpi yang menjadi kenyataan, laksana hujan yang menghapus kegersangan hati. Citra diri Mefiboset yang negatif berubah karena uluran tangan kasih Daud. Mefiboset telah dipulihkan.  Perhatian Daud memberikan pengharapan baru, semangat hidupnya kembali timbul karena merasa dihargai; Daud telah membuatnya merasa diterima dan memberinya rasa aman yang lama ia rindukan. Daud berkata, “… Aku hendak menunjukkan kepadanya kasih yang dari Allah. …” (Ayat 3). Namun Daud menegaskan semuanya itu bukan karena kehebatan dan kebaikannya sendiri, melainkan karena tuntunan Tuhan semata. Ia telah terlebih dahulu mengalami pertolongan dan kebaikan Tuhan yang begitu melimpah supaya ia pun dapat menyalurkan kasih itu kepada Mefiboset. Sahabat, bila saat ini situasi kita sulit seperti Mefiboset, jangan pernah merasa hidup kita tidak berharga. Ingat, ada satu Pribadi yang sangat memerhatikan dan mengasihi kita. Di tangan-Nya ada pemulihan, masa depan, pengharapan pasti: Ia adalah Yesus! Haleluya! Tuhan itu baik. Bersyukurlah! Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu? Apa yang Sahabat pahami dari ayat 7? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Pengorbanan Yesus di kayu salib menjadi bukti Ia sangat mengasihi kita; Ialah yang sanggup memulihkan hubungan kita dengan Allah Bapa dan sesama, serta  menyembuhkan luka-luka batin kita. (pg).