ReKat: Be Careful in Life(13 Mei 2023)

Bacaan Sabda: Yehezkiel 21:1-27 Dari hasil perenungan saya dari Bacaan Sabda, saya mendapatkan: Pesan yang saya peroleh dari hasil perenungan: Menyikapi disiplin yang dari Tuhan dalam menjalani hidup ini, secara nalar manusiawi kita memang diakui tidaklah mudah, sungguh berat! Mengapa demikian? Karena kecendrungan tubuh manusiawi kita, tertuju kepada penderitaan yang sedang menimpa, yang sedang menindih dan menekan jasmani kita, sehingga keadaan itulah yang menyebabkan kita lalai, lengah, padahal maksud kasih-Nya melalui penderitaan atau petir-Nya, sesungguhnya seharusnya menyadarkan kita. Oleh karena itu sesungguhnya inilah momen yang tepat untuk  berubah,  berbalik dan bersegera bangkit dari keterpurukan derita jasmani, jiwa dan roh ke arah penghayatan hidup yang Tuhan kehendaki. Pemahaman saya tentang pedang:  Penghukuman yang dari Tuhan itu berlaku kepada siapa saja tanpa ada yang dikecualikan oleh Tuhan. Karena di pemandangan Tuhan seorangpun tidak ada yang benar, semuanya telah berdosa. Ayat 12, pedang ditujukan kepada para pemimpin umat, tetapi juga kepada segenap umat. Tidak ada seorangpun yang yang mampu bertahan dari penghukuman Tuhan. Dia berdaulat dan berkuasa atas umat manusia. Hanya pertobatan yang sejati dalam Kristuslah yang dapat melepaskan kita dari penghukuman-Nya. (Haryono)

Vengeance is God’s Right

ANJING DENGAN KUCING. Wikipedia mencatat bahwa dalam bahasa indonesia dikenal pepatah seperti anjing dengan kucing,  yang digunakan untuk menggambarkan dua orang yang saling bermusuhan dan tidak bisa didamaikan. Anjing dan kucing memiliki berbagai bentuk interaksi. Naluri alami keduanya mengarah pada interaksi yang bertentangan dan bermusuhan. Sinyal dan perilaku yang digunakan anjing dan kucing untuk berkomunikasi sangat berbeda, dan  dapat dianggap sebagai sinyal permusuhan, ketakutan, dominasi, persahabatan, atau teritorial yang disalahartikan oleh spesies lain. Anjing memiliki naluri alami untuk mengejar hewan kecil yang melarikan diri, naluri yang juga umum ditemukan pada kucing. Sebagian besar kucing akan lari dari anjing, sementara beberapa kucing mungkin akan melakukan tindakan seperti mendesis, melengkungkan punggung, dan mengusap anjing tersebut. Setelah dicakar kucing, beberapa anjing bisa menjadi takut pada kucing. Jika dilatih dengan tepat, anjing dan kucing mungkin memiliki hubungan yang tidak bermusuhan. Anjing yang dibesarkan dengan kucing mungkin lebih menyukai kehadiran kucing daripada anjing lain. Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab Yehezkiel dengan topik: “Vengeance is God’s Right (Pembalasan adalah Hak Tuhan)”. Bacaan Sabda diambil dari Yehezkiel 25:1-17 dengan penekanan pada ayat 7. Sahabat,  setelah menubuatkan kehancuran Yehuda, sekarang Tuhan beralih kepada bangsa-bangsa di sekeliling Yehuda, yakni bangsa Amon, Moab, Edom, Filistin. Hubungan mereka dengan Yehuda seperti anjing dengan kucing, banyak bermusuhannya daripada bersahabat. Karena bangsa-bangsa di sekeliling inilah, maka Yehuda dan Israel jatuh ke dalam penyembahan berhala, sehingga menimbulkan hukuman Tuhan bagi mereka. Padahal tujuan Tuhan menempatkan Israel (Yehuda) di tengah-tengah bangsa ini, adalah untuk menjadi garam dan terang, menjadi berkat sehingga bangsa-bangsa ini mengenal Tuhan Allah Israel. Karena mereka tidak ada yang bertobat, dan kita juga tahu bahwa kehidupan mereka tidak lebih baik daripada orang Yehuda (Israel), mereka pun mengalami penghukuman dari Tuhan. Sahabat, dari nubuatan dalam bacaan kita pada hari ini, kita dapat mempelajari empat hal: Pertama, Allah Israel (Yehuda) adalah Alllah yang Esa, Allah atas semua suku bangsa di dunia. Dia bukan hanya Allah atas Israel dan Yehuda saja, tetapi Dia juga adalah Allah atas Amon, Moab, Edom, dan Filistin, bahkan semua suku bangsa di dunia ini. Kedua. Allah Israel berdaulat atas nasib bangsa-bangsa di dunia, walaupun dalam sejarah manusia melihat bahwa bangsa-bangsa ini dikalahkan oleh Babel, namun sesungguhnya Tuhan memakai Babel untuk menghukum mereka (Ayat 7, 11, 14, dan 17) Ketiga, penghinaan terhadap Yehuda. Ketika Yehuda dikalahkan Babel dari jauh, mereka malah mensyukuri kekalahan dan kehancuran Yehuda, maka Tuhan secara Pribadi sangat membenci orang berdosa yang mengira dirinya lebih baik daripada orang yang dihukum oleh Tuhan. Keempat, pembalasan adalah hak Tuhan, karena hukuman Tuhan bersifat adil dan bijaksana. Adil karena hanya Tuhan sajalah yang tahu besar kejahatan manusia, dan yang bisa menghukum sesuai keberdosaannya. Sedangkan bagi manusia, hal ini tidak mungkin bisa. Sesungguhnya, kita sama sekali tidak memiliki otoritas atas sesama kita, untuk menghakimi mereka. Haleluya! Tuhan itu baik. Bersyukurlah! Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu? Seberapa besar Sahabat melihat Tuhan berdaulat atas hidupmu dan orang lainnya, apakah ada perbedaan? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Apakah gereja dan pribadi kita sudah menjadi berkat bagi orang-orang sekitar? (pg).

ASK GOD

BUDAYA BERTANYA. “Ada pertanyaan?”, demikian kita sering mendengar atasan, penceramah, motivator,  ataupun fasilitator pelatihan menutup topik pembicaraannya. Tidak jarang kita menemui, situasi hening, tanpa ada orang yang mengacungkan tangan untuk bertanya. Beberapa orang yang berusaha menganalisa mengatakan bahwa bangsa kita adalah bangsa yang pemalu, sehingga harap maklum jika tidak banyak respons terhadap presentasi yang sudah berlangsung. Benarkah tidak adanya pertanyaan ini di latarbelakangi oleh budaya malu? Atau justru, di budaya kita berkembang kebiasaan mematikan pertanyaan sehingga individu memang tidak menyuburkan kebiasaan bertanyanya? Bapak Ev. Andreas Christanday sebagai Pendiri dan Ketua Pembina Yayasan Christopherus mengembangkan budaya RK3 yaitu Relasi, Komunikasi, Konsultasi, dan Koordinasi di lingkungan Pengurus, Staf, dan Karyawan Christopherus. Maka saya dengan penuh antusias sering bertanya kepada Beliau ketika saya dipercaya sebagai editor, menyusun acara, membuat konsep tema suatu acara, menulis artikel,  dan membuat usulan program atau kegiatan. Saat ini saya dipercaya untuk menulis renungan harian di Website Christopherus yang bertajuk: “Sejenak Merenung”. Setelah saya membaca ayat-ayat yang menjadi dasar renungan yang hendak saya tulis, saya selalu bertanya kepada Tuhan: “Tuhan, pesan apa yang harus saya sampaikan kepada para pembaca?”. Saya meyakini bahwa Tuhan merupakan sumber hikmat, kekuatan, pertimbangan, dan pengertian (Ayub 12:13). Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab Yosua dengan topik: “ASK GOD (BERTANYA  kepada TUHAN)”. Bacaan Sabda diambil dari Yosua 9:1-21 dengan penekanan pada ayat 14. Sahabat, Yosua pernah keliru mengambil keputusan ketika ia mengikat perjanjian dengan penduduk Gibeon tanpa melibatkan Allah, tidak bertanya kepada Tuhan terlebih dahulu (Ayat 14). Sebetulnya orang Israel sempat mencurigai penduduk Gibeon, tetapi akhirnya mereka bertindak gegabah, lalu mengikat perjanjian dengan bangsa asing itu (ayat  7-14). Seandainya mereka BERTANYA kepada Allah dan mencari tahu kehendak-Nya sebelum memutuskan, niscaya mereka tidak akan mengambil keputusan yang keliru. Konsekuensinya, Yosua dan bangsa Israel harus menanggung akibat dari keputusan keliru tersebut untuk jangka waktu yang lama (Ayat 19-21). Sahabat, kita dapat menyimpulkan bahwa bangsa Israel kena tipu karena mereka TIDAK BERTANYA  atau meminta pendapat Allah ketika memutuskan saat mendapat tawaran dari bangsa Gibeon. Mereka langsung memutuskan menerima bekal bangsa Gibeon dan mereka baru sadar ketika tahu siapa sebenarnya bangsa Gibeon, bangsa yang seharusnya mereka tumpas. Dalam hidup ini, keputusan yang berkaitan dengan perjanjian atau komitmen akan berdampak besar dan berjangka panjang, misalnya keputusan untuk menikah,  menerima pekerjaan, berpindah pekerjaan, dan sebagainya. Mereka yang tidak melibatkan Allah berpotensi mengambil keputusan yang keliru. Sahabat, apakah ada diantara kita yang sedang mempertimbangkan sesuatu berkaitan dengan perjanjian atau komitmen? Berhati-hatilah, jangan terburu-buru. Sebelum memutuskan, BERTANYALAH kepada Tuhan. Libatkanlah Tuhan dalam mengambil keputusan,  supaya kelak kita tidak akan mengalami penyesalan yang tiada berujung! Yakinlah ketika kita melibatkan Tuhan dalam pengambilian keputusan,  Dia akan menuntun dan mengarahkan kita. Haleluya! Tuhan itu baik. Bersyukurlah! Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu? Apa yang Sahabat pahami tentang Budaya Bertanya? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Bertanya kepada Tuhan, itulah awal kemenangan kita.(pg).

The Parable of Rusty Clay Pot

KUALI. Berdasarkan catatan Wikipedia kuali  merupakan salah satu alat memasak masyarakat Asia berupa belanga besar yang terbuat dari tanah dan umumnya digunakan untuk merebus sayuran. Bahan bakunya berasal dari tanah liat. Bentuknya bundar dengan mulut besar, antara bagian atas dan bawah sama besar kadang didesain dengan dua kuping sebagai pegangan. Kuali  telah lama ada dan telah digunakan masyarakat semenjak zaman Neolitikum (Zaman Batu Muda). Pada umumnya, kuali dibuat dari tanah liat, tetapi di dalam Hikayat Hang disebutkan terdapat pula kuali dari besi. Di Jambi, kuali berfungsi sebagai alat memasak lauk pauk dan air minum. Oleh masyarakat Minangkabau, kuali digunakan untuk memasak jenis masakan gulai. Di Jawa kuali sudah dikenal oleh masyarakat umum sejak dulu kala, sedangkan di daerah Aceh kuali sering disebut dengan blangong. Hari ini kita akan melanjutkan untuk belajar dari kitab Yehezkiel dengan topik: “The Parable of Rusty Clay Pot (Perumpamaan KUALI yang Berkarat)”. Bacaan Sabda diambil dari Yehezkiel 24:1-14 dengan penekanan pada ayat 10-11. Sahabat, saat penghakiman Allah hampir tiba. Setiap nubuatan yang disampaikan Yehezkiel kepada bangsa Israel akan terwujud satu per satu. Bukan hanya umat Israel menjadi saksinya nubuatan Allah, tetapi Yehezkiel juga. Untuk mencegah agar bangsa Israel berdalih atas nubuatan-Nya, maka Allah memerintah Yehezkiel mencatat tanggal, bulan, dan tahunnya. Tujuannya, sebagai kesaksian dan bukti sejarah bahwa penghakiman Allah itu terjadi (Ayat 1-2). Sebelum hari penghakiman itu tiba, Allah menyuruh Yehezkiel menyampaikan sebuah perumpamaan tentang kuali di atas api. Kuali menunjukkan kepada kota-kota Israel, sedangkan potongan daging mengacu kepada orang-orang Israel (Ayat 3-5; bdk. Yehezkiel  11:3, 7). Istilah “api” memperlihatkan armada perang Babel yang menginvasi wilayah Israel (Ayat 3). Kata “tulang-tulang pilihan” mencerminkan raja, pejabat negara, tetua adat, dan imam-imam kepala (Ayat 4). Sahabat, mengingat dosa bangsa Israel terlalu berat, maka hukuman Allah dijatuhkan menjadi dua bagian, yakni: Pertama, hukuman untuk penduduk Yerusalem (Ayat 6-8). Kejahatan penduduk Yerusalem seperti karat dalam kuali yang tidak mungkin hilang. Satu-satunya “jalan penebusan dosa” adalah seluruh penduduknya ditawan dan diangkut ke pembuangan (Ayat 6). Dalam perjalanan ke negeri asing, banyak orang akan mati dengan mengerikan, apakah itu disebabkan oleh kelaparan, kehausan, rasa capek luar biasa dan sebagainya (Ayat 7-8). Kedua, hukuman untuk kota-kota Yerusalem (Ayat 9-13). Kota kebanggaan Israel akan menjadi timbunan puing-puing. Tidak ada satu bangunan pun dibiarkan berdiri kokoh (Ayat 11-12). Semua kota dan wilayah Israel akan menjadi kengerian dan kesunyian seperti tempat pembakaran mayat. Bau busuk yang menyegat. Tidak ada kehidupan yang tersisa di sana (Ayat 9-10). Mereka harus menjalani semua tuntutan keadilan Allah sampai amarah-Nya mereda (Ayat 13-14). Sahabat, dari “Perumpamaan Kuali yang Berkarat” kita dapat belajar: Hidup yang hanya ditujukan hanya untuk diri sendiri mengakibatkan Tuhan demikian murka kepada Israel. Maka saat ini hidup kita sebagai orang yang telah diselamatkan, sudah semestinya tidak ditujukan untuk diri kita sendiri saja. Hidup sebagai orang yang diselamatkan hendaknya menjadikan kita mampu untuk menjalani hidup dengan penuh tanggung jawab, termasuk tanggung jawab sebagai anggota persekutuan. Sebagai anggota persekutuan, kita semua diajak untuk mengusahakan persatuan yang utuh dan erat, dan itulah yang digambarkan oleh Rasul Paulus sebagai tubuh Kristus yang terdapat di 1 Korintus 12:12-13. Haleluya! Tuhan itu baik. Bersyukurlah! Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu pada hari ini? Apa yang Sahabat pahami dari 1 Korintus 12:12-13? Selamat sejenak Merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Jadilah manusia baru yang saling membangun satu dengan yang lain sehingga kesatuan tubuh Kristus benar-benar dirasakan kehadirannya, mewarnai dengan kebaikan. (pg).

Obedience due to Words of God

KETAATAN. Apakah ketaatan itu sulit? Ketaatan itu sesungguhnya sederhana, tidak rumit seperti yang dibayangkan. Secara prinsip, ketaatan kepada Tuhan berarti kita melakukan hal yang Tuhan katakan, tidak lebih dan tidak kurang. Namun, mengapa kita sulit melakukannya? Sebenarnya, kesulitan terbesar untuk bersikap taat bukan disebabkan perintah Tuhan itu rumit, melainkan keinginan manusialah yang mempersulit perintah tersebut. Keinginan dalam hati manusia sering kali mengalahkan keinginan untuk menaati Tuhan. Sahabat, mengamati perilaku manusia yang cenderung sukar dalam menaati peraturan, saya semakin menyadari bahwa taat adalah karakter yang perlu ditumbuhkan lewat pembelajaran seiring berjalannya waktu. Tanpa adanya pembiasaan, yang berawal dari kesediaan untuk taat, niscaya akan sukar untuk menjadikan ketaatan sebagai gaya hidup, baik dalam hal menaati peraturan yang dibuat oleh manusia maupun menaati firman Tuhan. Sebenarnya prinsip ketaatan itu sederhana: Jadikanlah kebiasaan sampai kita merasa tidak damai sejahtera ketika hendak melanggar aturan yang seharusnya kita taati. Pengalaman hidup kita bercerita bahwa hal tersebut bukanlah perkara mudah karena selalu ada tantangan dan ujian atas ketaatan kita. Namun, sambil menatap dampak positifnya ketika ketaatan itu sudah mendarah daging dalam diri kita, niscaya kita akan lebih termotivasi untuk menjadikan ketaatan sebagai bagian hidup yang tak terpisahkan. Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab Yosua dengan topik: “Obedience due to Words of God (Ketaatan karena Firman Tuhan)”. Bacaan Sabda diambil dari Yosua 8:1-29. Sahabat, bangsa Israel baru saja mengalami kekalahan saat menyerang kota Ai. Seketika, keberanian mereka menciut. Padahal secara jumlah, penduduk Israel jauh lebih banyak dibandingkan penduduk kota Ai. Mereka seolah kehilangan kepercayaan bahwa Tuhan menyertai. Setelah dosa Akhan terselesaikan, Tuhan pun berniat memulihkan bangsa Israel. Tuhan menyatakan niat kepada Yosua bahwa Dia akan memberikan kota Ai kepada Israel (Ayat 1-2). Sahabat, janji tersebut membuat Yosua kembali bersemangat. Dia mengerahkan tiga puluh ribu pahlawan-pahlawannya (Ayat 3). Dibanding serangan pertama, jumlah ini sepuluh kali lipatnya. Israel sepertinya ingin mengerahkan semua kemampuan terbaiknya. Itu menunjukkan bahwa keyakinan mereka sudah mulai pulih. Firman Tuhan menyegarkan kembali semangat yang mulai kendur. Kali ini, bangsa Israel menjaga kekudusan dan taat kepada perintah Tuhan (Ayat 8). Setelah melalui pertempuran dengan strategi jitu (Ayat 10-22), kota Ai pun berhasil direbut. Semua perintah Tuhan pun mereka lakukan dengan sempurna (Ayat 24-29). Sahabat, bangsa Israel tampaknya belajar dari kegagalan mereka. Mereka disadarkan bahwa raihan kemenangan bukan karena kuat dan gagah, melainkan Tuhanlah yang berperan sebagai faktor penentu. Tuhan yang berperang untuk umat-Nya, bukan sebaliknya. Melalui kisah ini, ada dua hal yang bisa menjadi perenungan kita. Pertama, ketika Yosua tawar hati, firman Tuhan menyemangatinya kembali. Dia bangkit dari keterpurukannya. Jadi, kepercayaan dirinya dibangun di atas firman Tuhan. Kedua, firman itulah yang menjadi pendorong ketaatan bangsa Israel. Artinya, sumber ketaatan adalah firman Tuhan, bukan dari yang lain. Sahabat,  sebagai komunitas orang percaya menyadari bahwa keinginan-keinginan dalam diri kita itulah yang membuat ketaatan itu menjadi rumit dan sulit. Itu adalah penghalang terbesar dalam hidup kita untuk menaati Tuhan. Mantapkan tekad kita untuk menaati semua perintah Tuhan dalam hidup kita. Pengamsal mengatakan, “Siapa meremehkan firman, ia akan menanggung akibatnya, tetapi siapa taat kepada perintah, akan menerima balasan.” (Amsal 13:13). Haleluya! Tuhan itu baik. Bersyukurlah! Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu pada hari ini? Apa yang Sahabat pahami dari Amsal 13:13? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Hidup menaati Tuhan karena pemahaman akan kebenaran, akan memudahkan kita dalam menaati peraturan dalam hidup keseharian. (pg).