MEMBONGKAR SEKAT

Saudaraku, merekrut sumber daya manusia tidaklah sembarangan dan mesti selektif.  Tentunya kita tidak ingin kalau pekerjaan kita akan berantakan karena orang yang kita rekrut tidak mumpuni.  Semua persyaratan harus dipenuhi dan bila pelamar memenuhi kriteria, kita akan merasa optimis semua akan beres.  Bagaimana dengan Yesus? Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari Injil Matius dengan merenungkan Matius 4:18–22. Yesus sengaja berjalan di Danau Galilea dan tentunya di pantai itu Ia bertemu dengan para nelayan.  Yesus memanggil Simon dan Andreas yang sedang menjala dan mengatakan, ”Mari Ikutlah aku dan kamu akan kujadikan penjala manusia.” (Matius 4:19).  Alih-alih mencari murid dari kalangan terdidik dan siap belajar, Yesus justru mengajak nelayan menjadi murid-Nya.  Nelayan pada zaman itu adalah pekerjaan yang rendah dan hidup sederhana.  Seorang penafsir mengatakan gaji mereka sekitar 200-300 dinar per tahun.  Penghasilan yang lumayan namun jauh dari kata kaya.  Secara pendidikan pun mereka sangat sederhana karena pekerjaan sesehari mereka tidak memerlukan pendidikan formal yang tinggi.  Bisa baca tulis hitung dan sedikit pengetahuan tentang tradisi agama, cukuplah bagi mereka.  Lalu mengapa seorang Guru yang dihormati seperti Yesus mau mengambil murid dari kalangan yang boleh dikatakan tidak siap belajar seperti para nelayan itu? Mari renungkan  beberapa hal dari apa yang dilakukan Yesus : Kriteria perekrutan Yesus yang istimewa. Biasanya para guru akan mencari calon murid yang terbaik dengan mengamatinya membaca Taurat atau kepandaiannya menanggapi ajaran yang didengarnya dari guru itu atau bahkan kesetiaannya mengikut sang guru.  Namun Yesus memanggil Simon dan Andreas yang sedang bekerja membantu ayahnya menjala ikan, bukan sedang mengikuti-Nya.  Yesus memanggil mereka supaya mereka mau bekerja keras menjadi penjala manusia dan memang cara perekrutan ini terbukti memiliki hasil yang mengherankan sebagaimana Lukas menuliskan reaksi para peserta Sidang Agama saat tahu mereka bukan orang terpelajar namun berani menghadapi pengadilan dengan argumen yang runtut  (Kisah Para Rasul 4:13). Yesus merangkul orang yang sederhana untuk menjadi kawan sekerja. Tindakan Yesus merekrut nelayan menjadi murid-Nya menunjukkan bahwa Yesus memedulikan dan memercayai orang-orang yang sederhana untuk membawa mereka untuk menjadi pembawa pesan kebenaran bagi orang lain.   Allah merangkul mereka yang tidak diperhitungkan untuk masuk dalam rencana penyelamatan yang besar, sebuah tugas besar yang mulia.  Kalau Tuhan menyediakan rekan sekerja untuk melayani bersama kita, mari kita terima dan mau belajar bersama untuk melaksanakan tugas besar dari Allah. Manusia seringkali membuat sekat untuk mereka termasuk dalam perkara rohani.  Belajar dari apa yang dilakukan Yesus, diketahui bahwa sebenarnya Allah tidak menginginkan penyekatan itu.  Justru Yesus memulai pekerjaan-Nya dengan merangkul mereka yang sederhana dan dianggap tidak siap untuk melakukan pekerjaan Allah.  Yesus punya rencana yang besar untuk mereka yang mau sigap menyambut panggilan-Nya.  Terbukti bagaimana Petrus yang sederhana itu justru menjadi sokoguru iman yang disegani hingga saat ini, padahal ia dulunya adalah seorang nelayan.  Saudara, mari kita pikirkan  hal ini:  Masihkah sekat-sekat rohani kita terapkan dalam pelayanan?  Sekat rohani akan membatasi karya Allah yang hebat bagi manusia dan membuat karya keselamatan terasa menjadi milik kelompok tertentu.  Bukalah sekat itu dan nikmatilah karya Allah yang berkuasa untuk mengubah dan memakai manusia.  Saat sekat pemisah mulai dihilangkan, maka kuasa Allah akan mulai hadir membawa kekuatan untuk mengubah yang lemah menjadi pejuang Kerajaan Allah yang gigih dan pantang menyerah.  Mari belajar untuk mewarisi semangat pembongkar sekat seperti yang Yesus lakukan dan lihatlah hal besar yang Tuhan bisa kerjakan untuk pelayanan bagi kemuliaan-Nya.  Tuhan memberkati.  Selamat bertumbuh dewasa. (Ag)