MENGHINDAR ALA YESUS
Bagi beberapa orang sikap menghindar adalah salah satu hal yang tabu. Lebih baik masalah dihadapi daripada dihindari, itulah gentleman sejati. Benarkah selalu demikian? Mari belajar dari Yesus dengang merenungkan Matius 12:14–21. Demonstrasi kesembuhan beruntun yang dilakukan Yesus pada hari Sabat ternyata sungguh mengusik jiwa penjaga tradisi orang Farisi. Mereka menganggap Yesus sesat dan layak untuk dilenyapkan. Situasi sungguh tegang. Alih-alih melawan atau mempertahankan diri, Yesus malah pergi dari tempat itu dan menjauh. Sikap Yesus menimbulkan beberapa pertanyaan : Mengapa Yesus menghindar padahal Ia adalah Anak Allah? Mengapa Yesus tidak melawan saja orang Farisi itu secara frontal mengingat sikap mereka yang licik dan penuh kebencian terhadap Yesus? Mengapa Yesus tidak menghabisi saja orang Farisi dengan argumen yang tidak dapat disangkal oleh mereka sehingga orang-orang Yahudi mengakui ke-Mesiasan-Nya? Secara manusia sikap Yesus ini aneh dan menunjukkan kekalahan. Yesus pergi dari arena dan bahkan Ia berpesan supaya orang-orang yang sudah disembuhkan merahasiakan kebaikan-Nya. Yesus memilih melanjutkan pekerjaan-Nya daripada mengikuti aturan main orang-orang Farisi. Ternyata Yesus tidak sepenuhnya menghindari para Farisi itu. Sebelum pergi, Yesus sudah menyatakan sikap-Nya terhadap hukum Sabat (Matius 12:3-8 dan 11). Yesus menghindar karena melihat niat jahat dari para Farisi itu. Dari sikap tersebut dapat direnungkan : Yesus memberitakan Kerajaan Allah dengan damai, bukan untuk berkonflik dengan siapa pun. Penulis Matius mengutip kitab Yesaya tentang Hamba Pilihan Tuhan yang memiliki ciri rendah hati, penuh dengan damai dan fokus kepada karya misi-Nya sebagai komentar terhadap sikap Yesus ini. Yesus tidak mau terpancing dengan kondisi panas itu, Yesus pergi supaya keadaan menjadi lebih damai di sana. Larangan Yesus untuk menceritakan kebaikan-Nya juga dilakukan untuk meredakan suasana yang sudah riuh dan panas. Matius 12:19 menegaskan kutipan Yesaya sudah tergenapi dalam Yesus: Pelayanan penuh damai namun pasti. Yesus memprioritaskan tugas-Nya. Yesus memilih sebuah prioritas dalam hidup-Nya yaitu melaksanakan tugas sesuai misi kedatangan-Nya, yaitu melenyapkan segala kelemahan. Melayani kemarahan para Farisi akan menghambat efektifitas kerja-Nya, maka Yesus memilih apa yang paling penting dalam hidup-Nya: melanjutkan pekerjaan-Nya. Menghindar kadang diperlukan dalam situasi tertentu, apalagi Ketika emosi sudah menguasai pikiran. Paulus pernah mengatakan “dari pihakmu, berusahalah sedapat mungkin untuk hidup damai dengan semua orang.” (Roma 12:18). Hidup dalam kondisi yang damai adalah hal yang harus diupayakan oleh setiap orang percaya. Yesus sudah memberikan contoh dan teladan yang luar biasa. Menghindar bukan selalu pengecut. Kadang kala menghindar adalah sikap gentleman sejati untuk meredam letusan konflik serta untuk memastikan tugas dan tanggung jawab tetap terlaksana sesuai rencana. Selamat bertumbuh dewasa. (Ag)