Yesus Menjanjikan Kuasa

PENGANTAR. Kitab Kisah Para Rasul ditulis oleh dokter Lukas. Lukas juga menulis kitab Injil Lukas. Menurut kesaksian Lukas, segala sesuatu yang dilakukan dan diajarkan Yesus dalam kuasa Roh Kudus. Kisah Para Rasul merupakan lanjutan cerita bagaimana para pengikut Yesus, dengan kuasa Roh yang sama, menyampaikan Injil yang sama, mengadakan mukjizat-mukjizat yang sama dan cara hidup yang sama dengan Yesus. Kuasa Roh Kudus di dalam diri para murid Yesus menghadirkan kehidupan Yesus di dalam berpelayanan melalui gereja. Inilah tema teologis kitab Kisah Para Rasul. Kitab ini dapat disebut “Kisah Roh Kudus”. Mari kita perhatikan hal-hal yang diilhami Roh Kudus dalam kitab ini: Semua ayat, termasuk narasi-narasi historis dalam Kisah Para Rasul memiliki makna didaktis (mengajar) teologis. Hal ini didukung oleh dua kenyataan: (a) Pernyataan Alkitab bahwa: “Segala tulisan yang diilhamkan Tuhan bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran” (2 Timotius  3:16); (b) Pernyataan Paulus bahwa semua narasi historis dalam PL bertujuan mendidik dan bersifat pelajaran (1 Korintus 10:11). Paulus berpendapat bahwa peristiwa-peristiwa itu menjadi contoh dengan relevansi praktis dan teologis bagi orang percaya (Roms 15:4). Yang berlaku terhadap narasi sejarah dalam PL juga berlaku bagi Kisah Para Rasul. Catatan Lukas yang diilhami mengenai gereja mula-mula merupakan: (a) Pola definitif dari kegiatan Roh Kudus yang harus diikuti sepanjang zaman gereja, (b) Baptisan dalam atau kepenuhan dengan Roh Kudus adalah janji Tuhan bagi semua orang percaya BAPTISAN DAN KUASA ROH KUDUS. Di dalam Kisah Para Rasul 1:8, “Kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-KU di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.” Banyak orang lebih suka terjemahan “kamu akan dibaptiskan dalam Roh Kudus”. Dengan demikian, “dibaptiskan dengan air” dapat juga diterjemahkan “dibaptiskan dalam air”. Yesus sendirilah membaptiskan orang yang percaya kepada-Nya dalam Roh Kudus. Kisah Para Rasul 1:8 merupakan ayat kunci kitab Kisah Para Rasul. Tujuan utama baptisan dalam Roh ini ialah penerimaan kuasa untuk bersaksi bagi Kristus sehingga orang yang hilang dapat dimenangkan dan diajarkan untuk menaati semua yang diperintahkan-Nya. Hasilnya ialah bahwa Kristus dikenal, dikasihi, dipuji, dan dijadikan Tuhan atas umat pilihan-NYA (bdk. Matius 28:18-20; Lukas 24:49; Yohanes 5:23; 15:26-27). Karya utama Roh Kudus dalam bersaksi dan memberitakan Injil berhubungan dengan kedatangan Yesus Kristus atas orang percaya untuk kuasa dan kesaksian-Nya mengenai karya penyelamatan dan kebangkitan Kristus (bdk Kisah Para Rasul 2:14-42). Hal itu juga memaknai kuasa Roh Kudus dalam bersaksi di dalam kehidupan kita orang percaya saat ini. Hari ini kita belajar dari Kitab Kisah Rasul bab 1 dengan topik: “Yesus Menjanjikan Kuasa”. Baptisan dalam Roh Kudus bukan hanya memberikan kuasa untuk memberitakan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, tetapi juga meningkatkan keefektifan dan kekuatan di dalam kesaksian itu karena hubungan yang diperdalam dan diperkuat oleh Bapa, Anak, dan Roh Kudus sebagai akibat kepenuhan Roh Kudus (bdk. Yohanes 14:26; 15:26,27). Roh Kudus menyingkapkan dan memperdalam kehadiran pribadi Yesus Kristus kepada kita (Yohanes 14:16-18). Kesaksian apa pun mengenai persekutuan intim dengan Yesus Kristus akan menghasilkan keinginan yang makin membara pada pihak kita untuk mengasihi, menghormati, dan menyenangkan Juruselamat kita. Kita menjadi pribadi yang berdampak, hingga pengaruh keintiman kita dengan Roh Kudus mendunia. Berdasarkan hasil perenungan kita atas pendalaman kita pada hari ini pada kitab Kisah Para Rasul bab 1, mari kita jawab pertanyaan berikut: Pesan apa yang kita peroleh dari hasil perenungan kita pada hari ini? Apa yang kita pahami dari Kisah 1:8? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Kita dijadikan-Nya sebagai saksi yang berdampak hingga efektif dan efisien bagi dunia. Amin (sp).

FOKUS UNTUK BERJALAN TERUS

Saudaraku, tentunya kita pernah menerima promosi, baik yang berupa pamflet, video ataupun bahkan promosi manual yang dilakukan sales dari pintu ke pintu.  Semua promosi begitu terasa baik dan menarik.  Yesus dari Nazaret memilih jalan yang berbeda dari promosi yang biasa dilakukan dalam dunia usaha.  Bagaimana ‘promosi’ ala Yesus untuk pelayanan-Nya?  Mari kita renungkan Matius 8:18-22. Sejatinya tidak ada seorang pemimpin yang lebih jujur daripada Yesus.  Saat banyak pemimpin menjanjikan hal-hal yang manis didengar dan serasa begitu sempurna, Yesus malah mengatakan dengan penuh kejujuran tentang apa yang dilakukan-Nya.  Kuasa yang diperlihatkan-Nya saat menyembuhkan banyak orang, seakan menjadi jawaban dari apa yang dibutuhkan rakyat saat itu:  Kepastian hidup.  Jika sakit, datang pada Yesus maka pasti sembuh.  Jika menerima gangguan dari kuasa jahat, datang pada Yesus maka pasti akan pulih hanya dengan sepatah kata saja (Matius 8:16).  Bayangkan saja bagaimana menariknya Yesus saat itu di mata orang yang menyaksikan semua demonstrasi kuasa-Nya.  Banyak orang mulai tertarik namun Yesus seperti mementahkan keinginan orang-orang itu. Sikap Yesus yang jujur ini tercermin dari respons Yesus terhadap dua permintaan dari dua orang yang berbeda yang melihat tindakan Yesus, yaitu : Menolak menjanjikan apapun kepada seorang ahli Taurat (Matius 8:20) Ketertarikan seorang ahli Taurat  hingga tertarik menjadi pengikut-Nya menunjukkan kualias dari pelayanan Yesus.  Siapa yang tidak bangga?  Namun Yesus menyatakan kebebasan-Nya dalam melayani.  Ia tidak tunduk kepada siapapun, termasuk kepada Bait Allah.  Sungguh berbeda dari guru yang lain pada zaman-Nya.  Yesus menunjukkan fakta yang menguji permintaan orang itu sendiri: Apakah tujuan hidupnya adalah Yesus atau hanya mukjizat-Nya? Meminta murid-Nya hanya berfokus pada panggilan (Matius 8 : 21) Saat satu murid minta izin untuk menguburkan ayahnya, Yesus justru mengingatkan prioritas utama bagi sang murid yaitu panggilan-Nya pada orang itu yang mendesak dan tidak bisa ditunda, bahkan dengan tugas sepenting menguburkan ayah sendiri.  Saudaraku, ada banyak alasan orang tertarik pada Yesus.  Namun bagi Yesus berlaku satu hukum mutlak: Jika engkau sudah meresponi panggilan-Ku, maka fokuslah menjadi pengikut-Ku.  Fokus pada figur Yesus saja dan memprioritaskan panggilan-Nya.  Yesus tahu benar kelemahan manusia yang seringkali gagal fokus atau salah fokus karena situasi tertentu.  Sedari awal Yesus tidak menjanjikan kekayaan, kesehatan, kemakmuran atau apapun yang indah kepada siapapu yang ingin menjadi pengikut-Nya.  Yesus hanya ingin pengikutNya fokus kepada PribadiNya dan menempatkan panggilan-Nya sebagai prioritas utama.  Mengikut Yesus karena Yesus dan bukan karena berkat-Nya.  Bila kedua hal itu dipenuhi, maka mereka yang dipanggil tidak akan berhenti dalam kekecewaan melainkan akan terus mengikut dalam kesetiaan. Dari renungan ini, kita perlu memikirkan kembali panggilan kita dengan pertanyaan :     Apa yang lebih menarik kita: Pribadi Yesus, berkat-Nya atau mukjizat-Nya? Sepenting apa panggilan menjadi murid-Nya dalam hidup kita? Bila kita ingin berjalan terus dengan Yesus,  maka kita harus fokus.  Selamat bertumbuh dewasa. (Ag)

ReKat: Tyre’s Sin of Pride (31 Mei 2023)

Bacaan Sabda: Yehezkiel 26:1-21 Dari hasil perenungan saya dari Bacaan Sabda, saya mendapatkan: Pesan yang saya peroleh: Tentang sombong atau congkak  dalam ini dipertunjukkan oleh bangsa Tirus. Sesungguhnya tidak ada yang terkecuali, perorangan atau keluarga, atau masyarakat, atau bangsa di manapun,  yang berlaku sombong atau congkak pasti akan menerima konsekwensi dari Tuhan berupa penghukuman. Pembelajaran bagi kita, mari teladani Tuhan Yesus yang berkata: “… Aku lemah lembut dan rendah hati …” (Matius 11:29). Mengapa penting memiliki sikap lemah lembut dan rendah hati?  Itulah yang dikehendaki Tuhan. Sebagai orang percaya, hanya satu hal jika kita ingin bermegah yaitu bermegah di dalam Yesus Kristus.  Peran saya agar gereja tidak jatuh ke dalam dosa kesombongan: Berdoa agar gereja terpelihara dari dosa kesombongan dan menghindarkan diri dari kesombongan (Mazmur 131:1). Berdoa agar gereja terus menerus dibaharui dalam roh dan pikiran dan mengenakan manusia baru (Efesus 4:23–24). (Haryono)

Conceit will Lead to the Fall

KEKUASAAN. Sahabat, KEKUASAAN seringkali MENYILAUKAN bahkan MEMBUTAKAN  orang yang mendapatkannya. Ia/mereka/kita menjadi lupa: Kekuasaan itu kita terima dari Tuhan. Dari Wikipedia saya mendapatkan informasi bahwa kekuasaan adalah hak untuk bertindak. Kewenangan yang didapatkan oleh seseorang atau kelompok guna menjalankan kewenangan tersebut sesuai dengan kewenangan yang diberikan. Kewenangan tidak boleh dijalankan melebihi kewenangan yang diperoleh.  Selain itu kekuasaan berarti kemampuan seseorang atau kelompok untuk memengaruhi tingkah laku orang atau kelompok lain sesuai dengan keinginan dari pelaku. Kekuasaan merupakan kemampuan memengaruhi pihak lain untuk berpikir dan berperilaku sesuai dengan kehendak yang memengaruhi. Dalam pembicaraan umum, kekuasaan dapat berarti kekuasaan golongan, kekuasaan raja, kekuasaan pejabat negara. Dengan demikian tidak salah bila dikatakan kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain menurut kehendak yang ada pada pemegang kekuasaan tersebut. Hari ini kita melanjutkan belajar dari kitab Yehezkiel dengan topik: “Conceit will Lead to the Fall (Kecongkakan akan menuntun pada Kejatuhan)”. Bacaan Sabda diambil dari Yehezkiel 32:1-16 dengan penekanan pada ayat 12. Sahabat, Yehezkiel 32 sama seperti Yehezkiel pasal sebelumnya berbicara tentang nubuatan terhadap bangsa Mesir yang dihancurkan Tuhan karena kecongkakannya. Kecongkakan bisa muncul ketika kita merasa memiliki sesuatu yang lebih. Merasa lebih kaya, lebih pandai, lebih tahu, lebih ini dan lebih itu. Kita membandingkan kelebihan kita dengan kekurangan orang lain. Sahabat, raja merupakan orang yang paling berkuasa di kerajaannya. Raja dari kerajaan yang kuat dan besar akan berkuasa atas banyak bangsa. Tidak heran apabila mereka menjadi congkak. Raja Mesir adalah salah seorang di antaranya. Firaun menyamakan dirinya dengan singa muda di antara bangsa-bangsa dan menjadi seperti buaya di laut (Ayat 2). Singa dan buaya adalah dua binatang pemangsa hebat. Namun, kedua binatang tersebut dapat diburu dan dibinasakan. Demikian pula Tuhan akan menangkap dan membinasakan Firaun dan mayatnya akan diberikan sebagai makanan kepada segala binatang di seluruh bumi (Ayat 4). Kematian Firaun digambarkan akan menimbulkan kegelapan di bumi (Ayat 7-8) yang mengagetkan dan menggentarkan banyak bangsa (Ayat 9-10). Kecongkakan Mesir akan dipatahkan oleh Babel (Ayat 11-12) beserta semua penghuninya, baik binatang maupun manusia (Ayat 13-15). Akhirnya Tuhan akan menghancurkan orang yang congkak dengan mengenaskan sehingga kepongahannya sirna seketika. Kecongkakan merupakan dosa pertama yang dibenci Allah (bdk. Amsal 6:16-17). Semua orang yang menyombongkan dirinya akan dijatuhkan Tuhan. Alkitab memberikan banyak contoh kehancuran raja-raja akibat kesombongan mereka. Misalnya, malaikat Allah membunuh 185.000 tentara Asyur karena Sanherib, Raja Asyur, dengan tinggi hati mengatakan: “Siapakah di antara semua allah negeri-negeri yang telah melepaskan negeri mereka dari tanganku, sehingga TUHAN sanggup melepaskan Yerusalem dari tanganku?” (2 Raja-Raja 18:35). Lalu, Raja Asyur itu dibunuh oleh anak-anaknya ketika ia sedang menyembah Nisrokh allahnya (2 Raja-Raja 19:37). Tuhan pun merendahkan Nebukadnezar seperti binatang (Daniel 4). Pengamsal mengingatkan: “Kecongkakan mendahului kehancuran, dan tinggi hati mendahului kejatuhan” (Amsas 16:18). Mereka yang congkak sedang berjalan menuju kehancuran. Kita perlu menyadari bahwa Tuhanlah yang mengaruniakan keberhasilan sehingga kita tidak perlu menjadi pongah. Haleluya! Tuhan itu baik. Bersyukurlah! Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu? Apa yang Sahabat pahami tentang kecongkakan? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Bagi Allah, menjatuhkan orang yang congkak tidak lebih sulit daripada menangkap dan membunuh seekor buaya. (pg).

Live by Faith

WILMA  RUDOLPH. Wilma Rudolph lahir dari keluarga yang sangat miskin pada 23 Juni 1940, di Tennesee, USA. Anak ke-20 dari 22 orang bersaudara. Ayahnya hanya seorang portir (kuli angkut barang)  Kereta Api    dan ibunya hanya tukang masak dan cuci pakaian tetangga. Hidup mereka benar-benar miskin. Dia lahir prematur dan lemah. Kelangsungan hidupnya diragukan semua orang. Ketika berumur empat tahun dia menderita Pneumonia parah dan demam scarlet,  sebuah kombinasi penyakit yang mematikan yang membuat kaki kirinya lumpuh dan tidak bisa digunakan. Dia harus menggunakan penyangga kaki dari besi untuk membantunya berjalan. Syukur, Wilma sangat beruntung  memiliki seorang ibu yang selalu memberikan dorongan dan semangat padanya. Ibunya mengajak Wilma untuk hidup karena percaya bukan karena mellihat. Pada suatu hari Wilma bertanya kepada ibunya,  “Apakah saya akan bisa berlari seperti anak-anak lain?”  Sang Ibu dengan penuh kasih dan yakin menjawab:  “Sayang, kamu harus percaya kepada Tuhan dan jangan pernah berhenti berharap. Jika kamu percaya, Tuhan akan membuatnya terjadi,”  Wilma percaya dan sejak itu ia bersusah payah belajar berjalan. Pada usia 12 tahun ia bisa berjalan tanpa memerlukan penyangga kaki. Bahkan di tahun 1960, ia berhasil mendapatkan tiga medali emas untuk cabang olahraga lari di Olimpiade. Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab Yosua dengan topik: “Live by Faith (Hidup karena Iman). Bacaan Sabda diambil dari Yosua 16:1–18:10. Sahabat, sikap bani Yusuf (suku Manasye dan suku Efraim) dalam pasal Yosua 17 kontras  dengan sikap Kaleb dalam Yosua 14. Dia tidak gentar menghadapi orang-orang Enak (Yosua 14:12-15) yang tubuhnya besar-besar (karena orang-orang Enak itu termasuk keturunan raksasa), sedangkan bani Yusuf nampak gentar menghadapi medan yang sulit (mereka harus membuka hutan) dan musuh yang nampak kuat (memiliki kereta besi, Yosua 17:15-18). Alasan permintaan mereka kepada Yosua pun berbeda: Kaleb menuntut pemenuhan janji Allah kepada dirinya (Yosua 14:9-12), sedangkan bani Yusuf merasa bahwa bagian tanah yang diberikan kepada mereka terlalu sedikit, sehingga mereka meminta warisan tanah yang lebih luas. Sayangnya, bani Yusuf menghendaki agar warisan yang diperuntukkan bagi mereka adalah wilayah yang dapat direbut dengan mudah (Yosua 17:16). Sahabat, perbedaan sikap di atas disebabkan karena Kaleb memiliki iman yang luar biasa. Mata Kaleb tertuju kepada Allah yang Mahakuasa dan yang menyertai dia, sehingga ia merasa sanggup dan tidak merasa takut menghadapi segala bahaya dan tantangan. Sebaliknya, mata bani Yusuf tertuju kepada kekuatan musuh yang besar dan dilengkapi dengan kereta besi, sehingga mereka merasa takut dan khawatir. Mereka lupa bahwa mereka adalah bangsa yang besar yang memiliki Allah yang telah melakukan banyak hal yang besar bagi mereka. Jelaslah bahwa bani Yusuf tidak berani memercayai kekuatan Allah saat harus menghadapi tantangan yang menghadang. Bacaan kita pada hari ini mengingatkan kita bahwa bila kita hanya memerhatikan kelemahan diri kita sendiri, kita akan melihat semua masalah dan tantangan yang menghadang dalam kehidupan kita sebagai masalah besar yang tidak akan sanggup kita hadapi dan lewati. Akan tetapi, bila kita mengandalkan Tuhan, tidak ada masalah atau tantangan yang terlalu besar. Kita harus senantiasa mengingat perbuatan Tuhan di masa lalu dalam kehidupan kita agar kita bisa tetap hidup karena percaya, bukan hidup karena melihat. Sahabat, dari satu sisi, kita perlu menyadari bahwa tanpa Tuhan, kita ini lemah (Yohanes 15:5). Dari sisi lain, kita harus percaya kepada TUHAN dengan segenap hati dan tidak bersandar kepada pengertian kita sendiri (Amsal 3:5). Kita harus memandang setiap masalah dengan kacamata iman! Haleluya! Tuhan itu baik. Bersyukurlah! Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu? Apa yang Sahabat pahami dengan pernyataan: ”Hidup karena percaya”? Mari sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Ketahanan dan kematangan rohani kita ditentukan oleh kepercayaan kita kepada Allah dalam perilaku hidup kita sehari-hari. (pg).