All is God’s Grace
KASIH KARUNIA. Berkat kemurahan Allah, bersama Rasul Paulus, saya menyatakan bahwa: “… karena kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang, dan kasih karunia yang dianugerahkan-Nya kepadaku tidak sia-sia. Sebaliknya, aku telah bekerja lebih keras dari pada mereka semua; tetapi bukannya aku, melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku.” (1 Korintus 15:10). Apa itu kasih karunia? Kasih karunia atau anugerah dalam bahasa Ibrani “khen” yang berarti perbuatan seorang atasan yang menunjukkan kepada bawahannya kasih karunia, padahal sebenarnya bawahan itu tidak layak menerimanya. Kasih karunia adalah pemberian Allah kepada manusia padahal manusia tidak pantas untuk menerimanya. Kata itu misalnya digunakan dalam Kejadian 6:7, “Tetapi Nuh mendapat kasih karunia (khen) di mata TUHAN”; dan Keluaran 33:17, “Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: “Juga hal yang telah kaukatakan ini akan Kulakukan, karena engkau telah mendapat kasih karunia di hadapan-Ku dan Aku mengenal engkau”. Kata Ibrani “khen” dalam bahasa Yunani diterjemahkan: “kharis”, yang secara umum berarti: Pemberian, hadiah, anugerah, kemurahan hati, dan karunia. Dalam Perjanjian Baru kata kasih karunia atau anugerah ini dihubungkan dengan keselamatan dari Allah bagi manusia. Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab Yosua dengan topik: “All is God’s Grace (Semua adalah Karunia Tuhan)”. Bacaan Sabda diambil dari Yosua 11:16-23. Sahabat, sesungguhnya setiap kisah pasti punya akhir. Ada yang berakhir tragis, ada juga yang berakhir manis. Dalam bacaan kita pada hari ini, diceritakan bahwa rangkaian pertempuran bangsa Israel sudah selesai. Perang berhenti (Ayat 23). Yosua berhasil merebut seluruh negeri (Ayat 16). Semua rajanya ditangkap dan dibunuhnya (Ayat 17). Tidak ada satu kota pun yang mengikat persahabatan dengan Israel kecuali orang Gibeon (Ayat 19). Singkatnya, Tuhan telah membuat Israel menjadi penguasa atas wilayah itu. Sahabat, kisah perjuangan Israel berakhir manis. Akan tetapi, hal itu tidak didapat dengan mudah. Mereka melewati waktu yang cukup lama untuk meraih kegemilangan (Ayat 18). Kita membaca dalam Kitab Yosua bahwa perjalanan Israel penuh dengan dinamika. Petualangan mereka diselingi oleh pasang-surut dan suka-duka. Kadang, mereka dimurkai Tuhan, tetapi tidak sedikit keajaiban dan kebaikan-Nya yang mereka rasakan. Semua itu mereka lalui bersama. Dari seluruh pergolakan itu, ada satu yang tetap sama, yaitu Tuhan selalu ada bersama Israel. Dia selalu setia dalam segala situasi. Ini menandakan pencapaian Israel hanyalah ANUGERAH SEMATA. Segudang prestasi Yosua merupakan BELAS KASIHAN TUHAN semata. Kita dan Israel menyembah Tuhan yang sama. Dia tidak berubah. Kesetiaan-Nya tidak akan lekang oleh waktu. Jika Dia setia dengan Israel, maka Dia pun setia terhadap kita. Artinya, Dia juga akan menyertai dalam lika-liku kehidupan kita. Dia tidak akan pernah meninggalkan kita. Sahabat, kita tidak tahu bagaimana akhir kehidupan ini. Bagi manusia, masa depan merupakan sebuah misteri. Pengetahuan tentang waktu hanya milik Tuhan. Namun sejarah Israel menunjukkan, jika Tuhan bersama kita, manis, sukacita, dan bahagia akan menjadi akhir dari kisah hidup kita. Dia mungkin akan menempa kita dengan banyak pelajaran. Bertahanlah! Tuhan melakukan itu untuk mendatangkan kebaikan bagi kita. Setialah sampai akhir karena anugerah dari Tuhan selalu mendatangkan penghiburan, kekuatan, kebaikan, dan kemenangan. Haleluya! Tuhan itu baik. Bersyukurlah. Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu? Apa yang Sahabat pahami tentang kasih karunia? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Ketaatan pada perintah dan kehendak Tuhan menjadi kunci keberhasilan. (pg).