Live CLOSE to GOD

PELAYAN TUHAN. Dari SarapanPagiBiblika ministry saya mendapat informasi bahwa orang-orang merupakan  aset yang paling berharga didalam sebuah pelayanan. Panggilan bagi setiap umat Tuhan adalah melaksanakan Amanat Agung, menjadikan semua orang menjadi murid-murid Yesus. Setiap orang percaya yang telah menerima keselamatan dari Tuhan Yesus Kristus, secara otomatis dia menjadi hamba Kristus. Sebagai hamba, kita harus menjalankan fungsi kita sebagai garam dan terang. Kita semua anak-anak Allah dipanggil untuk melakukan pelayanan, kita masing masing mempunyai karunia dan kemampuan untuk dapat dipakai bagi kemuliaan Tuhan (1 Petrus 4:10) Sahabat, Alkitab memandang semua orang percaya memiliki: Karunia, panggilan dan pelayanan yang harus dipenuhi. Bagaimanakah kita memahami karunia yang ada dalam diri kita? : Pahami apa yang menjadi kerinduan Sahabat untuk melayani Tuhan. Yakinlah bahwa Sahabat paham akan panggilan-Nya. Perhatikan bidang-bidang apa yang selalu membuat Sahabat berhasil.  Perhatikan pelayanan apa di di gereja, yang Sahabat ketahui, dan mulailah dari hal itu dahulu. Kita perlu menyadari bahwa pelayanan adalah pekerjaan sebuah tim, kita bersama-sama dengan orang percaya lainnya  membangun sebuah pelayanan demi kemuliaan Tuhan. Karena itu kita harus memahami bahwa setiap bidang pelayanan adalah penting dan selalu tergantung dan berkaitan satu dengan yang lainnya. Hari ini kita melanjutkan belajar dari kitab Yehezkiel dengan topik: “Live CLOSE to GOD (Hidup dekat Tuhan)”. Bacaan Sabda diambil dari Yehezkiel 44:4-16 dengan penekanan pada ayat 15. Sahabat,  ada dukup banyak orang dengan bangganya mengaku diri sebagai pelayan Tuhan karena merasa sudah terlibat pelayanan di gereja.  Perhatikan apa yang Tuhan Yesus katakan:  “Barangsiapa melayani Aku, ia harus mengikut Aku dan di mana Aku berada, di situpun pelayan-Ku akan berada. Barangsiapa melayani Aku, ia akan dihormati Bapa.”  (Yohanes 12:26).   Lalu bagaimana faktanya?  Tidak  semua pelayan Tuhan memiliki hubungan yang dekat dengan Tuhan, padahal syarat utama bagi pelayan Tuhan adalah mendekat kepada-Nya.Ada cukup  banyak pelayan Tuhan yang menjadikan pelayanan di gereja hanya sebatas aktivitas rutin atau sekadar ajang unjuk kebolehan atau pengembangan talenta saja.   Sahabat, seringkali kita terlalu sibuk dengan kegiatan-kegiatan yang disebut pelayanan, tapi kita sendiri tidak pernah mau menyediakan waktu secara pribadi dengan Tuhan, duduk diam di bawah kaki Tuhan seperti Maria.  Padahal Tuhan sangat rindu pada penyembahan kita.  Yakobus  menyatakan bahwa Tuhan akan mendekat kepada kita kalau kita mendekat kepada-Nya  (Yakobus 4:8).   Namun sayangnya sebagian besar diantara kita lebih senang bekerja di antara kerumunan orang banyak di luar halaman, enggan memberi waktu untuk dekat dengan Tuhan di tempat-Nya yang kudus.  Dapatkah kita berkata seperti pemazmur:  “Sebab lebih baik satu hari di pelataran-Mu dari pada seribu hari di tempat lain; lebih baik berdiri di ambang pintu rumah Allahku dari pada diam di kemah-kemah orang fasik.”  (Mazmur 84:11).Sangatlah tidak mungkin seseorang melayani Tuhan jika ia hidup jauh dari hadirat-Nya.  “Berbahagialah orang yang Engkau pilih dan yang Engkau suruh mendekat untuk diam di pelataran-Mu! Kiranya kami menjadi kenyang dengan segala yang baik di rumah-Mu, di bait-Mu yang kudus.”  (Mazmur 65:5).   Sahabat, sangat jelas sekali ada berkat yang besar bagi orang yang senantiasa dekat dengan Tuhan, yaitu ia akan dikenyangkan dengan segala yang baik di Bait-Nya yang kudus:  Ada pewahyuan, ada kemenangan, ada berkat, ada kesembuhan, ada kelepasan, dan  ada pemulihan. Haleluya! Tuhan itu baik. Bersyukurlah! Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu? Apa yang Sahabat pahami dari Mazmur 65:5? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Jika kita dekat dengan Tuhan, Dia siap membukakan banyak hal yang tidak pernah terpikirkan, bahkan rahasia-rahasia kehidupan yang belum kita ketahui. (pg).

Life Changing Worship

Hari ini kita melanjutkan belajar dari kitab Yehezkiel dengan topik: “Life Changing Worship (Ibadah yang Mengubahkan Hidup)”. Bacaan Sabda diambil dari Yehezkiel 45:1-17 dengan penekanan pada ayat 3. Sahabat,  Bacaan Sabda pada hari ini hari merupakan salah satu bagian Alkitab yang sulit untuk ditafsirkan. Masalahnya, bagian tanah yang harus dikhususkan untuk TUHAN itu ukurannya amat luas, yaitu panjangnya 25.000 hasta dan lebarnya 20.000 hasta (Ayat 1). Bila 1 hasta = 45 cm, maka ukuran tanah itu adalah 11,25 km X 9 km.  Dalam konteks Alkitab, tanah yang dikhususkan untuk TUHAN itu harus berada di kota Yerusalem, padahal panjang keliling kota Yerusalem lama hanya sekitar 4,5 km. Oleh karena itu, bila ukuran tanah yang dikhususkan untuk TUHAN itu diartikan secara harfiah, berarti bahwa Bait Suci dalam penglihatan Nabi Yehezkiel belum terwujud.  Sahabat, saat melangsungkan ibadah di Bait Suci yang baru, umat Israel harus memberikan DUA PERSEMBAHAN KHUSUS, yaitu: Pertama, sebidang tanah untuk Bait Suci dan kediaman para imam Lewi (Ayat 1-5). Bait Suci terletak di pusat dan dikelilingi oleh kediaman para imam (Ayat 2-4). Seluruh wilayah Bait Suci dan perumahan para imam merupakan wilayah yang kudus. Berbatasan dengan wilayah ezkielkudus adalah wilayah kota dan tanah milik raja (Ayat 6, 7).  Penempatan kedua wilayah ini menekankan motif kekudusan Allah. Karena itu, harus ada jarak antara kedua wilayah tersebut dan Bait Suci (bdk. Yehezkiel 43:8). Itu sebab mengapa manusia berdosa tidak boleh mendekati tempat kudus tersebut, apalagi menjamah benda-benda yang kudus (bdk. Yehezkiel 44:9, 10; Keluaran 3:5, 19:10-13). Akan tetapi, kematian Kristus telah mendamaikan manusia berdosa dengan Allah. Melalui darah Kristus, kita dapat menghadap Allah secara langsung melalui doa. Hal itu disebabkan Kristus telah meniadakan jarak antara ruang kudus dan mahakudus (Ibrani 10:19-20).Sahabat, Allah yang kudus memanggil orang-orang percaya untuk menjadi umat-Nya yang kudus. Dalam amanat para nabi, respons terhadap panggilan tersebut diwujudkan dengan cara menerapkan keadilan sosial-ekonomi (Ayat 9-12). Karena itu, ibadah tidak terpisah dari perilaku sosial-ekonomi yang adil, benar, dan jujur. Segala praktik perampasan, kekerasan, aniaya, dan kecurangan takaran serta timbangan, yang merajalela di masa prapembuangan, harus dihentikan.Kedua, berupa bahan-bahan untuk persembahan korban di Bait Suci (ayat 13-15; bdk. Imamat 1-5). Korban-korban tersebut berfungsi untuk pendamaian bagi umat Allah. Semua bahan akan disalurkan melalui raja (ayat 16, 17). Para imam maupun pemimpin negara atau masyarakat bersama-sama bertanggung jawab agar kehidupan umat Allah mencerminkan kekudusan-Nya.Sahabat, bagaimanakah orang percaya  dapat berperan mencerminkan kekudusan Allah di lingkungan keluarga, tempat kerja, dan masyarakatnya?  Selain itu bila Allah menduduki tempat utama dalam kehidupan bangsa Israel, hal itu akan membawa dampak dalam pemerintahan dan dalam kehidupan sosial. Raja (pemerintah, pejabat) tidak lagi memikirkan kepentingannya sendiri serta menjauhi kekerasan dan mengutamakan keadilan. Perubahan sikap para pemimpin itu akan mendorong perubahan dalam kehidupan sosial masyarakat. Apakah ibadah kita telah membawa dampak dalam kehidupan bermasyarakat? Yang lebih penting lagi, apakah ibadah kita telah mengubah hidup kita sendiri? Haleluya! Tuhan itu baik. Bersyukurlah! Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu? Apa yang Sahabat pahami dari Ibrani 10:19-20? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: “… supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.” (Roma 12:1). (pg).

God’s Forgiveness and Restoration for His People

MEZBAH. Pada umumnya mezbah adalah sebuah tempat persembahan korban. Mezbah juga bisa diartikan sebagai sebuah peringatan, artinya: untuk mengingatkan kembali pada suatu pengalaman pertemuan dengan Allah yang luar biasa. Mezbah menandai tempat-tempat pengembaraan para nenek moyang bangsa Israel (Kejadian 12:8; 13:4; 26:25; 33:20). Allah mengadakan hubungan dengan umat-Nya. Oleh sebab itu orang berusaha mengadakan sebuah mezbah tunggal, yang dijadikan sumber kekuatan dan gambaran persatuan bangsa Israel (2 Tawarikh 3:12).  Kemuliaan Allah kembali hadir dalam Bait Suci. Pertanyaannya adalah bagaimana ibadah pada Allah diwujudkan? Salah satu unsur penting dalam Bait Suci terpusat pada mezbah.Hari ini kita Kembali belajar dari kitab Yehezkiel dengan topik: “God’s Forgiveness and Restoration for His People (Pengampunan dan Pemulihan Allah terhadap Umat-Nya)”. Bacaan Sabda diambil dari Yehezkiel 43:1-27 dengan penekanan pada ayat 9. Sahabat, akibat segala kekejian yang dilakukan umat Israel dalam Bait Suci, kemuliaan Tuhan meninggalkan bait-Nya (Yehezkiel  8:1-11:25).Inilah klimaks dari seluruh penglihatan Yehezkiel, yaitu kemuliaan Allah telah meninggalkan Bait Suci akibat dosa umat-Nya (Yehezkiel 10:18-20). Melalui pintu gerbang Timur kemuliaan Allah meninggalkan Bait Suci yang lama (Yehezkiel 10:19). Melalui pintu gerbang Timur pula kemuliaan Allah kembali (Ayat 2 dan 4). Penglihatan ini menyatakan pengampunan dan pemulihan Allah terhadap umat-Nya.Allah sendiri menyatakan bahwa Bait Suci adalah tempat takhta dan tapak kaki-Nya. Ia akan menjaga Israel tidak menajiskan nama-Nya. Segala kenajisan Israel akan disingkirkan karena raja mereka adalah Allah yang kudus. Dinding yang melingkupi kompleks Bait Suci memisahkan segala kenajisan dari kesucian Allah yang hadir dalam hidup mereka (Ayat 7-9).Yehezkiel disuruh menggambarkan rancangan Bait Allah yang baru. Melalui gambar itu, bangsa Israel diingatkan dan diajar tentang kekudusan Allah. Selain itu, mereka diingatkan untuk melakukan dengan setia segala hukum Allah. Sungguh suatu hal yang indah karena Allah tidak lagi mengingat dosa-dosa mereka. Dengan penuh kasih, Allah akan membimbing mereka kepada kehidupan baru. Dalam gambaran Kemah Suci, ruang mahakudus adalah tempat Allah bersemayam dengan tutup pendamaian dan Tabut Perjanjian sebagai takhta dan tempat meletakkan tapak kaki-Nya.Saat Israel melihat rancangan Bait Suci itu, mereka akan malu oleh berbagai kesalahan mereka. Pemulihan Bait Suci diikuti dengan peraturan dan hukum yang harus dilakukan mereka dengan setia. Mereka wajib menjaga daerah puncak gunung sebab tempat itu adalah tempat kudus Allah (Ayat 9-12).Sahabat, mezbah memiliki dua pengertian, yakni: Pertama, tempat ibadah manusia dinyatakan dan diperkenan Allah. Kedua, tempat kasih dan pengampunan Allah dinyatakan pada manusia. Ayat 18-27 menguraikan upacara penahbisan mezbah. Hanya para imam Lewi keturunan Zadok yang boleh mempersembahkan korban bakaran kepada Allah (Ayat 19).Sebelum mezbah digunakan untuk upacara kurban bakaran, terlebih dahulu harus dilakukan upacara penyucian mezbah (Ayat 18b-20). Upacara ini dilakukan selama tujuh hari berturut-turut dengan mengorbankan seekor lembu jantan muda, seekor kambing jantan yang tidak bercela, dan seekor domba jantan yang tidak bercela sebagai kurban penghapus dosa. Mulai hari kedelapan, para imam dapat menjalankan tugasnya mempersembahkan korban bakaran dan keselamatan dari umat.Persembahan korban bisa memiliki beberapa fungsi, antara lain: Pertama, sebagai penyucian dosa dan pendamaian antara orang berdosa dengan Allah yang suci, sebelum seseorang dapat menghampiri Allah dan berkenan kepada-Nya. Kedua, untuk menyatakan syukur atas anugerah pengampunan dan atas segala berkat Allah yang diterima orang tersebut. Ketiga, suatu persekutuan antara umat-Nya dengan Allah. Persekutuan ini dimungkinkan karena adanya pengampunan dan respons ucapan syukur.Di satu sisi, Allah mengadili setiap kesalahan umat Israel dengan murka-Nya. Di sisi lain, Allah setia akan janji-Nya. Ia merancang rencana agung untuk menyelamatkan manusia berdosa yang telah digenapi-Nya dalam kematian dan kebangkitan Yesus Kristus. Kita patut bersyukur karena Kristus sudah menggenapkan ritual Taurat ini melalui pengorbanan-Nya di kayu salib. Dia sudah menjadi korban penghapus dosa dan pendamaian. Melalui Dia, kita menaikkan syukur dan dipersekutukan dengan Allah Bapa.Melalui mezbah, Allah menyediakan sarana untuk manusia beribadah kepada-Nya. Ibadah yang diperkenan Allah hanya dimungkinkan melalui darah Kristus. Haleluya! Tuhan itu baik. Bersyukurlah! Berdasarkan hasil perernunganmu dari bacaan kita pad hari ini, jawablah bebrapa pertanyaan berikut ini: Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu? Apa yang Sahabat pahami tentang mezbah? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Saat ini kehadiran Allah tidak dilambangkan melalui Bait Suci, melainkan melalui tubuh kita sebagai bait (rumah) Allah. (pg).

Seek the LORD as long as He is Willing tobe FOUND

Hari ini kita kembali belajar dari kitab Yehezkiel dengan topik: “Seek the LORD as long as He is Willing to be FOUND (Carilah TUHAN selama Ia Berkenan DITEMUI)”. Bacaan Sabda diambil dari Yehezkiel 41:1-26. Sahabat, penglihatan Yehezkiel kini sampai pada bagian utama dari Bait Suci, yakni ruang balai, ruang kudus, dan ruang  mahakudus. Itulah bagian sebenarnya dari Bait Suci, dan merupakan bagian yang tertutup. Hal itu menandakan bahwa Allah, sekalipun hadir di tengah umat-Nya, tetap berada terpisah dari manusia oleh karena kekudusan-Nya. Bait Suci itu berbentuk bujur sangkar yang sempurna, berukuran 100 x 100 hasta. Ini melambangkan kesempurnaan Allah yang bersemayam di dalamnya. Ukiran-ukiran gambar yang menghias dinding-dinding Bait Suci, yaitu kerub-kerub dan pohon kurma, sama dengan yang ada di dinding Bait Allah Salomo (1 Raja-Raja 6:29-36). Kerub adalah makhluk surgawi yang bersayap, yang menopang kemuliaan Allah (Yehezkiel 9:1; Yehezkiel 10).  Malaikat itu pernah ditugaskan menjaga pohon kehidupan di taman Eden (Kejadian 3:24).  Kehadirannya di Bait Suci melambangkan kekudusan dari ruang mahakudus. Pohon kurma melambangkan pengharapan dan kemakmuran (Mazmur 92:13). Dengan demikian kedua ukiran itu menyatakan bahwa Allah adalah sumber perlindungan dan kemakmuran.  Selain hiasan kerub dan pohon kurma, Yehezkiel juga melihat suatu benda yang menyerupai mezbah kayu di hadapan ruang mahakudus (Ayat 21), yang dinamai “meja yang ada di hadirat Tuhan”. Mungkin mezbah itu adalah meja roti sajian yang merupakan perabotan penting Kemah Suci (Keluaran 25:23-30). Membaca bagian-bagian Bait Suci yang rumit dan penuh makna itu, mengajarkan kepada kita bahwa Allah yang Mahasuci berkenan hadir di tengah-tengah umat-Nya. Allah berkenan umat-Nya menghampiri-Nya, karena itu CARILAH TUHAN selama Ia berkenan ditemui (Yesaya 55:6).  Sahabat, renungan  hari ini mengingatkan kita agar tidak menyia-nyiakan waktu.  Kesempatan yang ada mari kita gunakan untuk terus menerus MENCARI TUHAN.  Mencari Tuhan merupakan sebuah keputusan penting bagi orang percaya, terlebih saat kita berada dalam situasi-situasi yang sulit.  Ketika jalan yang kita tempuh terbentur tembok yang tebal, sedangkan berbagai upaya telah kita lakukan dan kesemuanya berujung kepada kegagalan, maka tiada jalan lain selain kita harus datang kepada Tuhan dan mencari wajah-Nya.   Mencari Tuhan berarti menyadari akan keterbatasan dan ketidakberdayaan kita, lalu dengan penuh kerendahan hati mencari-Nya.  Mencari Tuhan juga berarti berharap dan mengandalkan Dia saja.Mengapa kita harus mencari Tuhan?  Karena Dia merupakan sumber pertolongan sejati.  Sementara segala hal yang ada di dunia ini tak bisa memberikan jawaban dan jaminan yang pasti bagi kita.  Karena itu jangan sekali-kali kita menggantungkan harapan pada jejaring, kekayaan, jabatan, pengalaman, kepintaran atau ketrampilan, semuanya adalah sia-sia.  Gantungkan harapan sepenuhnya kepada Tuhan sebab Dia selalu punya jalan ajaib untuk menolong kita.  Dia tidak pernah kehabisan cara melepaskan kita dari berbagai masalah.    Sahabat, perjalanan hidup bangsa Israel hendaknya menjadi pelajaran berharga bagi kita yang hidup di zaman sekarang ini.  Ketika mereka mencari Tuhan dengan sungguh-sungguh, maka ada keamanan, perlindungan dan kemenangan.  Namun, ketika mereka meninggalkan Tuhan, berkompromi dengan dosa dan mencari pertolongan kepada ilah lain, kekalahan demi kekalahan harus mereka alami. Haleluya! Tuhan itu baik. Bersyukurlah! Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu? Apa yang Sahabat pahami dari Yesaya 55:6?  Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: “Orang yang mengenal nama-Mu percaya kepada-Mu, sebab tidak Kautinggalkan orang yang mencari Engkau, ya Tuhan.” (Mazmur 9:11). (pg).

Prepare yourself for the LORD

MEMPERSIAPKAN DIRI. Saya coba mendata para pelayan Tuhan di satu gereja. Ada Gembala Jemaat, Majelis Jemaat, Pemain Musik, Pemimpin Pujian, Pemuji, Penari Altar, Petugas Sound System, Petugas Multi Media, Penyambut Tamu, Pengedar Persembahan, Pembaca Warta, Pendoa, Petugas Keamanan, Koster, dan lain-lainnya.   Apakah yang harus dilakukan oleh seorang pelayan Tuhan sebelum ia melakukan tugas pelayanannya? Ia harus  mempersiapkan diri lebih dulu. Sesederhana bagaimanapun pelayanan yang dipercayakan kepada dia, ia tidak boleh malas mempersiapkannya. Sikap yang menganggap enteng pelayanan, sama dengan menghina Tuhan empunya pelayanan. Hari ini kita melanjutkan belajar dari kitab Yehezkiel dengan topik: “Prepare yourself for the LORD (Persiapkan Diri untuk TUHAN)”. Bacaan Sabda diambil dari Yehezkiel 42:1-20 dengan penekanan pada ayat 13-14. Sahabat, sekali lagi Yehezkiel dibawa ke pelataran luar dan bilik-bilik bagian Utara. Bilik-bilik tersebut berhadapan langsung dengan lapangan tertutup dan bangunan yang di ujung Barat (Ayat 1-9a).  Bilik-bilik itu disebut kudus karena dipakai oleh para imam untuk beribadah kepada Allah. Selain itu, bilik-bilik tersebut digunakan untuk menaruh segala persembahan mahakudus. Itu sebabnya, tempat itu dikategorikan sebagai ruang kudus (Ayat 13). Dalam bilik itu, para imam harus menanggalkan pakaian upacara mereka saat akan meninggalkan pelataran untuk masuk ke pelataran luar (Ayat 14).  Seperti dalam renungan-renungan dari pasal-pasal sebelumnya, di sini pun ada jarak yang tegas antara imam dan awam, serta antara yang kudus dan tidak kudus. Tujuannya untuk menjaga dan memelihara kesucian Allah.Sahabat, selesai mengukur bagian dalam, malaikat membawa Yehezkiel ke pintu gerbang Timur dan mulai mengukur Bait Suci dari luar (Ayat 15-20). Keempat sisi tembok luar Bait Suci berbentuk bujur sangkar yang berukuran 500 hasta x 500 hasta. Tembok Bait Suci berfungsi untuk memisahkan yang kudus dari yang tidak kudus (Ayat 20). Dengan demikian, selesailah pengukuran dan pengamatan seluruh kompleks Bait Suci.Saya sadar dan akui bahwa penglihatan Yehezkiel dalam bacaan kita sulit diuraikan. Tetapi, ada beberapa hal yang bisa kita dipetik sebagai perenungan, antara lain: Pertama, kompleks Bait Suci menggambarkan milik Tuhan yang harus dipisahkan dari yang tidak kudus. Kedua, dari luar ke dalam ada gradasi kekudusan. Bagian luar dipakai orang awam untuk beribadah, pelataran dalam untuk imam-imam yang melayani, dan yang paling dalam adalah ruang Mahakudus.Sahabat, penglihatan mengenai bangunan Bait Suci serta ukurannya yang simetris mengajar kita dua hal, yakni: Pertama, siapa pun tidak boleh sembarangan menghampiri Allah, melainkan harus mengikuti ketentuan dan peraturan yang ditetapkan-Nya. Kedua, siapa pun harus menjaga diri dari pencemaran karena dosa. Semua peraturan ini berlaku bukan hanya dalam ibadah, tetapi juga dalam seluruh aspek kehidupan umat Allah. Selain itu, apa yang menjadi peran Sahabat di dalam gereja saat ini? Apakah Sahabat sebagai pendeta? Pengajar? Penatua? Diaken? Pemain musik? Administrator? Koster? Atau anggota jemaat? Apa pun peranmu, Tuhan telah memilih Sahabat menjadi bagian dari persekutuan umat-Nya yang kudus. Karena itu persiapkanlah dirimu saat Sahabat datang kepada-Nya. Haleluya! Tuhan itu baik. Bersyukurlah! Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu? Tolong ceritakan secara singkat apa peran Sahabat di gereja saat ini? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Persiapan memang seringkali menyita waktu cukup lama. Namun, dengan persiapan matang itulah, kesuksesan akan terbuka lebar. (pg).