Strengthen the Belief to God

MENGUATKAN KEPERCAYAAN. Dalam sebuah persekutuan Komisi Perempuan, seorang ibu berbagi, “Anak kami lahir autis, suami tidak bisa menerima. Ia menyalahkan saya. Katanya, saya tidak bisa menjaga diri selama masa kehamilan. Sejak itu sikapnya berubah, kata-katanya sering kasar,  pedas dan menyakitkan, bahkan tidak jarang main pukul. Lebih-lebih ketika ia terkena PHK. Ia menganggap saya ini biang kesialan hidupnya. Saya benar-benar habis akal. Mengurus anak yang autis, menghadapi suami yang ‘gila’, belum lagi harus mencari nafkah.” Sahabat, masih ingat dengan pepatah lama: “Sudah jatuh tertimpa tangga pula”. Pepatah itu menggambarkan keadaan Ibu di atas.   Mungkin apa yang menimpa Ibu tersebut juga pernah kita rasakan, atau malahan sedang kita alami.  Orang-orang terdekat, pasangan hidup, teman, sahabat, dan kerabat yang kita harapkan dapat mendampingi, menolong, menguatkan dan meneguhkan, justru ikut memojokan kita, bahkan menambah keruwetan dan mendatangkan masalah baru. Dalam keadaan yang seperti itu, sebagai orang percaya, hendaknya kita tidak cepat putus asa, stress, dan gampang menyerah.  Mari kita belajar untuk menguatkan kepercayaan kita kepada Tuhan. Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab 1 Samuel dengan topik: “Strengthen the Belief to God (Menguatkan Kepercayaan Kepada Tuhan)”. Bacaan Sabda diambil dari 1 Samuel 30:1-31 dengan penekanan pada ayat 4-6. Sahabat, musibah tak terduga bukanlah hal yang mudah untuk diatasi. Hal itulah yang mungkin dirasakan oleh Daud ketika ia kembali ke Ziklag. Ia merasakan kesedihan yang mendalam karena  Ziklag telah habis dibakar dan dikalahkan. Bahkan istri dan  anak  Daud, serta orang-orang Israel yang ikut dengannya ditawan oleh orang Amalek. Belum lagi, ia hendak dilempari batu oleh rakyat Ziklag. Daud merasakan kesedihan dan kegalauan. Namun, gejolak perasaan itu justru menguatkan kepercayaannya kepada Tuhan (Ayat 7). Ia terus membangun kepercayaan itu dengan tetap bertanya kepada Tuhan terkait langkah selanjutnya untuk keluar dari permasalahan-Nya. Tuhan pun akhirnya memberikan instruksi kepada Daud. Tuhan bahkan menganugerahkan seorang  Mesir untuk membantunya menemukan orang Amalek (Ayat 11-16). Sahabat, akhirnya, Daud pun berhasil mengalahkan orang Amalek. Ia  membebaskan para tawanan dari tangan orang Amalek. Ayat 19 mengatakan tidak ada satu pun, baik orang tawanan maupun barang jarahan orang Amalek yang hilang. Akhirnya, Daud pun berhasil menemui kembali istri dan anaknya. Sementara semua barang jarahan diberikan kepada para tua-tua di Yehuda (Ayat 26-31). Semua kejadian ini menunjukkan bahwa Tuhan selalu menjawab kebutuhan Daud. Waktu, kekuatan, dan orang-orang yang Tuhan sediakan baginya. Daud tidak pernah meragukan Allah walau dalam kedukaan. Ia justru semakin percaya pada rancangan Allah bagi hidupnya. Di sanalah kita melihat kepercayaan membuatnya mendapatkan segala yang ia butuhkan. Sahabat, karena itu mari kita juga terus-menerus memperkuat kepercayaan kepada Tuhan. Ketika masalah datang silih berganti, hendaknya iman kita jangan melemah. Sebaliknya, kita justru diajak untuk kian teguh percaya bahwa Tuhan akan menyediakan kebutuhan dalam menjalani pergumulan. Biarlah anugerah Tuhan menolong kita agar kita tetap percaya kepada-Nya. Yakinlah, peristiwa demi peristiwa yang terjadi dalam kehidupan kita bukanlah sebuah kebetulan, sesungguhnya ada rencana Tuhan di balik itu semua. Rasul Paulus meyakinkan kita bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah (Roma 8:28).  Sahabat, ketika masalah berat menimpa kita, jangan panik!  Kuatkan hati untuk datang kepada Tuhan, karena dalam tinggal tenang dan percaya terletak kekuatanmu.  (Yesaya 30:15).  Daud menguatkan kepercayaannya kepada Tuhan dan mau mendengarkan Tuhan sehingga ia dapat mengerti apa kehendak-Nya.  Daud tidak lagi lemah, semangatnya bangkit kembali.  Semangat menjadikan kita kuat, dan siap mengatasi setiap masalah yang ada.  Haleluya! Tuhan itu baik. Bersyukurlah! Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Pesan apa yang sahabat peroleh dari hasil perenunganmu? Apa yang Sahabat pahami dari ayat 4-6? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Seberat apa pun masalah kita, jangan putus asa, tetapi kuatkan kepercayaan kita kepada Tuhan karena pertolongan-Nya selalu tepat pada waktunya! (pg).

The Ambition Controls

AMBISI. Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar ungkapan: “Dia, orangnya sangat ambisi.” Apa itu ambisi? Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ambisi merupakan keinginan yang besar untuk mencapai sesuatu dalam hidup. Hal itu melibatkan motivasi yang kuat dan keteguhan dalam menetapkan tujuan yang tinggi dan berusaha keras untuk meraihnya. Ambisi bisa mendorong individu untuk terus berkembang, mencapai kesuksesan, dan memperoleh kepuasan pribadi. Penting untuk membedakan antara ambisi yang positif dan negatif. Ambisi yang positif dapat menjadi sumber motivasi yang kuat dalam hidup seseorang. Ketika seseorang memiliki ambisi yang jelas dan positif, mereka cenderung menetapkan tujuan yang terukur dan merencanakan langkah-langkah untuk mencapainya. Ambisi ini membantu seseorang untuk fokus pada diri sendiri, meningkatkan keterampilan, dan mengatasi rintangan yang mungkin muncul dalam perjalanan menuju tujuan tersebut. Sebaliknya, jika ambisi tidak diarahkan dengan baik, bisa berakibat negatif. Ambisi yang berlebihan dan tidak seimbang dapat menyebabkan seseorang menjadi rakus dan terobsesi dengan pencapaian diri, tanpa memerhatikan dampaknya pada lingkungan sekitar. Ambisi yang tidak bertanggung jawab dapat menyebabkan seseorang menggunakan cara-cara yang tidak etis atau merugikan orang lain untuk mencapai tujuan mereka. Ambisi  yang besar bila tidak dikendalikan dengan baik akan membuat seseorang menghalalkan segala cara untuk memenuhi ambisinya. Tetapi ambisi yang terkendali akan membuat seseorang maju, bila sabar menunggu waktunya Tuhan dan cara yang dipakai pun dengan cara Tuhan. Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab 2 Samuel dengan topik: “The Ambition Controls (Mengendalikan Ambisi)”. Bacaan Sabda diambil dari 2 Samuel 4:1-12 dengan penekanan pada ayat 8. Sahabat, Rekhab dan Baana yang bertugas sebagai kepala gerombolan, dengan matinya Abner panglima raja Saul, mereka melihat suatu kesempatan besar untuk mereka mendapat imbalan bahkan kekuasaan bila mereka menyerahkan Isyboset kepada Daud. Isyboset adalah anak raja Saul yang menggantikan Saul setelah Saul mati. Dalam benak Rekhab dan Baana, Isyboset merupakan saingan bahkan penghalang bagi Daud untuk menjadi raja Israel. Oleh karena itu ketika terbuka kesempatan, mereka membunuh Isyboset dan kepalanya dibawa ke hadapan Daud. Sahabat, namun mereka sama sekali tidak memperhitungkan kesetiaan Daud kepada raja Saul dan keturunannya. Bagi Daud, Saul dan keluarganya bukanlah musuh, meskipun Isyboset bukanlah orang yang diurapi Tuhan untuk menjadi raja. Maka tindakan Rekhab dan Baana tidak dapat diterima Daud. Maka bukannya hadiah atau imbalan yang Rekhab dan Baana terima dari Daud, tetapi kematianlah yang mereka terima. Daud marah dengan perbuatan mereka yang telah membunuh Isyboset, anak raja Saul. Walau mengetahui ketetapan Allah bagi hidupnya, Daud tidak mau melangkahi Allah untuk mewujudkan ketetapan itu. Daud selalu memberi kesempatan Allah bertindak mewujudkan kehendak-Nya berdasarkan cara dan waktu-Nya sendiri, sehingga tak ada cara-cara kotor yang pernah dia setujui. Sahabat, kiranya hal tersebut menjadi teladan bagi kita. Bila Tuhan memang menghendaki kita untuk menjadi sesuatu, niscaya Dia sendiri yang akan membuka jalan itu. Karena itu kendalikan ambisi, jangan sampai ambisi mengendalikan kita. Jangan terlalu berambisi sampai membuat kita menghalalkan segala cara untuk mencapainya. Haleluya! Tuhan itu baik. Bersyukurlah! Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawblah beberapa pertanyaan berikut ini: Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu? Apa yang Sahabat pahami tentang ambisi? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Biarlah waktunya Tuhan yang digenapi dan biarlah Tuhan sendiri yang membuka jalan bagi kita.(pg).

Unpredictable God’s Working Way

PERANG. Dari beberapa sumber saya mendapat informasi bahwa pada tanggal 24 Februari 2022, Rusia melancarkan operasi militer ke Ukraina, salah satu negara tetangganya di sebelah barat daya. Operasi tersebut menandai peristiwa penting dalam perang Rusia-Ukraina yang dimulai pada tahun 2014. Invasi tersebut  juga menyebabkan sepertiga penduduk Ukraina untuk berpindah dan lainnya dari 7 juta orang Ukraina meninggalkan negaranya, yang memicu krisis pengungsi Eropa yang paling cepat sejak Perang Dunia II. Ketegangan dan perang Rusia dengan Ukraina belum juga selesai, tiba-tiba muncullah perang Israel dengan Hamas. Sekitar dua minggu berlalu sejak kelompok militan Palestina Hamas melancarkan serangannya terhadap Israel. Perang pecah saat kelompok Hamas yang menguasai Gaza menyerang konser yang diadakan Israel di perbatasan Gaza-Israel pada Sabtu 7 Oktober 2023. Israel pun membalas dengan mendeklarasikan perang. Menurut pihak berwenang Palestina, lebih dari 4.200 orang telah terbunuh di Gaza dan lebih dari 13.000 orang terluka sejak perang Israel-Hamas dimulai. Sahabat, sejarah mencatat bahwa perang itu membuat manusia menderita dan sengsara. Perang itu membinasakan ribuan manusia. Perang itu meluluh lantakan apa-apa yang telah dibangun ratusan tahun lamanya.Perang itu menyebabkan jutaan manusia pindah dari tempat tinggalnya. Kita sebagai orang percaya meyakini bahwa di dunia ini tidak ada yang abadi, termasuk perang. Maka marilah kita berdoa, minta belas kasihan Allah agar Allah berkenan turun tangan untuk mendamaikan mereka yang sedang berperang dan bertikai. Cara kerja Allah itu luar biasa. Cara kerja Allah itu tak terduga. Dia dapat memakai siapa saja untuk menjadi juru damai-Nya. Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab 2 Samuel dengan topik: “Unpredictable God’s Working Way  (Cara Kerja Allah Tidak Terduga)”. Bacaan Sabda diambil dari 2 Samuel 3:6-21 dengan penekanan pada ayat 12. Sahabat, dalam hidup ini, di tempat kita bekerja atau di satu organisasi, kita tentu pernah bertemu orang yang tidak menyukai atau bahkan membenci kita. Ia mungkin  selalu mencari cara untuk menjatuhkan kita. Pada suatu hari karena suatu kejadian atau peristiwa, orang tersebut berbalik menjadi pendukung dan pembela kita. Sesungguhnya peristiwa tersebut benar-benar merupakan campur tangan Allah!  Abner adalah panglima tentara Saul. Selain berpengaruh, Abner juga sangat setia. Setelah kematian tuannya, ia tetap berpihak kepada keluarga Saul. Keberadaan Abner secara tidak langsung menjadi ancaman bagi Daud. Mengapa? Karena Abner dapat membantu Isyboset, anak Saul lainnya, untuk berperang melawan Daud. Siapa sangka, hari itu Abner mengirim utusan kepada Daud dengan pesan: “… aku akan membantu engkau untuk membawa seluruh orang Israel memihak kepadamu” (Ayat 12). Peristiwa tersebut tidak lain karena Isyboset, tanpa memeriksa terlebih dahulu kebenaran perkaranya, menuding Abner menghampiri Rizpa, gundik ayahnya (Ayat 7). Bagi Isyboset, peristiwa itu dapat disebut kemalangan karena kehilangan panglima yang setia. Namun, bagi Daud, dukungan Abner jelas merupakan keuntungan yang tidak terduga.  Sahabat, satu hal yang tidak terjangkau oleh logika manusia adalah cara kerja Allah. Karena itu, jangan ragu untuk berdoa memohon pertolongan-Nya. Melalui doa, kita dapat menyerahkan segala sesuatu, termasuk hubungan kita dengan sesama. Lihatlah, Allah sanggup bekerja dengan cara yang sungguh tidak terduga! Cara kerja Allah tidak terduga.  Haleluya! Tuhan itu baik. Bersyukurlah. Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu? Apa yang Sahabat pehami tentang perang? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Allah bekerja untuk mendamaikan dan memulihkan hubungan, bukan memisahkan dan mencerai beraikannya. (pg).