Vision of the New Temple

PENGLIHATAN. Dari SarapanPagiBiblika ministry saya mendapat informasi bahwa penglihatan berasal dari bahasa Ibrani : hāzōn, Yunani : horama, Inggris : vision, sight, a spectacle, appearance, yang hampir selalu menandakan suatu arti pewahyuan ilahi. Pertama, kata hāzōn menunjuk pada pengertian dari “visi kenabian/profetik” dimana pesan-pesan ilahi dikomunikasikan (Yehezkiel 12:21-22).  Kedua, kata itu juga berarti menampilkan kembali pesan yang diterima melalui penglihatan profetik (Amsal 29:18).  Ketiga, arti kata hāzōn yang lainnya adalah menyajikan/menampilkan kembali secara keseluruhan dari pesan kenabian/nabi, seperti yang tercatat dalam Yesaya 1:1. Jadi, kata hāzōn menunjuk pada hubungan antara isi fokus komunikasi ilahi dengan pengertian-pengertian dari pesan-pesan tersebut yang tidak dapat dipisahkan. Sahabat, dapat disimpulkan bahwa penglihatan adalah salah satu cara Allah dalam menyampaikan maksud ataupun rencana-rencana-Nya kepada seseorang yang dipilih-Nya dalam keadaan sadar diri (tidak sedang tidur) mengenai orang lain, kelompok orang, suku ataupun bangsa. Orang yang dipilih Allah tersebut di beri karunia nabi atau diangkat sebagai nabi oleh Allah sendiri dan Allah juga memberi pengertian untuk menafsirkan penglihatan tersebut. Biasanya, penglihatan berhubungan erat dengan proses penyampaian pesan-pesan nubuatan. Hari ini kita melanjutkan belajar dari kitab Yehezkiel dengan topik: “Vision of the New Temple (Penglihatan tentang Bait Suci yang Baru).” Bacaan Sabda diambil dari Yehezkiel 40:1-47. Sahabat, empat belas tahun telah berlalu setelah kejatuhan Yerusalem dan pembuangan ke Babel. Ketika Nabi Yehezkiel mengenang peristiwa tersebut (bdk. 2 Tawarikh 36:10), ia mendapat penglihatan dari Allah. Ia dibawa kembali ke tanah Israel dan sebuah gunung yang tinggi. Di sana, ia melihat gambaran yang menyerupai “kota” (Ayat 2-3a). Penglihatan yang Allah berikan kepada Yehezkiel harus disampaikan kepada bangsa Israel.Bentuk Bait Suci baru berbeda dengan yang didirikan oleh Salomo (Ayat 5). Bait Suci yang baru ini dikelilingi oleh tembok setinggi dan setebal enam hasta (1 hasta = 0, 5 meter). Malaikat Allah melakukan pengukuran seluruh bangunan Bait Suci yang mulai dari pintu gerbang Timur (Ayat 6-16). Setiap pintu gerbang berukuran 50×25 hasta (Ayat 13, 15). Di dalamnya terdapat serambi, kamar, dan setiap tiang tembok diukir gambar pohon kurma (Ayat 10, 16). Di pelataran luar ada 30 kamar untuk beribadah (Ayat 17). Lebar pelataran luar adalah 100 hasta (Ayat 19).Lalu, Yehezkiel dibawa ke pintu gerbang Utara (Ayat 20-27, 32-37) dan Selatan (Ayat 28-31). Deskripsi pintu gerbang Utara sama dengan gerbang Timur dan Selatan, sedangkan tembok Barat tidak memiliki pintu gerbang. Yang berbeda hanya ada tambahan tujuh anak tangga dari luar kompleks Bait Suci menuju pintu gerbang itu (Ayat 22) dan delapan anak tangga untuk pelataran dalam (Ayat 31).Dalam Bait Suci itu terdapat pelbagai bilik dan perabot yang berfungsi sebagai tempat menyembelih dan membersihkan korban bakaran (Ayat 38-43). Ada juga berbagai ruang untuk para imam Lewi yang bertugas, baik di Bait Suci atau pun di mezbah (Ayat 44-46). Selain itu, pelataran dalam berbentuk bujur sangkar (100×100 hasta). Di sini terdapat mezbah (Ayat 47).Sahabat,  kita harus menjaga kekudusan hidup kita, jangan cemari tubuh kita dengan hal-hal yang najis supaya Allah tetap tinggal dalam hidup kita; Allah adalah kudus dan kita harus hidup kudus sebagai bait-Nya. Dengan demikian orang percaya harus belajar memisahkan hal yang kudus dari yang berdosa. Ia tidak boleh mencampuradukkan kehidupan yang disucikan Allah dengan kehidupan yang berdosa. Karena itu, kita membutuhkan pertolongan Roh Kudus untuk menjaga kesucian hidup dan berani menolak segala godaan yang dapat menghambat kita takut akan Allah. Haleluya! Tuhan itu baik. Bersyukurlah! Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu? Apa yang Sahabat pahami tentang menjaga kekudusan hidup? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Allah hadir dan tinggal dalam setiap orang percaya. Bahkan tubuh setiap orang percaya adalah Bait Kudus-Nya bukan lagi bicara suatu tempat (1 Korintus 6:19). (pg).

The Resurrected Dry Bones

PENGHARAPAN. Dalam komunitas orang percaya, kita sering mendengar, membaca, dan memperkatakan kata pengharapan. Apa arti pengharapan?  Di dalam bahasa Yunani, kata pengharapan ditulis elpis, yang artinya menantikan yang baik.  Sedangkan di dalam bahasa Ibrani, kata pengharapan ditulis miqveh, yang artinya sangat menantikan dan mengumpulkan.  Sahabat, sangat menarik, kata pengharapan selain berarti menantikan ternyata mempunyai arti  mengumpulkan. Di dalam Filipi 4:8 dikatakan pikirkanlah (mengumpulkan) semua yang benar, mulia, adil, suci, manis, sedap didengar, yang disebut kebajikan dan patut dipuji. Lalu, Penulis surat Ibrani menyatakan bahwa  pengharapan adalah SAUH {Ibrani 6:19). Sauh atau jangkar digunakan supaya perahu atau kapal tidak terbawa tiupan angin, gelombang, atau badai di tengah laut. Artinya, di tengah masalah, setiap orang membutuhkan pengharapan, supaya hidupnya tidak terombang-ambingkan arus masalah. Pengharapan yang adalah sauh, membuat kita terkait kepada sesuatu yang kuat, stabil, dan kokoh, dalam hal ini adalah janji TUHAN di dalam hidup kita, yang membuat hidup kita teguh bertahan di tengah hantaman badai. Hari ini kita melanjutkan belajar dari kitab Yehezkiel dengan topik: “The Resurrected Dry bones (Tulang-Tulang Kering Dibangkitkan)”. Bacaan Sabda diambil darikitab Yehezkiel 37:1-14 dengan penekanan pada ayat 10. Sahabat, sudah hampir setahun Thomas menganggur. Meski dia  rajin mengirim surat lamaran, belum ada perusahaan yang menerimanya. Ia kehilangan harapan. Mengetahui keadaan anaknya, ayah Thomas mengajaknya ke kuburan. Sambil menunjuk batu nisan, ia berkata, “Di sinilah tempat orang-orang yang tak lagi punya pengharapan!”Pengharapan di dalam diri manusia menjadi sirna tatkala ia meninggal dunia. Menariknya, kitab Yehezkiel menunjuk pada pengharapan yang tidak biasa. Di tengah lembah penuh tulang-belulang manusia, Allah bertanya, “Dapatkah tulang-tulang ini dihidupkan kembali?” Jawabnya tentu: Mustahil! Akan tetapi, Yehezkiel tahu kalau di tangan Allah, tidak ada yang mustahil. Karenanya, Yehezkiel menjawab: “Ya Tuhan Allah, Engkaulah yang mengetahui!” (Ayat  1-3).  Melalui nubuatan, tulang-tulang itu kemudian diubahkan-Nya menjadi tentara yang sangat besar (Ayat 4-10). Tulang kering menunjuk pada kehidupan yang mati, bukan secara fisik melainkan secara rohani. Hidup tanpa tujuan, tanpa pengharapan, dan tak lagi mampu melihat masa depan. Menghadapi situasi demikian, kuasa firman Tuhan benar-benar diperlukan. Daripada mengeluh, lebih patut memperkatakan firman Tuhan.Firman Tuhan bekerja lebih dahsyat daripada logika atau perkataan manusia. Mungkin kita dikatakan sebagai pribadi yang tak punya masa depan. Mungkin juga kita mengganggap diri kita sudah mati bagaikan tulang-tulang kering. Jika benar demikian, ingatlah bahwa bersama Tuhan yang hidup, kita selalu memiliki pengharapan. Tidak peduli seberapa kering pengharapan itu, Bersama Tuhan kita mampu melihat masa depan yang penuh harapan.    Apakah Sahabat sedang menghadapi pergumulan hidup yang berat? Jangan menyerah, tetaplah berharap dan bersandar kepada Allah karena Ia pasti mampu membuka jalan keluar,   “Pada-Mu, ya TUHAN, aku berlindung, janganlah sekali-kali aku mendapat malu. Sebab Engkaulah harapanku, ya Tuhan, kepercayaanku sejak masa muda, ya ALLAH.” (Mazmur 71:1 dan 5). Haleluya! Tuhan itu baik. Bersyukurlah! Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu? Apa yang Sahabat pahami dari Ibrani 6:19? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Selama kita hidup, kita pengharapan. Sebaliknya selama kita berpengharapan, kita hidup. (pg).