MENJADI SAKSI

Dalam sidang pengadilan, ada banyak pihak yang terlibat, yaitu jaksa, hakim, terdakwa, dan juga para saksi. Saksi adalah seseorang yang menyatakan apa yang dilihat atau dialami dalam suatu peristiwa. Yang diharapkan dari seorang saksi adalah kejujuran tentang apa yang dialaminya atau dilihatnya. Seorang yang menjadi saksi dengan demikian akan menceritakan apa adanya, apa yang telah dialaminya. Seorang yang tidak mengalami suatu peristiwa tidak akan pernah menjadi saksi, atau kalaupun ia bersedia menjadi saksi ia akan berkata hal yang lain, yang pasti bertentangan denga apa yang diharapkan oleh banyak pihak, yaitu kejujuran dan kebenaran. Bahkan bisa mendapatkan masalah dengan adanya tuntutan hukum, karena melakukan kebohongan. Dalam kekristenan, menjadi saksi adalah hal yang mutlak harus dilakukan kita semua yang mengaku murid Tuhan Yesus. Pada waktu Tuhan Yesus mau naik ke surga, Dia berkata pada para murid-muridnya–Nya, “Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi” (Kisah Para Rasul 1:8). Berbeda dengan saksi di persidangan, sebagai murid Tuhan Yesus kita semua otomatis menjadi saksi bagi–Nya, Tuhan tidak sekadar mengharapkan atau menyarankan kita menjadi saksinya. Lebih lanjut, dalam menjadikan kita sebagai saksi, Tuhan tidak sekadar menjadikan kita saksi dengan tidak memberi apa-apa, tetapi Dia memberikan kita kuasa, setelah Roh Kudus Turun. Kehadiran Roh Kudus sangat penting untuk seorang murid memiliki kuasa. Yesus tahu bahwa manusia tidak dapat menjadi saksi di luar Roh Kudus. Kuasa Allah juga tidak dapat dialami tanpa kehadiran Roh Kudus. Roh Kudus adalah pribadi penting dalam pernyataan janji Yesus kepada murid untuk menjadi saksi-Nya. Banyak hal yang bisa kita lakukan dalam menjadi saksi Tuhan, baik Secara aktif (secara langsung) misalnya seperti dalam Kisah Para Rasul 5:31-32, 8:4-6; 1 Petrus 2:9-10, yaitu bersaksi melalui kata-kata kesaksian, memberitakan Injil, membagikan traktat, dan lain sebagainya. Bisa juga dilakukan secara pasif (tidak langsung) seperti dalam 2 Korintus 3:2-3; Matius 5:16, yaitu melalui kehidupan kita, artinya hidup kita menjadi “surat terbuka” yang “dibaca” oleh orang-orang sekitar kita, dan melalui doa kita bagi mereka agar menerima keselamatan. Disamping kita bisa bersaksi baik dengan aktif maupun pasif, kita juga bisa bersaksi dari area yang paling dekat maupun area yang tidak terbatas. Seperti kata Tuhan Yesus, para murid diharuskan bersaksi di Yerusalem, Yudea, Samaria bahkan sampai ke ujung bumi. Yerusalem, Yudea dan Samaria, adalah lokasi-lokasi yang sudah akrab dengan para murid Tuhan Yesus. Bahkan Yerusalem pertama kali disebutkan sebagai titik awal. Yerusalem adalah lokasi dan rumah mereka. Ini menunjukkan lingkungan yang paling dekat dengan para murid-murid. Murid-murid akan memulai kesaksian mereka di Yerusalem – yang juga dapat dilihat sebagai rumah mereka. Selain area yang berbeda kota-kota yang ditunjuk Tuhan Yesus juga bisa berarti orang-orang yang berbeda dalam hal bahasa, budaya, ras, dan sebagainya. Kita pun juga demikian, bersaksi harus dimulai dari yang paling dekat, yaitu keluarga dan lingkungan sekitar kita. Namun demikian kita juga harus bersaksi kepada mereka yang berbeda suku, bahasa, budaya dan lain sebagainya. Bagi kita, terkadang ada kesulitan tersendiri bersaksi dalam keluarga, di tempat kerja, atau di lingkungan sekitar rumah kita. Membagikan iman Kristen kepada anak-anak, orang tua, tetangga, teman kerja, dan orang-orang yang mengenal kita dengan baik bukanlah hal yang mudah. Tetapi itulah perintah yang harus kita lakukan. Bukan hanya di lingkungan dekat, tetapi kita harus bergerak ke daerah lain, bahkan ke ujung dunia, yaitu seluruh daerah di muka bumi ini, dengan berbagai penghalang bahasa, budaya dan etika. Yesus menyebutkan lokasi kesaksian yang diharapkan; Dia menyebutkan bahwa para murid harus bersaksi ke seluruh bagian dari bumi. Seandainya Yesus berhenti di Yerusalem, Yudea atau Samaria, itu berarti menyiratkan bahwa kesaksian hanya dilakukan dalam suatu wilayah, tetapi tidak demikian yang dikatakan Yesus. Yang terakhir Yesus berbicara lokasi kesaksian yang meliputi seluruh penduduk bumi. Bersaksi atau menjadi saksi adalah kegiatan yang terus-menerus berlangsung dimana pun seorang Kristen berada. Yesus merangkum pernyataan-Nya dengan fakta bahwa Injil harus disaksikan kepada semua orang, terlepas dari lokasi geografis, suku, usia, status, warna, tinggi, dan sebagainya. Meskipun Yesus sudah terangkat ke surga, dia tidak kekurangan duta besar atau wakil-wakil yang akan menggantikan–Nya. Orang-orang Kristen adalah duta-duta Kristus untuk menjadi saksi–Nya. Menjadi saksi bukan sekadar latihan fisik atau aktivitas yang dapat dilakukan dengan pengetahuan belaka atau dibangun dengan ucapan yang baik; namun demikian kuasa Roh Kudus yang memampukan kita untuk menjadi saksi–Nya. Karena menjadi saksi adalah keharusan bagi orang Krsiten, maka menjadi saksi harus menjadi gaya hidup kita semua. Amin. Selamat merayakan Kenaikan Tuhan Yesus Ke Surga. (SH)

ReKat: A Bright Future is Available (05 Mei 2023)

Bacaan Sabda: Yosua 2:1-24 Dari hasil perenungan saya dari Bacaan Sabda, saya mendapatkan: Pesan yang saya peroleh dari renungan Firman Tuhan hari ini: Rahab percaya dan mengakui bahwa Allah Israel adalah satu-satunya Allah yang dahsyat dan berkuasa. Dari kisah Rahab yang diselamatkan oleh Israel  ketika Israel menghancurkan Yerikho, memberi kabar baik bagi kita: Kasih karunia Tuhan juga tersedia bagi orang-orang yang memiliki masa lalu dan latar belakang yang kelam, hina dan memalukan. Tuhan bersedia menerima pertobatan Rahab dan semua pendosa lainnya yang mau percaya kepada Tuhan dan berbalik dari kehidupan lamanya. Tuhan sediakan masa depan yang cerah bagi mereka yang mau bertobat dan mengikuti jalan Tuhan. Dari Ibrani 11:31 , kita melihat Rahab memiliki iman yang begitu kuat. Rahab berani untuk menerima dan  menyembunyikan para pengintai dari Israel sekalipun  berisiko besar. Perbuatan Rahab dipandang baik oleh Allah. Biarlah kita yang telah percaya kepada Tuhan, iman kita harus tetap kuat sekalipun sedang menghadapi tantangan kehidupan yang berat, mari kita tetap berfokus kepada-Nya, yang menjadi Sumber Pertolongan bagi kita semua. Allah sanggup untuk mengubah masa lalu kita yang  kelam  menjadi masa depan yang gemilang. (Swan Lioe)

The Revealed Disgrace

AIB. Sahabat dan saya tentu memilikinya. Sesuatu yang memalukan. Noda yang ingin kita tutupi. Catatan yang ingin kita kubur dalam-dalam. Mungkin itu berupa masa lalu yang kelam, latar belakang keluarga, kekurangan secara fisik, dan sebagainya. Kita takut tidak diterima orang lain. Kita berusaha memolesnya dengan berbagai hal yang akan dipandang baik oleh orang lain. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) aib artinya: Malu; cela; noda; salah; keliru. Bagi saya, hanya manusia yang sombong yang berani menyatakan bahwa dirinya merupakan manusia yang bersih, manusia yang tidak pernah salah, atau manusia yang tidak punya noda. Secara umum, orang memiliki kecenderung untuk menutupi aib, karena aib bisa menjatuhkan reputasi, harkat, dan martabat dirinya. Walau demikian, ada juga orang tertentu yang justru senang mengumbar aib dan kekurangan dirinya dengan penuh rasa bangga dan menggunakannya untuk meningkatkan rating dirinya di hadapan orang lain. Hari ini kita melanjutkan belajar dari kitab Yehezkiel dengan topik: “The Revealed Disgrace (Aib yang Terungkap)”. Bacaan Sabda diambil dari Yehezkiel 22:1-31. Sahabat, Allah Israel adalah Allah yang Mahabijak dan Mahakuasa. Saat Ia menjatuhkan hukuman, semuanya itu memiliki dasar keadilan-Nya. Kebebalan dan tegar tengkuk membuat bangsa Israel tidak mengetahui mengapa mereka dihukum Allah. Dalam hal ini, Allah melalui mulut Yehezkiel membongkar semua aib yang dilakukan umat-Nya. Yerusalem tidak lagi dikenal sebagai kota suci untuk nama Allah berdiam di sana. Orang-orang Israel tidak disebut dengan bangsa yang kudus. Allah menyebut kota kebanggaan mereka sebagai kota penuh utang darah (Ayat 1-3). Bangsa Israel dipandang Allah sebagai kaum yang tercemari oleh kenajisan dan kekejian. Dengan sengaja umat Allah meniru dan melakukan semua gaya hidup bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Semakin mereka hidup dalam dosa, semakin cepat penghakiman Allah datang dalam hidup mereka (Ayat 4a-b). Allah melakukan pembiaran agar penghakiman-Nya menjadi aib bagi bangsa Israel untuk dikutuk oleh seluruh bangsa (Ayat 4c-5). Sahabat, ada beberapa aib bangsa Israel yang dibongkar Allahi: Pertama, dengan kekuasaan mereka memeras dan menindas sesamanya (Ayat 6-7, 12-13, 25, 27, 29). Kedua, menajiskan kekudusan hukum Taurat dan hari Sabat dengan cara menyembah berhala dan perbuatan mesum (Ayat 8-11, 26). Ketiga, memberi ramalan palsu atas nama Allah yang kudus (Ayat 28). Walau begitu, Allah masih berupaya mencari seorang yang hidup kudus di hadapan-Nya. Namun Ia kecewa karena umat-Nya telah bobrok (Ayat 30). Sebagai konsekuensinya, geram dan api murka Allah ditimpakan kepada umat Israel (Ayat 31). Walau telah dibuang ke bangsa lain, mereka tidak bertobat melainkan semakin bejat. Perilaku mereka dilukiskan dengan kotoran logam (sanga) yang tiada gunanya selain dilebur sampai lenyap (Ayat 14-18). Dalam amarah-Nya, Allah mengumpulkan mereka agar kehidupan umat-Nya penuh bara api murka Allah (Ayat19-22) seperti tanah yang tandus dan kering yang tidak menerima hujan (Ayat 24). Sahabat, kita memang tidak dapat mengendalikan pendapat orang lain. Namun, kabar baiknya, kita tak perlu mendapatkan penerimaan dari manusia siapa pun agar bisa hidup bahagia! Yesus datang untuk menggantikan segala aib kita dengan kebenaran-Nya sehingga kita dapat diterima oleh Allah. Bukankah itu jauh lebih penting daripada diterima oleh manusia? Haleluya! Tuhan itu baik. Bersyukurlah! Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu pada hari ini? Tulislah dengan bahasamu sendiri pemahamanmu tentang aib. Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Orang menerima kita jika kita memenuhi standar mereka. Tuhan menerima kita dengan kasih tak bersyarat. (pg). 

Controlling Desire

AKHAN. Wikipedia mencatat bahwa Akhan bin Karmi bin Zabdi bin Zerah, dari suku Yehuda, adalah tokoh yang muncul dalam Kitab Yosua dalam Alkitab Perjanjian Lama di Alkitab Kristen  sehubungan dengan jatuhnya Yerikho dan penaklukan Ai. Namanya ditulis sebagai Ahar (Achar) dalam 1 Tawarikh 2:7. Menurut penuturan Yosua, Akhan menjarah jubah yang indah buatan Sinear, dan dua ratus syikal perak dan sebatang emas yang lima puluh syikal beratnya dari Yerikho, hal itu bertentangan dengan perintah Yosua (dari Allah) bahwa  segala emas dan perak serta barang-barang tembaga dan besi adalah kudus bagi TUHAN; semuanya itu akan dimasukkan ke dalam perbendaharaan TUHAN (Yosua 6:19). Meskipun dalam catatan tersebut tampaknya hanya Akhan seorang diri yang bersalah karena mengingini dan mengambil jarahan tersebut, Yosua pasal 7 dimulai dengan pernyataan bahwa segenap umat (orang Israel) berubah setia (Yosua 7:1). Hari ini kita  melanjutkan belajar dari kitab Yosua dengan tema: “Controlling Desire (Mengendalikan Keinginan)”. Bacaan Sabda diambil dari Yosua 7:1-26. Sahabat, sesudah peristiwa tembok Yerikho, bangsa Israel tampak semakin percaya diri untuk memasuki tanah perjanjian. Kali ini, mereka akan masuk ke kota Ai yang dihuni orang Amori. Setelah melakukan pengintaian, mereka memutuskan dua atau tiga ribu saja yang akan menggempur.  Menurut laporan, penduduk di sana sangat sedikit (Ayat 2-3). Jadi, cukup logis jika tidak seluruh bangsa datang untuk menyerang kota Ai. Tiga ribu orang Israel berangkat untuk melaksanakan misi itu. Namun, apa yang terjadi? Mereka malah dipukul balik, bahkan melarikan diri (Ayat 4). Dari pihak Israel jatuh tiga puluh enam korban (Ayat 5). Rakyat kota Ai berhasil mempermalukan bangsa Israel. Bahkan, mereka dibuat lari tunggang-langgang. Kenyataan ini membuat Yosua tawar hati. Dia mengoyak jubahnya sebagai tanda perkabungan yang mendalam (Ayat 6). Dia sujud di hadapan tabut Tuhan untuk menunggu jawaban mengapa hal tersebut bisa terjadi. Sahabat, setelah Yosua mengadu kepada Tuhan, didapati bahwa kekalahan tersebut disebabkan oleh Akhan yang melanggar perintah Tuhan dengan mengambil barang yang dikhususkan, yang tidak boleh diambil ketika mengalahkan Yerikho. Keinginannya yang tidak dapat ia kendalikan atas barang-barang yang indah serta perak dan emas, mendatangkan kekalahan bagi bangsa Israel (Ayat 7-12). Hal tersebut membuat Akhan jatuh dalam dosa besar hingga akhirnya mencelakakan dirinya beserta segenap keluarga. Harta Akhan dan segenap barang-barang khusus yang ia ambil serta anak-anaknya dilempari batu dan dibakar api hingga musnah (Ayat 16-25). Sahabat, Yakobus mengingatkan kita: Sering kali keinginan-keinginan yang timbul menjadi pencobaan bagi diri kita sendiri. Keinginan-keinginan yang belum diuji, apakah sesuai firman Tuhan dan kehendak-Nya, bila tidak kita KENDALIKAN dengan baik, akan menyeret dan memikat kita sehingga mengakibatkan kita jatuh ke dalam dosa, bahkan mendatangkan maut (Yakobus 1:14-15) Belajar dari pengalaman Akhan, tidak bisa MENGENDALIKAN KEINGINAN  yang tidak sesuai dengan firman Tuhan bisa berdampak besar dan mencelakakan orang lain juga. Memiliki keinginan tidaklah salah, namun kita perlu sangat hati-hati dalam mewujudkan keinginan kita. Perlu minta hikmat dan petunjuk Tuhan terlebih dahulu: “Apakah keinginanku sudah selaras dengan kehendak-Nya?”. Haleluya! Tuhan itu baik. Bersyukurlah! Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawblah beberapa pertanyaan berikut ini: Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu pada hari ini? Apa yang Sahabat pahami dari Yakobus 1:14-15? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Menguji dan menyerahkan keinginan pada Tuhan menghindarkan diri dari pencobaan dan kejatuhan. (pg).

The Holiness of God is Disgraced

OHOLA dan OHOLIBA. Dalam Yehezkiel 23, melalui nabi Yehezkiel, Allah memberi perumpamaan tentang Ohola dan Oholiba menggambarkan Samaria dan Yerusalem sebagai wanita-wanita yang melakukan kemesuman (Ayat 44). Mereka Tuhan ibaratkan sebagai pelacur-pelacur yang memberikan dirinya kepada setiap pria, dan melakukan perzinahan dengan mereka (ayat 12). Ohola dan Oholiba melakukan kemesuman seperti pelacur-pelacur karena mereka suka dan bukan karena terpaksa. Mereka menyukainya karena tidak dapat melawan hawa nafsu dan sudah dilakukan ketika masa muda sewaktu di Mesir (Ayat 19). Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab Yehezkiel dengan topik: “The Holiness of God is Disgraced (Kekudusan Allah Dinodai)”. Bacaan Sabda diambil dari Yehezkiel 23:36-49. Sahabat,  Allah berulang kali bertanya pada Yehezkiel dengan pertanyaan yang sama, yaitu “Maukah engkau menghakimi?” (Ayat 36; bdk. Yehezkiel 20:4). Pertanyaan itu bukan menuntut Yehezkiel untuk memberi jawab, melainkan perintah Allah untuk mewakili diri-Nya menyampaikan berita penghakiman dan kutukan terhadap umat Israel. Kejahatan orang-orang Samaria dan Yerusalem tidak dapat ditolerir lagi. Perbuatan keji mereka terlihat dari dari dua hal, yakni: Pertama, perzinahan rohani terhadap berhala dewa asing. Mereka telah mengkhianati ikatan perjanjian antar Allah dengan mereka. Bangsa Israel lebih mencintai dewa Molokh dan memberikan persembahan anak-anak lelaki sebagai korban bakaran (Ayat 37). Kedua, mencemari kekudusan Allah dengan menaruh patung berhala bangsa asing di Bait Allah. Tindakan mereka telah menodai nama Allah dan hari kudus-Nya (Ayat 38-39). Selain itu, tempat ibadah dipakai untuk ritual dan pesta keagamaan bangsa yang tidak menyembah Allah (Ayat 40-42). Mentalitas Israel yang bobrok dan tercemar dilukiskan Allah sebagai bunga yang layu (Ayat 43). Artinya, orang-orang Israel tidak memiliki martabat sebagai bangsa yang kudus. Mereka mengira bahwa kerajaan Babel yang kuat dapat melindungi bangsa Israel dari incaran bangsa sekitarnya. Oleh sebab itu mereka bersekutu dengan orang-orang Kasdim. Allah menyebut ikatan politik tersebut sebagai kemesuman (Ayat 44). Melihat kemesuman umat-Nya, Allah memakai dan memberi kekuasaan kepada kaum sisa dari Israel yang setia menyembah kepada Allah untuk menghakimi bangsanya (Ayat 45). Kaum sisa Israel ini yang akan menegakkan kembali hukum Taurat dan mengadili orang-orang fasik. Mereka yang tidak setia kepada Allah Israel akan mendapat ganjaran kematian. Kematian akan menghantui mereka menjadi sebuah kengerian (Ayat 46-47). Dengan cara ini, setiap kota dan wilayah Israel akan dibersihkan dari kenajisan dan ketidakudusan di hadapan Allah (ayat 48-49). Sahabat, di Zaman Now ada cukup banyak orang lebih mengejar hal-hal yang bersifat duniawi:  Kesuksesan, kekayaan, jabatan, popularitas dan sebagainya.  Demi mengejar kesemuanya itu mereka tidak lagi menempatkan perkara-perkara rohani sebagai hal yang utama, mereka condong mengesampingkan perkara-perkara rohani.  Padahal kalau kita mau sungguh-sungguh hidup dalam kekudusan dan mengutamakan perkara-perkara yang dari Tuhan,  berkat-berkat Tuhan akan mendatangi  kita.  Sesungguhnya kekudusan merupakan kunci untuk mengalami berkat-berkat dari Tuhan,  tetapi cukup banyak orang tidak mau tunduk pada pimpinan Roh Kudus, tidak mau menaati firman Tuhan dan memilih untuk mengikuti keinginan daging dengan segala hawa nafsunya.  Inilah kehendak Tuhan bagi orang percaya:  Supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya.  (Efesus 1:4). Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu pada hari ini? Apa yang Sahabat pahami dari Efesus 1:4? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati kita: Setiap orang percaya telah diampuni dosanya melalui Kristus dan menjadi milik Allah, sebab itu, jagalah kekudusan nama-Nya agar hidup kita aman dalam tangan-Nya. (pg)