Obeying the Guidance of God

TABUT PERJANJIAN. Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) mencatat, Tabut Perjanjian merupakan artefak yang berharga bagi bangsa Israel. Berbentuk peti persegi panjang yang terbuat dari kayu penaga dengan ukuran 1,3x1x1 m. Seluruh bagian tabut dilapisi dengan emas dan didalamnya tersimpan loh-loh hukum Allah, buli-buli berisi manna, dan tongkat Harun (Ibrani 9:4). Tabut Perjanjian memiliki penutup yang disebut tutup pendamaian terbuat dari emas (Keluaran  25:17) serta terdapat dua kerub emas yang saling berhadapan dengan sayap terkembang (Keluaran 25:19-20). Tabut ini memiliki empat gelang pada setiap penjurunya agar kaum Lewi dapat mengangkatnya ketika bangsa Israel berpindah tempat. Untuk mengangkat tabut digunakan tongkat kayu yang dimasukkan ke lubang gelang-gelang pada keempat penjurunya. Tabut dibuat di Sinai oleh Bezaleel menurut pola yang disampaikan kepada Musa (Keluaran 25:10-22). Tabut Perjanjian dianggap takhta kehadiran Allah yang tidak tampak di bumi dan siapa yang menajiskannya akan dibinasakan (1 Samuel  6:19).  Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab Yosua dengan topik: “Obeying the Guidance of God (Menaati Petunjuk Tuhan)”. Bacaan Sabda diambil dari Yosua 3:1-17 dengan penekanan pada ayat 3-4. Sahabat,  sungguh benar apa yang dikatakan Pengamsal, “Banyaklah rancangan di hati manusia, tetapi keputusan Tuhanlah yang terlaksana.” (Amsal 19:21). Dalam menjalani hidup seringkali kita membuat keputusan berdasarkan akal dan pikiran kita sendiri, jarang kita bertanya dan meminta petunjuk Tuhan, dan hasilnya sudah dapat diduga: Kita banyak sekali mengalami kegagalan, apa yang terjadi benar-benar di luar perkiraan kita. Melalui renungan ini kita akan berlajar dari pengalaman bangsa Israel. Saat bangsa Israel tiba di sungai Yordan, mereka bermalam di situ selama tiga hari dan sesudah lewat dari tiga hari mereka harus bersiap-siap untuk menyeberangi sungai Yordan.  Sesaat sebelum bangsa Israel menyeberangi sungai Yordan menuju Tanah Perjanjian, Yosua memberikan perintah kepada para pengatur pasukan:  “dan memberi perintah kepada bangsa itu, katanya: ‘Segera sesudah kamu melihat tabut perjanjian TUHAN, Allahmu, yang diangkat para imam, yang memang suku Lewi, maka kamu harus juga berangkat dari tempatmu dan mengikutinya– hanya antara kamu dan tabut itu harus ada jarak kira-kira dua ribu hasta panjangnya, janganlah mendekatinya–maksudnya supaya kamu mengetahui jalan yang harus kamu tempuh, sebab jalan itu belum pernah kamu lalui dahulu.’”  (Ayat 3-4).   Hasta merupakan unit ukuran untuk panjang, sepadan dengan jarak antara ujung siku lengan sampai ujung jari tengah tangan pada lengan yang sama.  Ukuran 1 hasta itu sama dengan 45 cm.Ada rahasia besar di balik peristiwa ini, sebagaimana orang-orang Israel diperintahkan untuk menjaga jarak berjalan kira-kira dua ribu hasta antara Tabut Perjanjian dengan mereka.  Tabut Perjanjian adalah LAMBANG KEHADIRAN TUHAN (penyertaan Tuhan).  Dengan kata lain mereka harus berjalan dengan memperhatikan agar tetap dapat melihat Tabut Perjanjian tersebut.   Sahabat, menjalani hidup di tengah dunia yang carut marut ini kita pun sangat memerlukan tuntunan dan penyertaan Tuhan melalui Roh Kudus-Nya.  Mengapa?  Sebab kita tidak tahu apa yang bakal terjadi di depan kita, hari esok atau hari yang akan datang.  Itulah sebabnya firman Tuhan memperingatkan,  “Janganlah memuji diri karena esok hari, karena engkau tidak tahu apa yang akan terjadi hari itu.”  (Amsal 27:1).Saat orang Israel dan para imam menaati perkataan Tuhan Allah, terwujudlah apa yang dikatakan Yosua. Kenyataan tersebut mengajarkan dua hal penting kepada kita: Pertama, kita harus meyakini bahwa TUHAN tidak pernah mengingkari janji-Nya. Firman-Nya pasti akan terwujud. Kedua, kita tidak akan bisa melihat perwujudan firman TUHAN bila kita tidak belajar untuk HIDUP DALAM KETAATAN  kepada perintah-Nya serta berjalan (bertindak) berdasarkan iman. Haleluya! Tuhan itu baik. Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu pada hari ini? Apa yang Sahabat pahami dari Amsal 27:1? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Mari kita kerjakan bagian kita, maka Tuhan akan mengerjakan bagian-Nya! (pg).

Take A Very Good Care of Those which are Useful and Meaningful

BERGUNA DAN BERHARGA. Sejak muda hingga saat ini, untuk keperluan transportasi dalam kota,  sepeda motor menjadi sarana transportasi andalan saya. Hampir selalu, setiap  tiga bulan sekali saya membawa sepeda motor ke bengkel untuk perawatan rutin. Kadang saat diservis oleh teknisi, ada suku cadang yang harus diganti karena sudah rusak. Saat perbaikan selesai, selain diberi nota pasti disertakan suku cadang yang rusak, seperti bola lampu, busi, rantai, dan lain sebagainya sebagai bukti. Apa yang saya lakukan? Saya membuang dan tidak mengingat-ingat lagi suku cadang itu karena sudah tidak berguna dan tidak berharga. Saya hanya menyimpan dan merawat barang-barng yang masih berguna dan berharga. Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab Yehezkiel dengan topik: “Take A Very Good Care of those which are Useful and Meaningful (Peliharalah dengan Baik Hal-Hal yang Berguna dan Bermakna)”. Bacaan Sabda diambil dari Yehezkiel 18:1-32 dengan penekanan pada ayat 22. Sahabat, bacaan kita pada hari ini membicarakan tentang keadilan Allah yang memberi upah kepada orang benar dan hukuman kepada orang fasik. Ucapan Allah dimulai dengan prinsip bahwa setiap orang bertanggung jawab atas hasil perbuatannya sendiri (Ayat 1-4). Selanjutnya, Allah membuat studi kasus: Orang benar (generasi pertama) hidup menurut peraturan Allah dan berlaku setia. Dia pasti akan hidup (Ayat 5-9). Anak orang benar itu ternyata hidup dalam kekejian, tidak bermoral dan menyembah berhala, maka hanya anaknya (generasi kedua) yang akan dihukum, ayahnya tidak perlu menanggung hukuman anaknya (Ayat 10-14). Anak orang jahat tersebut (generasi ketiga) menginsafi seluruh dosa ayahnya dan bertobat, maka ia akan hidup dan tidak perlu menanggung akibat kejahatan ayahnya (Ayat 14-18). Orang benar menerima berkat kebenarannya, dan kefasikan orang fasik akan tertanggung atasnya (Ayat 20). Ucapan Allah ditutup dengan janji Allah yang indah: Dia akan mengampuni semua orang yang bertobat di hadapan-Nya. Segala dosa orang yang bertobat tidak akan diperhitungkan Allah, sehingga ia akan mendapat pengampunan (Ayat 21-23, 27-28). Sebaliknya, bagi orang yang sebelumnya hidup dalam kebenaran dan berubah setia menjadi orang jahat, segala kebaikannya tidak bisa melepaskan dia dari hukuman Allah (Ayat 24-26).  Sahabat, saat Tuhan mengampuni kita, Dia tidak mengingat-ingat lagi segala dosa kita. Kalau Allah saja tidak mau mengingat segala dosa kita, apa gunanya kita menyimpan kesalahan, kemarahan, atau dendam?Perlu digarisbawahi, kita perlu meneladani cara Tuhan MENGAMPUNI, ketika MENGAMPUNI  dan MEMAAFKAN  kesalahan sesama. Jika kita mengatakan kepada seseorang:  “Aku mengampunimu” atau “Aku memaafkanmu”,  itu berarti kita tidak menyimpan lagi kesalahannya. Buanglah segala kepahitan, kebencian, kekecewaan, dan dendam. Mulailah dengan hal-hal  baru yang mendatangkan kedamaian dan persahabatan.  Prinsipnya: Peliharalah dengan baik hal-hal yang berguna dan bermakna.  Haleluya! Tuhan itu baik. Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu pada hari ini? Apa yang Sahabat pahami dari ayat 21-22? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Setiap orang mempertanggungjawabkan perbuatannya sendiri di hadapan Tuhan. (pg).