MENGHINDAR ALA YESUS

Bagi beberapa orang sikap menghindar adalah salah satu hal yang tabu.  Lebih baik masalah dihadapi daripada dihindari, itulah gentleman sejati.  Benarkah selalu demikian?  Mari belajar dari Yesus dengang merenungkan Matius 12:14–21. Demonstrasi kesembuhan beruntun yang dilakukan Yesus pada hari Sabat ternyata sungguh mengusik jiwa penjaga tradisi orang Farisi.  Mereka menganggap Yesus sesat dan layak untuk dilenyapkan.  Situasi sungguh tegang.  Alih-alih melawan atau mempertahankan diri, Yesus malah pergi dari tempat itu dan menjauh.  Sikap Yesus menimbulkan beberapa pertanyaan : Mengapa Yesus menghindar padahal Ia adalah Anak Allah?   Mengapa Yesus tidak melawan saja orang Farisi itu secara frontal mengingat sikap mereka yang licik dan penuh kebencian terhadap Yesus?   Mengapa Yesus tidak menghabisi saja orang Farisi dengan argumen yang tidak dapat disangkal oleh mereka sehingga orang-orang Yahudi mengakui ke-Mesiasan-Nya?   Secara manusia sikap Yesus ini aneh dan menunjukkan kekalahan.  Yesus pergi dari arena dan bahkan Ia berpesan supaya orang-orang yang sudah disembuhkan merahasiakan kebaikan-Nya.  Yesus memilih melanjutkan pekerjaan-Nya daripada mengikuti aturan main orang-orang Farisi. Ternyata Yesus tidak sepenuhnya menghindari para Farisi itu.  Sebelum pergi, Yesus sudah menyatakan sikap-Nya terhadap hukum Sabat (Matius 12:3-8 dan 11).  Yesus menghindar karena melihat niat jahat dari para Farisi itu.  Dari sikap tersebut dapat direnungkan : Yesus memberitakan Kerajaan Allah dengan damai, bukan untuk berkonflik dengan siapa pun.   Penulis Matius mengutip kitab Yesaya tentang Hamba Pilihan Tuhan yang memiliki ciri rendah hati, penuh dengan damai dan fokus kepada karya misi-Nya sebagai komentar terhadap sikap Yesus ini.  Yesus tidak mau terpancing dengan kondisi panas itu, Yesus pergi supaya keadaan menjadi lebih damai di sana.  Larangan Yesus untuk menceritakan kebaikan-Nya juga dilakukan untuk meredakan suasana yang sudah riuh dan panas. Matius 12:19 menegaskan kutipan Yesaya sudah tergenapi dalam Yesus: Pelayanan penuh damai namun pasti. Yesus memprioritaskan tugas-Nya. Yesus memilih sebuah prioritas dalam hidup-Nya yaitu melaksanakan tugas sesuai misi kedatangan-Nya, yaitu  melenyapkan segala kelemahan.  Melayani kemarahan para Farisi akan menghambat efektifitas kerja-Nya, maka Yesus memilih apa yang paling penting dalam hidup-Nya: melanjutkan pekerjaan-Nya. Menghindar kadang diperlukan dalam situasi tertentu, apalagi Ketika emosi sudah menguasai pikiran.  Paulus pernah mengatakan “dari pihakmu, berusahalah sedapat mungkin untuk hidup damai dengan semua orang.” (Roma 12:18).  Hidup dalam kondisi yang damai adalah hal yang harus diupayakan oleh setiap orang percaya.  Yesus sudah memberikan contoh dan teladan yang luar biasa.  Menghindar bukan selalu pengecut.  Kadang kala menghindar adalah sikap gentleman sejati untuk meredam letusan konflik serta untuk memastikan tugas dan tanggung jawab tetap terlaksana sesuai rencana.  Selamat bertumbuh dewasa. (Ag)

PRASANGKA MERAMPAS SUKACITA

Saudaraku, berhadapan dengan orang yang penuh dengan prasangka memang serba salah karena apa pun yang dilakukan akan ditanggapi dengan sikap skeptis dan curiga. Akibatnya orang yang dipenuhi prasangka akan kehilangan sinar kehidupan, yaitu sukacita.  Mari kita renungkan dampak prasangka dalam bacaan dari  Matius 11: 1-11. Yesus merasakan rasa frustasi Yohanes saat seorang utusan menemui Yesus untuk memastikan ke-Mesiasan-Nya.  Yohanes sudah bekerja maksimal: membaptis banyak orang dan menegur para pemuka agama dengan berani.  Tanggapan yang ia dapat adalah sikap prasangka para pemimpin Israel terhadapnya.  Maka dalam penjara, Yohanes ingin memastikan bahwa Yesus adalah Mesias itu.  Konsep Mesianis memang sudah mandarah daging dalam pemikiran orang Yahudi, apalagi mereka saat itu benar-benar menantikan kelepasan dari genggaman bangsa asing.  Frustasi Yohanes juga dialami oleh orang Israel pada umumnya.  Sebelum Yesus muncul, sudah banyak orang yang mengaku diri sebagai Mesias namun terbukti gagal.  Pengalaman pahit itu membuat mereka penuh prasangka kepada para utusan Tuhan dan menutup diri kepada Yesus, Mesias sejati.   Dampak dari sikap penuh prasangka dalam bacaan ini adalah : Menghalangi pandangan untuk melihat anugerah Allah. Prasangka telah membuat mereka menutup pintu terhadap karya Allah yang besar, sehingga mereka tidak merasakan anugerah Allah melalui Yesus.  Mungkin mereka melihat bahwa kriteria Mesias tidak ada dalam Yohanes maupun Yesus sehingga inilah yang membuat akhirnya mereka menjadi sombong dan berpikir bahwa Allah harus bekerja sesuai dengan kriteria yang dipahami mereka. Mereka kehilangan kesempatan melihat pekerjaan Allah. Menghilangkan sukacita sehingga tidak menikmati kreatifitas Allah. Prasangka membuat pemimpin Yahudi kehilangan sukacita menyambut karya Tuhan yang sedang terjadi dalam bangsa mereka.  Banyak orang menerima mukjizat dan dipulihkan karena pelayanan Yesus dan Yohanes, namun mereka tidak merasakannya.  Yesus memberi penggambaran yang sangat lugas dan mengatakan bahwa sikap acuh, penuh prasangka dan skeptis akan membunuh pengharapan dan sukacita. Mereka menjadi pemain yang kehilangan makna permainannya, menjadi aktor yang kehilangan kenikmatan memerankan tokohnya. Saudaraku, apa yang paling mengkhawatirkan dalam hidup ini selain hidup penuh prasangka?  Dalam kehidupan  memang ada banyak hal yang mengecewakan, namun jangan memelihara prasangka hingga akhirnya kehilangan sukacita dan pengharapan yang  akan menerangi jalan hidup manusia sehingga mampu melihat pekerjaan Allah yang menembus kemustahilan.   Pengalaman memang  guru yang terbaik, namun pengalaman tidak bisa menjadi tolok ukur mati untuk menilai kondisi atau pun seseorang.  Masih ada Allah yang bekerja untuk mengubah keadaan ataupun memakai seseorang (yang mungkin tidak memenuhi syarat ) untuk melakukan hal yang benar.   Belajar dari pengalaman memang penting, namun jangan sampai pengalaman manusia menjadi batas untuk melihat Allah Sang Mahakreatif bekerja sesuai dengan kehendak-Nya. Selamat bertumbuh dewasa. (Ag)

End Up with VICTORY

MEWARISKAN NAMA BAIK. Di Yope terdapat seorang perempuan bernama Tabita atau yang lebih dikenal dengan nama Dorkas. Ia adalah orang yang baik dan mengabdikan hidupnya untuk menebarkan cinta kasih kepada mereka yang membutuhkan. Apa yang terjadi ketika ia meninggal? Semua orang yang menerima kebaikannya meratapi, merasakan sangat kehilangan dan berharap ia hidup kembali. Karena itu  mereka mendatangi Rasul Petrus sembari menunjukan bukti cinta kasih Dorkas. Sang Rasul pun akhirnya memberikan pelayanan yang terbaik atas permintaan mereka dan Dorkas pun hidup kembali. Cerita tersebut merupakan penggalan kisah pelayanan Petrus dalam Kisah Rasul pasal 9. Cerita kebaikan hati Dorkas yang sudah meninggal menunjukan bahwa orang yang baik budi dalam kata dan karya bagi kebaikan diri, keluarga dan masyarakat, walaupun sudah mati, namanya tetap dikenang dengan penuh kasih. Hal tersebut mengingatkan saya pada pepatah lama, “Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, menusia mati meninggalkan nama”.  Pengamsal menyampaikan keyakinannya:  “Nama baik lebih berharga dari pada kekayaaan besar, …” (Amsal 22:1). Pengamsal mengingatkan kita bahwa nama baik jauh lebih berharga daripada harta dan kekayaan. Harta dan kekayaan tidak akan dibawa mati, ia akan berakhir seiring dengan datangnya ajal, tetapi nama baik tak lekang oleh zaman. Artinya nama baik jauh lebih bernilai daripada kekayaan dan sebaliknya, kekayaan tidak ada artinya tanpa nama baik yang mewujud dalam setiap tindakan. Sebagaimana pepatah di atas dan keyakinan Pengamsal, mari kita berusaha dengan sepenuh hati supaya dapat mewariskan nama baik kepada anak cucu kita.   Syukur, hari ini kita  belajar dari pasal terakhir dari kitab Yosua dengan topik: “End Up with VICTORY (Akhiri dengan KEMENANGAN)”. Bacan Sabda diambil dari Yosua 24:29-33. Sahabat, akhir dari hidup manusia di dunia adalah kematian. Apakah kematian akan menghilangkan manusia, kemudian dilupakan seolah tidak pernah ada kala ajal menjemputnya? Ternyata tidak! Nama seseorang akan terus dikenang. Tubuhnya telah tiada, namun namanya terus ADA.Akhir kisah Yosua merupakan cerita bahagia. Alkitab mencatatkan namanya sebagai bukti perannya yang penting bagi sejarah umat Israel (Ayat 29). Yosua disebut sebagai hamba TUHAN. Artinya, kehadiran dan jasanya penting dalam perjalanan bangsa Israel. Dia meninggal dalam usia seratus sepuluh tahun. Dengan menyebutkan usianya, maka dia menjadi sejajar bersama nenek moyang Israel, seperti Abraham, Musa, dan Yusuf. Yosua dikuburkan di pegunungan Efraim (Ayat 30). Kiprahnya membuat umat Israel hidup beribadah kepada Allah (Ayat 31). Mereka menjadi mengenal perbuatan-Nya yang memengaruhi masa depan mereka kelak.Tulang-tulang Yusuf dikuburkan di Sikhem, tanah miliknya (Ayat 32). Ini membuktikan bahwa Allah mengindahkan kepercayaan Yusuf. Dia yakin bahwa Allah akan memerhatikan umat Israel. Dia percaya tangan Tuhan pasti kembali membawa mereka ke tanah Perjanjian.Selain itu, Eleazar bin Harun juga diceritakan mati dan mencapai keberhasilannya dalam pelayanan (Ayat 33).Sahabat, kematian hamba Tuhan bukan akhir dari segala sesuatu. Itu masih akan berdampak bagi orang lain. Status hamba Tuhan tidak hanya untuk sosok tertentu. Ini tentang kehidupan seorang yang melakukan kehendak Tuhan dan memuliakan Dia. Yosua dan pelayan Tuhan lainnya telah melaksanakan tugas dengan baik. Akhirnya, namanya selalu dikenang setelah mereka tiada karena memberikan dampak baik bagi komunitasnya.Kita dikenang bukan hanya pada saat dilahirkan, tetapi juga pada saat kematian. Saat dilahirkan, kita tidak dapat memilih. Namun, kita dapat memilih menjadi siapa ketika nafas terakhir terhembus. Sudahkah kita mempersiapkan dengan baik untuk dapat mewariskan nama baik? Semoga Sahabat dan saya dapat mengakhiri hidup dengan KEMENANGAN. Haleluya! Tuhan itu baik. Bersyukurlah! Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Pesan apa yang Sahabat peroleh dari perenunganmu? Apa yang Sahabat pahami dari kisah hidup Dorkas di Kisah Para Rasul 9:38-41? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Pilihlah untuk selalu percaya dan setia kepada Tuhan Allah saja, maka nama baikmu akan terjaga. (pg)

God is at our Side

KOALISI. Tahun 2024 akan ada Pesta Demokrasi di negara kita, maka saat ini kita sering mendengar atau membaca kata koalisi. Lalu apa itu koalisi? Dari Kompas.com saya mendapat informasi bahwa koalisi merupakan  istilah yang sering digunakan dalam kaitannya dengan partai politik atau hubungan internasional. Walau sebenarnya tak selalu berhubungan dengan partai politik, istilah koalisi memang sebenarnya banyak dipakai dalam dunia politik. Dilansir dari situs Encyclopaedia Britannica, koalisi adalah kelompok orang yang mengoordinasikan perilaku secara terbatas, guna mencapai tujuan bersama. Sebagai bentuk kerja sama, keanggotaan koalisi bersifat sukarela dan berorientasi pada tujuan yang ingin diraih bersama.  Meski mencakup beberapa orang, tiap individu dalam koalisi sering memilih mempertahankan identitas juga kepentingan mereka yang khas. Namun, keinginan mereka tetaplah sama, yakni meraih tujuan bersama yang tidak dapat diraih oleh masing-masing individu. Menurut Faljurrahman Jurdi dalam buku Pengantar Hukum Partai Politik (2020), istilah koalisi menunjukkan adanya ikatan yang tidak organik di antara beberapa orang. Kata koalisi juga sering mengarah pada kepentingan orang tertentu, sehingga kebersamaan dalam koalisi sangat dipengaruhi oleh latar belakang Sesungguhnya koalisi tidak selalu berupa organisasi politik, karena ada pula koalisi,  yang terdiri atas organisasi kampus atau perusahaan. Hari ini kita melanjutkan belajar dari kitab Yehezkiel dengan topik: God is at our Side (Allah di Pihak Kita)”. Bacaan Sabda diambil dari Yehezkiel 38:1-39:29. Sahabat, ketika Tuhan melakukan pemulihan bagi umat-Nya, segala sesuatu tidak secara otomatis akan berjalan lancar. Ada kalanya Tuhan mengizinkan kesulitan dan penderitaan hadir dalam hidup kita. Dalam situasi seperti ini, kita cenderung berpikir bahwa angin badai dan awan gelap akan memporak-porandakan proses pemulihan dari Tuhan. Semua peristiwa yang terjadi, apakah baik atau buruk, dalam kehidupan kita bertujuan memperdalam pengenalan kita akan kebesaran Tuhan. Sahabat, kita tidak tahu persis tentang siapa dan apa yang dimaksud dengan Gog di tanah Magog serta negeri Mesekh dan Tubal. Yang jelas, Gog adalah raja yang agung, yang didukung oleh orang Persia, Etiopia, Put, Gomer, dan Bet-Togarma. Ada banyak orang yang beranggapan bahwa Magog menunjuk kepada Rusia, tetapi banyak orang pula yang meragukan pendapat tersebut. Koalisi tujuh negara di atas mengepung Israel dari sebelah Utara (Mesekh, Tubal, Gomer, Bet-Togarma), dari Selatan/Barat (Etiopia, Put) dan dari Timur (Persia). Penyebutan tujuh nama bangsa (negara) menunjuk pada kelengkapan. Perkataan “banyak bangsa menyertai engkau” (38:6, 9, 15) menunjukkan bahwa jumlah anggota koalisi mungkin saja lebih dari tujuh negara. Koalisi dari bangsa-bangsa itu berniat untuk menyerang Israel (38:12). Sekalipun koalisi bangsa-bangsa yang menyerang israel itu kuat sekali, sedangkan bangsa Israel adalah bangsa yang lemah secara militer, namun Allah mengatakan bahwa Dia sendirilah yang akan melawan koalisi tersebut (39:1). Karena Allah menyertai umat-Nya, bangsa Israellah yang memenangkan pertarungan tersebut (39:9). Perhatikan bahwa pemusnahan persenjataan kayu yang dipakai oleh koalisi tersebut (yang dipakai sebagai kayu bakar oleh bangsa Israel) memerlukan waktu tujuh tahun! Fakta tersebut menunjukkan betapa kuatnya persenjataan koalisi yang hendak memusnahkan bangsa Israel itu. Sahabat, merupakan suatu hal yang umum bila umat Tuhan sepanjang masa harus menghadapi berbagai persoalan besar. Walaupun permasalahan yang harus kita hadapi kadang-kadang terasa terlalu berat, kita tidak perlu takut. Bila Allah di pihak kita, permasalahan seberat apa pun pasti akan sangggup kita hadapi (Roma 8:31). Tetaplah pegang keyakinan bahwa Allah pasti menyertai kita dalam menghadapi setiap persoalan! Haleluya. Tuhan itu baik. Bersyukurlah! Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu? Apa yang Sahabat pahami dari Roma 8:31? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Perbedaan perlakuan Allah terhadap bangsa Israel dan terhadap bangsa-bangsa lain membuktikan bahwa keselamatan kita sepenuhnya karena anugerah Allah. (pg).

A New Heart

MANUSIA BARU. Istilah manusia Baru merupakan  predikat yang diberikan oleh rasul Paulus  kepada jemaat di Efesus dan juga kepada setiap pengikut- pengikut Kristus di mana pun mereka berada (Efesus 4:17-32). Pengikut Kristus adalah orang-orang yang percaya kepada Yesus dan menjadikan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat di dalam hidupnya. Sebagai manusia baru, rasul Paulus mengingatkan kepada kita semua bahwa hidup kita berbeda dengan orang-orang yang  belum mengenal Kristus, di mana hidupnya dipenuhi dengan pikiran yang sia-sia dan hidup jauh dari persekutuan dengan Allah. Hidup dalam kecemaran, hawa nafsu, kedegilan hati dan keserakahan sehingga perasaan mereka menjadi tumpul untuk mendengar suara Tuhan. Manusia baru merupakan manusia yang diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan, dan senantiasa diperbaharui di dalam roh dan pikiran serta menanggalkan manusia lamanya. Sebagai seorang manusia baru,  dia akan mau mendengar dan menerima pengajaran yang nyata di dalam Yesus. Hari ini kita melanjutkan belajar dari kitab Yehezkiel dengan topik: “A New Heart (Hati yang Baru)” Bacaan Sabda diambil dari Yehezkiel 36:25-28 dengan penekanan pada ayat 26. Sahabat, kepada jemaat di Korintus  rasul Paulus  menyatakan bahwa siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang (2 Korintus 5:17).  Proses  kelahiran baru  di dalam diri orang percaya  dikerjakan oleh Roh Kudus  (Titus 3:5).  Karena kita adalah  ciptaan baru  di dalam Kristus maka kita harus menjalani hidup sebagai manusia yang benar-benar baru dengan meninggalkan kehidupan lama kita.  Tuhan berfirman melalui nabi Yehezkiel,  “Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru di dalam batinmu …”  (Ayat 26).   Sahabat, memiliki hati yang baru dan roh yang baru adalah tanda bahwa seseorang sudah mengalami kelahiran baru dan hidup dalam pertobatan.  Kita memerlukan hati dan roh yang baru agar hidup kita semakin berkenan kepada Tuhan. Lalu apa yang dimaksudkan dengan hati yang baru?  Hati yang baru adalah hati yang tidak lagi keras atau hati yang lembut.  Kalau dulu sebelum bertobat hati orang begitu keras dan sulit sekali menerima teguran, setelah mengalami jamahan Roh Kudus hatinya diubahkan menjadi lembut,   “Aku akan memberikan mereka hati yang lain dan roh yang baru di dalam batin mereka; juga Aku akan menjauhkan dari tubuh mereka hati yang keras dan memberikan mereka hati yang taat, supaya mereka hidup menurut segala ketetapan-Ku dan peraturan-peraturan-Ku dengan setia; …”  (Yehezkiel 11:19-20).  Sedangkan hati yang lembut adalah hati yang mau belajar, diajar, ditegur dan dibentuk,  “Orang yang mengarahkan telinga kepada teguran yang membawa kepada kehidupan akan tinggal di tengah-tengah orang bijak. Siapa mengabaikan didikan membuang dirinya sendiri, tetapi siapa mendengarkan teguran, memperoleh akal budi.”  (Amsal 15:31-32). Hati yang baru adalah hati yang mau taat melakukan kehendak Tuhan, tidak kompromi terhadap dosa.  Ketaatan adalah syarat mutlak memiliki kehidupan yang berkenan kepada Tuhan.  Tanpa ketaatan pengiringan kita akan Tuhan sia-sia.  Hati yang baru adalah hati yang senantiasa tertuju kepada Tuhan dan rindu menyenangkan hati-Nya. Haleluya! Tuhan itu baik. Bersyukurlah! Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu? Apa saja yang menjadi ciri-ciri manusia baru? (Efesus 4:25-32) Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Sudahkah kita benar-benar meninggalkan manusia lama dan menjalani hidup sebagai manusia baru? (pg).

Manifestasi Roh Kudus Dalam Tindakan

Kategori: Sejenak Merenung Manifestasi Roh Kudus Dalam Tindakan PENGANTAR. Kitab Para Rasul ditulis untuk menunjukkan bahwa orang-orang Yahudi yang telah menolak dan menyalibkan Yesus melanjutkan pemberontakan mereka dengan menolak Injil Yesus Kristus yang sudah  Rasbangkit dan naik ke surga. Kisah Para Rasul 4 membahas manifestasi kuasa Roh Kudus dalam tindakan para rasul dalam doa dan pemberitaan Firman Tuhan walau pun mendapatkan perlawanan. Dalam Kisah Para Rasul 4:31 Lukas mencatat:  “Dan ketika mereka sedang berdoa, goyanglah tempat mereka berkumpul itu dan mereka semua penuh dengan Roh Kudus, lalu mereka memberitakan firman Tuhan dengan berani”. Doa adalah bekerjasama dan bergandeng tangan dengan Tuhan. Persekutuan doa adalah bekerjasama bagi Tuhan dan pekerjaan-Nya. Dalam mengerjakan pekerjaan Tuhan, ATHG (Ancaman Tantangan Hambatan dan Gangguan) pasti ada, minimal dari iblis yang ingin menghancurkan pekerjaan-Nya. Iblis datang untuk mencuri, membunuh dan membinasakan para milik Tuhan (Yohanes 10:10a). Kita memuji Tuhan, DIA yang hebat, DIA yang perkasa, DIA Tuhan yang menjadikan langit dan bumi. Penderitaan dan penganiayaan bagi para murid Kristus telah dinubuatkan dalam Mazmur 2:1-3, itulah hak setiap murid Yesus untuk meneladani dan memiliki karakter Kristus. Tentangan dan tantangan dalam pelayanan adalah kesempatan emas untuk mewartakan kabar baik Mesias Yang diurapi-Nya dengan kuasa ROH Kudus dan menyerahkan hasilnya kepada Bapa di surga. MANIFESTASI ROH KUDUS DALAM TINDAKAN. Penyebutan Yesus Kristus, Hamba-Mu yang kudus (Ayat 27) adalah juga Yang Diurapi memiliki kekuatan luar biasa untuk mengalahkan iblis. Penyebutan Herodes Antipas, raja atas Galilea dan Persia, mewakili raja-raja di bumi. Pontius Pilatus, wali negeri Romawi bagi Yudea, mewakili para pembesar. Musuh-musuh yang lain di dalam mazmur itu diidentifikasikan sebagai bangsa-bangsa dan suku-suku bangsa Israel dan selebihnya.  Orang-orang percaya sebagai pengikut Kristus tidak berdoa meminta perlindungan atau keselamatan, tetapi agar mereka dapat tetap setia memberitakan Firman Tuhan ketika menghadapi perlawanan. Itulah komitmen sebagai wujud bersandar kepada kuasa Roh Kudus dalam berpelayanan.  Jawaban atas komitmen tersebut, bahwa mereka terus menerus dipenuhi oleh kuasa Roh Kudus yang selalu dimanifestasikan dalam tindakan mereka sesehari baik dalam kehidupan sepanjang hari maupun dalam memberitakan Firman Tuhan dengan berani.  KESIMPULAN. Gereja adalah persekutuan orang-orang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus. Oleh kuasa Roh Kudus mereka memberitakan kabar baik tentang Tuhan Yesus Kristus. Mereka perlu berhimpun, bersatu saling menyalakan api pelayanan. Dengan sadar dan tulus hati mereka amat menyadari adanya Ancaman Tantangan Hambatan dan Gangguan dari iblis dan orang-orangnya. Kiranya menjadikan momentum itu sebagai kesempatan emas untuk memberdayakan kuasa Roh Kudus sebagai api pelayanan pemberitaan Injil Kristus. Gereja harus menyadari akan arti pentingnya Doa dan Persekutuan Doa Peperangan Rohani. Musuh kita bukan darah dan daging yang kasat mata, tetapi setiap penghulu roh jahat yang siap memporakporandakan pekerjaan Tuhan dan jemaat-Nya. Itulah wujud tantangan iman Kristen dalam kehidupan sesehari kita. Keputusan Tuhan dan kesetiaan untuk bertekun adalah kedua hal yang saling memperlengkapi. Para murid Kristus di sepanjang segala abad, menghadapi sebuah dilema besar, bak makan buah simalakama. Memberitakan Injil dan menempatkan diri untuk rela ditangkap, dijebloskan ke penjara, mati sebagai martir Kristus. Gereja harus tetap tekun dan setia berdoa. Bahaya, takut, panik dan segera mencari perlindungan adalah tindakan wajar seseorang bila dalam keadaan tertekan.  Berdasarkan hasil perenungan pendalaman kita dalam kitab Kisah Para Rasul 4 khususnya pada ayat 23-31, mari kita jawab pertanyaan berikut: Pesan apa yang kita peroleh dari hasil perenungan kita pada hari ini? Apa yang kita pahami dari Kisah Para Rasul 4:23-31? Doa seperti apa yang harus dipanjatkan oleh para murid Kristus saat menghadapi tantangan dan tentangan iman? Selamat sejenak merenung dan mengaplikasikannya dalam hidup hari ini. Simpan dalam-dalam di hati: Kita dijadikan-Nya saksi Kristus yang berdampak hingga efektif dan efisien bagi dunia. Amin. (sp).