JERIH PAYAHMU TIDAK SIA-SIA

Dalam dunia yang penuh dengan persaingan dalam berbagai hal, hasil adalah satu-satunya ukuran sebuah aktifitas. Orang yang akan berbisnis akan bertanya: Berapa uang yang saya dapatkan dari investasi saya? Orang yang mau mencari pekerjaan, akan bertanya: Berapa gaji saya? Gaji yang ditanyakan akan berhubungan dengan ukuran hasil yang akan diperoleh setelah dia melakukan aktifitas yaitu bekerja.  Orang bisa berganti-ganti usaha bisnis, pindah pekerjan dari satu perusahaan ke perusahaan lain, tujuannya adalan mencari hasil yang terbaik. Bagaimana dalam dunia pelayanan? mungkin dalam hati juga banyak yang bertanya: Apa hasil yang akan saya peroleh? Keuntungan yang besar, gaji sesuai harapan adalah hasil yang ingin diperoleh orang dalam berbisnis dan bekerja. Dalam pelayananpun kita akan memperoleh Upah yang besar dari Tuhan. Paulus dalam 1 Korintus 15:58-b berkata “Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia”. Persekutuan berarti “berbagi”, menikmati penyatuan paling dekat dengan Tuhan. Persekutuan dengan Tuhan berarti selalu bersatu, selalu dekat dengan Tuhan. Sementara “jerih payah berarti bekerja keras membanting tulang, bekerja sampai kelelahan dan keletihan atau bekerja sampai susah payah. Selanjutnya, sia-sia berarti tindakan kosong yang tidak menghasilkan apa-apa, sia-sia dan tidak memiliki nilai dan tujuan.  Segala sesuatu yang dilakukan bersama Tuhan, dilakukan sesuai dengan apa yang diperintahkan Tuhan pasti akan ada hasilnya. Tetapi sebaliknya sebesar apapun usaha kita, sampai kelelahan yang kita dapat, tanpa melibatkan Tuhan, tanpa bersandar pada Tuhan pasti hasilnya akan sia-sia. Seperti Pengkotbah berkata segala sesuatu adalah sia-sia. Sia-sia karena segala sesuatu dilakukan manusia tanpa melibatkan Tuhan (Pengkotbah 1:6). Apakah bekerja di dunia sekuler sia-sia?. Jawabanya pasti tidak. Karena sebenarnya Tuhan tidak membedakan dimana kita bekerja. Apakah berbisnis, menjadi Pegawai Negeri, menjadi karyawan perusahaan swasta, menjadi Hamba Tuhan, baik paruh waktu maupun penuh waktu, semuanya tidak akan sia-sia. Kuncinya adalah bekerja dalam persekutuan dengan Tuhan. Namun ada beberapa hal yang patut kita pertanyakan kepada diri kita sendiri, apakah pekerjaan kita itu sia-sia? (1). Apakah kita terlalu berkonsentrasi untuk menjadi yang terdepan di dunia, sehingga kita meninggalkan pertumbuhan rohani dan dedikasi kita kepada Tuhan? (2). Apakah kita menggunakan semua energi fisik kita untuk mencoba melakukan pekerjaan dengan baik dan tidak ada lagi yang bisa diberikan untuk melakukan pekerjaan Tuhan? (3) Apakah kita begitu berniat untuk mendapatkan mobil lain, komputer lain, pakaian bagus dan perhiasan sampai kita melakukan sedikit atau tidak melakukan apapun dalam mengumpulkan harta surgawi kita dengan Allah Bapa? (4). Berapa banyak waktu yang kita habiskan untuk membantu orang lain, dibanding waktu yang kita habiskan hanya berfokus pada hidup kita sendiri, agenda pribadi kita sendiri? (5). Apakah kita lebih fokus pada rencana kita dibanding dengan rencana Tuhan bagi hidup kita? Semua pekerjaan adalah bentuk pelayanan kita kepada Tuhan.  Banyak orang berpikir kalau mereka mengerjakan hal yang tidak penting. Namun sebenarnya justru apa yang mereka lakukan itu penting untuk saat ini maupun di masa mendatang. Semua pekerjaan baik yang dilakukan saat ini akan diperhitungkan Tuhan kelak saatnya tiba. Seperti cerita dalam Lukas 19, bekerja itu diibaratkan dengan bagaimana seorang tuan memberikan masing-masing pelayannya sejumlah uang. Beberapa waktu setelah sang tuan kembali, tuannya menagih hasil pekerjaan hambanya. Seperti juga kita, setiap kita yang bekerja dengan baik akan memperoleh imbalan yang baik pula. Bahkan Tuhan akan mempercayakan pekerjaan yang lebih besar kepada kita yang rajin dalam bekerja. Bekerja untuk Tuhan, betapa pun sulit dan melelahkan, tidak akan pernah tanpa makna atau nilai. Umat Kristen akan diberi hadiah berupa kehidupan kekal bersama Yesus di Surga karena menjalani kehidupan seperti Kristus. Segala usaha, ketekunan, dan penderitaan akan memperoleh hasil yang terbaik, tidak akan pernah sia-sia.  Christopherus adalah Yayasan Kristen milik Tuhan yang beranggotakan orang-orang dengan latar belakang yang berbeda. Banyak pengurus yang berlatar belakang pengusaha, sementara yang lain adalah pegawai negeri, dosen, pegawai swasta, para pendeta, dan lain sebagainya. Semua melayani dengan sepenuh hati, tujuannya hanya satu mengabarkan Injil kepada semua orang, dimanapun dan kapanpun. Perbedaan latar belakang tidak menjadi masalah, namun justru menjadi kekuatan untuk lebih semangat melayani. Semua pengurus berkeyakinan, apapun yang dilakukan akan mendapatkan yang terbaik dari Tuhan, JERIH PAYAH KITA TIDAK AKAN SIA-SIA. Selamat Ulang Tahun yang ke-51 Yaysan Chritopherus, Tuhan selalu menyertai segenap pengurus dan program-program yang telah disusun. Mari melayani Tuhan dan sesama melalui Yayasan Christopherus. Christ for all, all for Christ. (SH).

Honesty Means Lucky

JUJUR – Jujur secara umum merupakan sebuah aspek ciri dan moral manusia yang berbudi luhur.  Seseorang yang jujur akan memiliki integritas, adil, setia, tulus, dan dapat dipercaya oleh orang lain. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) jujur berarti  lurus hati atau tidak berbohong. Selain itu, menurut KBBI, jujur bisa juga dikatakan sebagai suatu perilaku tidak curang atau mengikuti aturan yang berlaku. Oleh sebab itu, sikap jujur ini selalu identik dengan sikap baik. Namun ada juga yang mengungkapkan bahwa pengertian jujur itu berkaitan dengan sikap atau perbuatan yang dilakukan sesuai dengan apa yang dikatakan. Dengan kata lain, seseorang kemudian dapat disebut jujur ketika ia mengucapkan sesuatu yang sesuai dengan apa yang telah terjadi sebelumnya. Selain itu, jujur juga mengandung arti bertindak sesuai dengan apa yang seharusnya dilakukan. Hari ini kita melanjutkan belajar dari kitab Yosua dengan topik: “Honesty Means Lucky (Jujur berarti Mujur)”. Bacaan Sabda diambil dari Yosua 14:1-15. Sahabat, kita sering mendengar atau membaca pernyataan: “Siapa jujur akan hancur”. Saat ini pernyataan tersebut diaminkan oleh cukup banyak orang.  Saat korupsi semakin merajalela, orang berani jujur akhirnya menjadi barang langka. Akibatnya, para koruptor tertawa di atas singgasananya. Kisah keberanian Kaleb berkata jujur layak sebagai inspirasi bagi orang-orang pemberani. “Berani jujur, bakal membawa mujur, ” mungkin merupakan prinsip hidup Kaleb. Ketika Musa mengutusnya menjadi mata-mata, dia membawa berita apa adanya, sesuai fakta. Tidak ditambah dan tidak dikurangi. Kaleb orangnya terbuka, apa adanya. Dia melihat segala sesuatu dari sisi positif. Dia sangat yakin dengan penyertaan dan pertolongan Tuhan.  Sahabat, teladan dari Kaleb merupakan meterai tentang kemujuran orang lurus. Tindak-tanduk Kaleb, hingga usia tuanya, menjadi tanda bagi orang yang menaati Tuhan sepenuh hati. Kepadanya diberikan Tanah Hebron sebagai milik pusaka (Ayat 14), sesuai janji Musa kepadanya di Kadesh-Barnea. “Sesungguhnya tanah yang diinjak oleh kakimu itu akan menjadi milik pusakamu dan anak-anakmu sampai selama-lamanya, …” (Ayat 9)Kata-kata Musa itu menjadi alasan bagi Yosua, penggantinya, untuk memberikan tanah Hebron kepada Kaleb dan keturunannya. Kaleb pun dikenal sebagai orang jujur nan mujur. Mereka disebut generasi pembawa nasib mujur. Tuhan yang berjanji kepada Kaleb adalah Tuhan yang sama, yang kuasa penyertaan-Nya tidak berubah dari dahulu, sekarang dan sampai selama-lamanya.  Meskipun ia tidak hadir secara fisik, Ia menyertai kita melalui Roh Kudus yang tinggal di dalam diri orang percaya.  Milikilah iman yang teguh seperti Kaleb, yang membuatnya mampu bertahan di segala situasi dan keadaan.Saat ini  boleh saja disebut zaman edan. Namun, orang percaya, tidak perlu ikut ngédan. Bagaimanapun, bersikap jujur tetap adalah pilihan luhur, demi kelangsungan hidup bersama penuh daya cipta. Berani jujur adalah tanda gaya hidup penuh syukur. Tuhan mampukan kami untuk hidup jujur. Haleluya! Tuhan itu baik. Bersyukurlah! Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Pesan apa yang Sahabat dari hasil perenunganmu? Bagaimana pengalaman Sahabat secara pribadi ketika kamu memilih untuk jujur? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Lakukan dengan setia bagian kita, jangan pernah berubah!  Tuhan akan mengerjakan bagian-Nya:  Menggenapi janji-Nya atas kita tepat pada waktu-Nya! (pg).

God Destroys His People Life Supports

SANDARAN HIDUP. Secara sedehana , sandaran diartikan sebagai tempat tumpuhan untuk mengalihkan kekuatan yang menyangga beban, sebatang pohon yang miring karena diterpa tiupan angin topan, masih bisa bertahan hidupnya karena memiliki sandaran pohon yang ada di sebelahnya.  Sama halnya seorang anak yatim sepeninggal ayahnya menyandarkan hidupnya kepada paman yang merawatnya, begitulah kata sandaran ditempatkan penggunaannya didalam hidup keseharian, sehingga peran sandaran akan selalu dibutuhkan guna menjamin keberlangsungan suatu kegiatan dan kehidupan. Sahabat, pengalaman hidup kita bercerita bahwa sandaran   hidup manusia beragam: Harta, takhta, wanita/pria adalah sandaran hidup yang paling populer. Kemudian ada pula yang menjadikan “ilmu”, benda-benda “pusaka/keramat”, kesaktian, ajian atau mantra yang dalam percakapan sehari-hari di kalangan komunitas Jawa  disebut “azimat” sebagai sandaran hidup. Soal apa atau siapakah sandaran hidup yang paling tepat tergantung pada masing-masing individu. Keyakinan iman saya mengajarkan bahwa sandaran hidup terbaik, paling komplit, dan dapat diandalkan  adalah Tuhan. Hanya Tuhan saja, tidak ada yang lain. Hari ini kita  melanjutkan belajar dari kitab Yehezkiel dengan topik: “God Destroys His People Life Supports (Tuhan Menghancurkan Sandaran Hidup Umat-Nya)”. Bacaan Sabda diambil dari Yehezkiel 29:1-16. Sahabat,  seharusnya Tuhan menjadi satu-satunya sandaran umat-Nya. Sayangnya, sering kali umat Tuhan mencari allah lain sebagai sandaran. Yehuda mempunyai sejarah kelam karena mereka mencari allah bangsa-bangsa lain, termasuk Mesir. Perbuatan seperti ini membuat Tuhan murka dan Ia menghukum umat-Nya. Selain itu, Tuhan akan menghukum bangsa-bangsa yang menjadi sandaran.Dengan sikap sinis, Tuhan menggambarkan Mesir sebagai buaya besar yang berbaring di tengah sungai Nil. Dengan sombong Raja Mesir mengatakan: “Sungai Nil aku punya, aku yang membuatnya” (Ayat 3). Kata yang diterjemahkan sebagai “buaya” adalah kata tannin, yang merupakan makhluk mengerikan dalam pengertian dunia kuno, yang muncul di Kejadian 1:21 sebagai makhluk yang diciptakan Allah. Walaupun Firaun memegahkan dirinya sebagai Allah, Tuhan yang menyatakan diri sebagai lawan Mesir dengan mudah mengenakan kelikir pada rahangnya dan menangkapnya serta sekutu-sekutunya seperti seekor binatang (Ayat 4).Sahabat, alasan Tuhan melawan Mesir adalah Mesir menjadi seperti tongkat bambu bagi umat-Nya (Ayat 6). Seyogianya tongkat terbuat dari kayu yang kuat, tetapi Mesir digambarkan sebagai tongkat bambu yang terkulai ketika dipegang dengan tangan (Ayat 7). Dengan mudah mereka dipatahkan dan sekutu yang bersandar pada Mesir menjadi terhuyung-huyung (Ayat 6-7).Memang ironis karena Yehuda memilih bersandar kepada Mesir ketimbang Allah. Tindakan Yehuda disebut kebodohan dan mereka akan membayar harganya. Mesir tidak luput dari hukuman Tuhan. Ia akan membuat Mesir menjadi negara lemah sehingga umat Tuhan tidak dapat bergantung lagi kepada Mesir (Ayat 13-16).Sahabat, Tuhan adalah Allah yang cemburu. Ia tidak menoleransi siapa saja yang menjadi sandaran bagi umat-Nya. Ini menjadi peringatan bagi kita untuk tidak bergantung kepada siapa pun juga. Hanya Tuhan yang menjadi tumpuan harapan dan sandaran abadi kita. Haleluya! Tuhan itu baik. Bersyukurlah! Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu? Apa yang Sahabat pahami tentang Sandaran hidup? Lalu apa atau siapa yang menjadi sandaran hidupmu saat ini? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Tuhan menyertai kita dan Dia mengizinkan masalah membentuk kita agar lebih bersandar kepada Tuhan dan lebih peka terhadap panggilan kita. (pg).

Be Wise with Your Time

TUGAS YANG BELUM SELESAI (UNFINISHED TASK). Menjadi tua itu suatu keniscayaan. Demikian juga suatu saat semua orang akan meninggal dunia, itu juga suatu keniscayaan. Sahabat, kita semua diciptakan Tuhan dari tanah dan akan kembali menjadi tanah, itu berarti masa kerja dan pelayanan kita ada batasnya, ada waktunya.  Pernyataan tersebut begitu sangat berarti,  dengan adanya batas waktu, gunakan waktu kita sebaik mungkin, selama badan masih kuat layanilah Tuhan dengan giat karena akan ada waktunya Sahabat dan saya ingin melayani namun tubuh dan pikiran kita sudah tidak kuat lagi. Berbahagialah kita yang sudah melayani Tuhan semenjak masih muda sampai garis akhir. Itu berarti tugas dan tanggung jawab yang diberikan Tuhan kepada kita telah selesai, namun pekerjaan gereja Tuhan selama dunia masih ada,  belum selesai dan harus dilanjutkan oleh orang-orang pilihan berikutnya. Ketika Hudson Taylor meninggal dunia,  apakah pelayanan misi dan penginjilan di Tiongkok telah selesai? Jelas belum, setelah dia meninggal dunia dan sampai saat ini masih banyak orang Tionghoa yang belum percaya.  Ketika Nommensen meninggal dunia apakah pelayanan misi di Sumatera Utara sudah selesai? Sama, masih ada orang-orang di Sumatera Utara yang belum percaya. Demikian pula dengan David Livingston, William Carey, Joseph Kam, dan lain-lainnya. Tidak ada seorang  manusia pun yang sanggup menyelesaikan pekerjaan Allah. Pelayanan akan terus dilanjutkan oleh orang-orang percaya selanjutnya sampai kegenapan rencana Allah atas gereja-Nya selesai, yaitu pada saat Tuhan Yesus datang kedua kali.  Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab Yosua dengan topik: “Be Wise with Your Time (Bijaksanalah dengan Waktumu)”. Bacaan Sabda diambil dari Yosua 13:1-7. Sahabat, bacaan kita pada hari ini dibuka dengan pernyataan Yosua menjadi tua dan lanjut umurnya (Ayat 1). Namun ketika dia menjadi tua dan lanjut umur,  masih ada tugas yang belum rampung, “… negeri ini masih amat banyak yang belum diduduki.” (Ayat 1). Padahal, rencana Allah adalah Israel harus mengambil alih semua tanah Kanaan (Ayat 2-6).Yosua mungkin sudah tidak sanggup lagi berperang dan mengangkat pedang. Oleh karena itu, Tuhan mendelegasikan tugas terakhir kepadanya. Dia harus membagikan negeri ini kepada sembilan suku dan suku Manasye yang setengah. Tanah itu akan menjadi milik pusaka mereka (Ayat 7).Sahabat, manusia memang tidak bisa mengalahkan waktu. Ini menunjukkan bahwa manusia tidak abadi dan terbatas. Yosua menghabiskan segenap hidupnya melayani kehendak Allah. Bisa dikatakan, sepanjang usianya, dia konsisten berkenan di hadapan Allah. Bahkan pada usia tuanya, dia pun masih memberi diri untuk menyelesaikan tugas dari Allah. Ini menunjukkan integritas dan tanggung jawab Yosua teruji.Pertanyaan selanjutnya bagi kita, dalam keterbatasan waktu yang ada, apa yang sudah kita lakukan? Apakah waktu yang tersedia sudah kita gunakan untuk menggenapi rencana Allah atas hidup kita masing-masing? Atau, kita membunuh waktu dan membuangnya percuma melalui pekerjaan sia-sia yang hanya mengumbar nafsu kedagingan saja? Atau, jangan-jangan, kita sama sekali belum pernah dengan serius berpikir dengan waktu yang kita miliki?Kita perlu merenungkan pertanyaan-pertanyaan tersebut   dengan serius. Jangan sampai, nanti pada hari tua, kita merana karena penyesalan telah memboroskan waktu dengan percuma. Ingatlah, ada tiga hal yang tidak bisa kita tarik kembali: Perkataan, kesempatan, dan waktu. Oleh karena itu mari kita perhatikan nasihat Rasul Paulus berikut: “Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif,dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat. Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan.” (Efesus 5:15-17). Haleluya! Tuhan itu baik. Bersyukurlah! Berdasarkanhasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Pesan apa yang Sahabat peroleh dari perenunganmu? Apa yang Sahabat pahami dengan Tugas Yang Belum Selesai (Unfinished Task)? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: “Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana” (Mazmur 90:12). (pg)

When the King is Being God

KATAK DAN KERBAU. Alkisah pada suatu sore seekor Katak bertemu dengan seekor Kerbau di tepi sungai. Mereka sama-sama ingin berendam. Ketika Katak melihat Kerbau yang berbadan gede dan tambun, dia menjadi iri dengan Kerbau.  Maka sejak sore itu Katak berusaha keras melalui berbagai cara untuk mengembangkan badannya agar bisa seperti badan Kerbau. Namun usaha yang dilakukan Katak sia-sia, apa pun dan bagaimanapun usaha keras yang dilakukan oleh Katak untuk mengembangkan badannya, tidak mungkin menjadikan badannya sebesar dan setambun seperti badan Kerbau. Saya jadi ingat dengan peribahasa lama: “Seperti Katak hendak menjadi Kerbau” yang artinya jangan mimpikan sesuatu yang tidak mungkin. Tapi masih ada orang atau sekelompok orang yang berlaku seperti Sang Katak. Mereka bermimpi dan berupaya untuk menandingi bahkan melampaui Tuhan. Suatu mimpi yang tidak mungkin mewujud. Suatu upaya yang sia-sia saja. Manusia itu ciptaan, sedangkan Tuhan itu Sang Pencipta. Manusia itu serba terbatas, sedangkan Tuhan itu tidak terbatas, maha segala-galanya. Tidak mungkin manusia menjadi Tuhan, tapi Tuhan sangat mungkin mengosongkan diri menjadi manusia. Hari ini kita  melanjutkan belajar dari kitab Yehezkiel dengan topik: “When the King is Being  God (Ketika Raja Menjadi Tuhan). Bacaan Sabda diambil dari Yehezkiel 28:1-19. Sahabat,  sering kali Tuhan mengizinkan manusia mencapai keberhasilan yang luar biasa — yang sering membuat manusia terbuai dalam segala kehormatan dan kuasa yang dimilikinya — sebelum menjatuhkannya.Tuhan memberkati Raja Tirus dengan berlimpah-limpah. Ia diibaratkan sebagai gambar dari kesempurnaan, penuh hikmat, dan maha indah (Ayat 12). Seturut Raja Tirus menempatkan dirinya seperti Tuhan (Ayat 2), Tuhan juga menggambarkan Raja Tirus hadir di Taman Eden pada waktu permulaan penciptaan dan dihiasi dengan segala macam permata (Ayat 13). Bahkan, ia diurapi seperti Kerub yang berjaga-jaga (Ayat 14). Kerub adalah salah satu makhluk surgawi yang berada di sekitar takhta Allah (Yehezkiel 1 dan 10) dan yang menjaga Taman Eden (Kejadian 3:24). Raja Tirus juga digambarkan mempunyai akses ke gunung kudus Allah dan dapat berjalan di tengah-tengah batu-batu yang bercahaya (Ayat 14).Gambaran-gambaran yang mengacu kepada penciptaan ini memperlihatkan Raja Tirus sebagai yang utama dari semua manusia dan disejajarkan dengan makhluk surgawi.Pelbagai gambaran tersebut hendak menekankan betapa dalam kejatuhannya dari anugerah Tuhan yang telah dicurahkan-Nya kepada Raja Tirus. Keberhasilan perdagangan bukan hanya membawa kekayaan, tetapi juga penuh dengan kekerasan dan kecurangan (Ayat 15-16). Keindahannya membuat dirinya sombong dan hikmatnya ia musnahkan demi mendapatkan semarak (Ayat 17). Penghakiman Tuhan membuka kemunafikan Raja Tirus, yang seolah-olah dalam tindakan yang tidak bercela (Ayat 15) menyimpan banyak kejahatan (Ayat 18). Allah akan membakar Raja Tirus dan manjadikannya abu di atas bumi (Ayat 18).Sahabat, kejatuhan yang dalam merupakan akibat ketika seseorang memegahkan diri sebagai Tuhan. Saat kita sebagai hamba lupa diri dan mengangkat diri menjadi Tuhan, maka kejatuhan yang mengerikan sedang menunggu kita. Karena itu, kita harus menjadi hamba yang tahu diri dan sadar bahwa segala kelimpahan yang  kita miliki berasal dari Tuhan dan harus dikembalikan untuk kemuliaan-Nya. Haleluya! Tuhan itu baik. Bersyukurlah!  Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu? Hikmat dan kekayaan adalah bagian berkat Tuhan atas kita; adakah saat kita merasa menjadi kurang beriman pada Tuhan karena kepandaian dan ketrampilan  kita dalam menyelesaikan masalah ? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati kita: Waspadalah, jangan sampai kepandaian dan kekayaan menjauhkan kita dari Tuhan, atau bahkan membuat kita merasa sama dengan Tuhan. (pg).