Siapa yang mengikatkan dirinya pada Tuhan. Meme Firman Hari Ini.
How Often Do We Offend God?
SAKIT HATI. Sahabat, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), sakit hati dapat dipahami sebagai sebuah keadaan di mana seseorang merasa tidak senang karena dilukai hatinya (dihina, dikhianati, ditipu, dan sebagainya). Secara psikologis, sakit hati merupakan tumpukan emosi yang terakumulasi dan melibatkan perubahan perilaku dan keadaan fisiologis. Sakit hati tergolong emosi negatif yang dapat berpengaruh terhadap perilaku individu dan proses pengambilan keputusan. Orang yang tengah dikuasai oleh emosi negatif akan terpengaruh secara fisiologis dan tindakan. Secara fisiologis, tubuh akan merespons dengan meningkatnya tekanan darah, keluarnya air mata, dan degup jantung berdetak dengan kencang. Sementara, secara perilaku, emosi negatif dapat mewujud menjadi tindakan-tindakan seperti berteriak, mengumpat, dan membanting. Lebih lanjut, emosi bisa berujung pada tindak kekerasan yang merugikan orang lain. Efek lain yang dapat timbul adalah dalam bentuk pikiran (kognitif) buruk yang mengarah baik ke dalam, maupun ke luar diri. Misalnya, berpikiran buruk tentang orang lain dan diri sendiri, merasa tidak berharga, stress, bahkan depresi. Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab Hosea dengan topik: “How Often Do We Offend God? (Seberapa Sering Kita Menyakiti Hati Tuhan?)”. Bacaan Sabda diambil dari Hosea 12:1-15. Sahabat, Hosea mengungkapkan lagi isi hati Tuhan terhadap umat-Nya. Tuhan “dikepung dan dikelilingi” oleh kebohongan Efraim dan tipu muslihat Israel. Tuhan mengingat bagaimana mereka bergumul dengan-Nya. Tuhan mengetahui mereka menangis dan memohon belas kasihan-Nya. Tuhan menuntun dan menjaga umat-Nya. Namun, tingkah laku mereka telah menimbulkan sakit hati-Nya. Memang kita tahu bahwa hati Tuhan bisa berbalik kepada umat yang dikasihi-Nya. Namun, kita juga perlu tahu bahwa Ia bisa sakit hati. Tuhan dapat merasa tidak senang karena dihina oleh umat-Nya. Tuhan juga bisa marah kepada umat-Nya. Hal ini terlihat ketika Ia mengatakan akan memberi balasan (Ayat 3). Bahkan, Ia akan membalas cela dan hutang darah (Ayat 15) kepada mereka. Sahabat, sulit untuk memahami bahwa Tuhan bisa sakit hati. Bagaimana mungkin Tuhan yang penuh kasih sayang, panjang sabar, dan berlimpah kasih setia bisa sakit hati. Namun, itulah isi hati Tuhan. Dengan mengetahui isi hati-Nya, kita bisa mengerti perasaan-Nya. Dengan demikian, kita diajak untuk memahami dan semakin mengenal siapa Tuhan yang kita percayai. Tuhan mengenal umat-Nya. Ia mengenal Efraim, Yakub, dan mengetahui setiap detail kehidupan mereka. Tuhan telah melakukan yang terbaik bagi umat-Nya, namun mereka berbuat yang sebaliknya. Tuhan telah memelihara kasih setia-Nya, namun umat mengabaikan-Nya. Tuhan menjaga umat-Nya, namun umat menjauhi-Nya. Sahabat, sesungguhnya bangsa Israel adalah cerminan kita. Tindakan kita sering berseberangan dengan kehendak Allah. Ingatlah kembali perjalanan hidup kita, seberapa sering kita menyakiti hati Tuhan? Seberapa sering juga kita menyakiti hati sesama, termasuk orang-orang terdekat yang kita kasihi? Coba kita ingat-ingat kembali ke masa lalu. Semoga ingatan itu dapat menggerakkan kita untuk memohon pengampunan Tuhan. Setiap hari, datanglah kepada-Nya memohon pengampunan, sebab disadari atau tidak, ada saja pelanggaran dan kesalahan yang kita perbuat menyakiti hati Allah. Semestinya kita tidak hanya memohon ampun, tetapi juga bertobat dari kesalahan itu. Haleluya! Tuhan itu baik. Bersyukurlah! Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Pesan apa yang Saudara peroleh dari hasil perenunganmu? Apa yang Sahabat pahami dari ayat 7? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Setiap hari adalah kesempatan yang Tuhan beri bagi kita untuk bertobat dan memperbaiki diri di hadapan-Nya. (pg).
If God Closes His Eyes
MERASA DIRI KUAT. Sahabat, merasa dirinya kuat; itulah yang dilakukan oleh Efraim sehingga bangsa lain takut dan gentar kepadanya. Tapi apa yang terjadi? Tuhan murka kepada mereka karena mereka melakukan penyembahan berhala. Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab Hosea dengan topik: “If God Closes His Eyes (Jika Tuhan Menutup Mata)”. Bacaan Sabda diambil dari Hosea 13:1-14:1. Sahabat, Hosea menyampaikan isi hati Tuhan kepada bangsa Israel. Dalam kemarahan-Nya kepada umat-Nya, Allah mengingatkan kembali kepada umat-Nya ketika mereka di Mesir dijadikan budak. Allah memperkenalkan diri-Nya sebagai Allah melalui Musa (Keluaran 3:14). Allah juga kemudian menjadi penyelamat mereka dengan melepaskan mereka dari perbudakan di Mesir. Membawa mereka keluar dari Mesir menuju Tanah Perjanjian dan menjadi bangsa yang merdeka. Tetapi apa yang dilakukan mereka sangat mendukakan Allah dengan perbuatan dosa mereka. Sesungguhya Tuhan bisa menutup mata terhadap realitas yang dihadapi umat-Nya. Tuhan mengambil tindakan itu jika umat-Nya tetap bersikap bebal dengan terus melakukan dosa dan menyakiti hati-Nya. Dalam bacaan kita pada hari ini, kita melihat bagaimana Allah menutup mata-Nya atas kehidupan umat-Nya. Orang Israel terus berbuat dosa dengan membuat patung dan mempersembahkan kurban padanya. Sekalipun mereka telah mengenal Tuhan sebagai Allah dan Juru Selamat, mereka tetap memberontak terhadap-Nya. Oleh karena dosa tersebut, Tuhan akan menghukum umat-Nya. Ia akan menghentikan kemurahan dan anugerah-Nya. Akibatnya, mereka akan seperti kabut yang segera hilang dan seperti debu jerami yang diterbangkan. Sahabat, salah satu sifat Tuhan adalah penuh cinta dan kasih. Jika mata-Nya tertutup terhadap umat-Nya dan menutup keran kasih dan kemurahan-Nya, maka kita bisa apa? Tidak ada lagi pengharapan dan kesempatan! Tuhan yang menutup mata menunjukkan bahwa Ia tidak mau lagi memerhatikan umat-Nya. Ketika mata Tuhan tertutup, sesungguhnya Ia menganggap kita sudah tidak ada. Ia menganggap bahwa umat-Nya telah mati atau muak melihat tingkahnya yang selalu berbuat dosa. Tuhan sudah tidak peduli lagi. Padahal belas kasihan Tuhan adalah pengharapan kita untuk hidup. Belas kasih-Nya adalah mata air kehidupan. Kasih itulah yang membebaskan kita dari belenggu perbudakan, dosa, dan kuasa maut. Jika kasih-Nya sudah tidak ada lagi, berarti kita hanya menunggu waktu untuk hukuman. Sahabat, apakah mata Tuhan sedang tertutup terhadap kita? Apa yang membuat-Nya malu melihat kita? Apakah ada dosa yang terus kita lakukan tetapi kita menganggapnya lumrah, wajar-wajar saja? Kini waktunya bagi kita untuk menyingkirkan segala dosa itu. Marilah kita terbuka di hadapan Tuhan. Mari kita meminta Roh Kudus untuk menyingkapkan tabir dosa itu. Kita mohon pada-Nya agar mengoreksi segenap kehidupan kita. Mari kita memohon pengampunan dari Tuhan agar Ia tidak menutup mata dan kasih karunia-Nya atas kita. Haleluya! Tuhan itu baik. Bersyukurlah. Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu? Apa yang Sahabat mengerti dari Hosea 13:1-2? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Jangan menyia-nyiakan kebaikan Tuhan dan tetaplah percaya. Jadikan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat dalam hidupmu. (pg).
Love Conquers the Stubborn
KEDEGILAN. Sahabat, bagaimana ciri-ciri orang degil? Mereka adalah orang-orang yang bandel, hatinya sudah begitu mengeras sedemikian rupa sehingga sulit menerima masukan atau pendapat dari orang lain. Mereka merasa pendapat merekalah yang paling benar sedangkan yang lain salah tanpa mau melihat dahulu duduk permasalahannya. Orang-orang yang degil berpusat hanya pada diri mereka sendiri dan akan dengan mudah menyalahkan orang lain yang tidak sepaham dengan mereka. Kita memang tidak harus selalu setuju dengan pendapat orang, tetapi adalah baik apabila kita mau mendengarkan nasihat yang benar, setidaknya memberi kesempatan dulu buat orang untuk menyampaikan pendapatnya. Kedegilan itu bisa membutakan.dan bisa merugikan. Banyak orang yang mengira bahwa sikap seperti itu menunjukkan kehebatannya, tetapi sebenarnya justru akan membawa kerugian bagi diri mereka sendiri. Orang-orang Farisi di zaman dahulu menjadi contoh nyata akan hal tersebut. Mereka memiliki keadaan hati yang keras seperti batu sehingga mendukakan hati Yesus. Kekerasan hati itu mengakibatkan mereka tidak lagi peka, baik terhadap kebenaran, terhadap orang lain bahkan terhadap diri mereka sendiri. Dalam banyak kesempatan yang tertulis dalam Alkitab kita bisa melihat seperti apa sikap mereka yang berulang kali dikatakan sebagai sebuah kemunafikan. Mereka merasa sebagai orang-orang yang paling rohani, paling suci, paling tahu segalanya, paling hebat, paling benar dan kesombongan ini membuat hati mereka mengeras. Mereka rajin menghakimi orang lain tetapi tidak pernah introspeksi terhadap diri sendiri. Kepekaan pun terbang dari diri mereka. Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab Hosea dengan topik: “Love Conquers the Stubborn (Kasih Mengalahkan Kedegilan)”. Bacaan Sabda diambil dari Hosea 11:1-11. Sahabat, dalam sejarah perjalanan bangsa Israel tidak terhitung betapa besar kasih Allah atas mereka. Sejak mereka masih berada di Mesir, keluar dari Mesir, selama dalam perjalanan, sampai ke tanah Kanaan, kemudian semakin besar jumlahnya dan semakin tersebar. Walau berulang kali mereka berbuat dosa menjauh dari Allah, namun Allah menarik mereka kembali, dengan hukuman dan pengampunan. Walau mereka berulang kali meninggalkan Allah dan berhenti meninggikan nama-Nya, namun kasih Allah pada bangsa Israel selalu mengalahkan kedegilan mereka. Allah itu panjang sabar dan berlimpah kasih setianya, Ia senantiasa memberi kesempatan kepada kita untuk kembali bertobat. Walau banyak dosa dan kesalahan kita yang mendukakan hati-Nya, kasih Allah tidak akan pernah habis untuk hidup kita. Namun Ia tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Ia tetap akan tegas jika hal itu sudah menyangkut dosa dan menjauhkan kita dari kehendak-Nya. Pancaran kasih Allah yang telah mengalahkan kedegilan kita harusnya membuka hati dan pikiran kita untuk hidup lebih bersyukur dan mengasihi-Nya. Allah yang kita sembah adalah Allah yang kasih dan pengampunan-Nya tidak berkesudahan. Ia akan selalu menarik hati kita kembali pada-Nya untuk segera menerima pemulihan. Tidak hanya sampai di situ, Allah juga ingin agar kita semakin taat dan juga mampu membagikan kasih dan pengampunan yang telah kita peroleh dengan tulus kepada sesama. Sahabat, pengalaman bangsa Israel semoga menjadi pelajaran berharga bagi kita. Mari kita belajar untuk menghargai betapa besar kasih Tuhan kepada kita. Mengertilah bahwa apabila persoalan atau kesesakan datang menimpa hidup kita, itu bukan berarti Tuhan tidak mengasihi kita. Tuhan ingin melalui proses hidup, kita dapat kembali mengingat kasih dan kebaikan-Nya. Mungkin selama ini kita telah melangkah jauh dari hadapan-Nya, dan melalui masalah dan penderitaan yang kita alami, tali kasih Tuhan ingin menarik dan mengait hati kita untuk kembai bersimpuh di hadapan kaki-Nya untuk menerima kembali pemulihan dari Tuhan. Haleluya! Tuhan itu baik. Bersyukurlah! Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu? Apa yang Sahabat pahami tentang orang degil? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Bukalah hati pada Allah agar kita menjadi seperti yang Ia inginkan dan kita dimampukan mengasihi dengan setulus hati.