ReKat: Why Dont They Believe Still? (11 April 2023)

Bacaan Sabda: Yeremia 43:1-13 Dari hasil perenungan saya dari Bacaan Sabda, saya mendapatkan: Pesan yang saya peroleh dari hasil perenungan firman Tuhan pada hari ini: Bangsa Yehuda dan pemimpin mereka, fokus mengutamakan keinginan dan kemauannya sendiri.  Keadaan ini menunjukkan kesombongan, kebebalan hati, tegar tengkuk mereka dan dengan demikian mereka jelas-jelas menolak Tuhan yang berotoritas atas kehidupan mereka. Nubuat yang disampaikan oleh nabi Yeremia: Walaupun umat Yehuda mengandalkan perlindungan, pertolongan kepada Mesir. Namun Tuhan akan bertindak kepada Mesir, sehingga Mesir akan mengalami kehancuran, beserta ilah-ilah mereka yang selama ini menjadi andalan kekuatannya. Tujuan penyampaian nubuatan Yeremia: Melalui Yermia, Tuhan menegaskan bahwa tindakan umat Yehuda yang bodoh, sembrono, ngawur meminta pertolongan kepada Mesir, justru hanya berdampak kepada kebinasaan bukan keselamatan. Bahkan Mesir pun yang menjadi tempat andalan mereka akan dihancurkan. (Haryono)

The Glory of God Leaves His Sacred Hall

KEMULIAAN ALLAH. Ketika membaca, mendengar atau mengucapkan kata kemuliaan, sebenarnya apa yang terlintas di benak kita? Apakah kita membayangkan kilaunya singgasana emas dengan permata yaspis, berlian atau semacamnya? Sesungguhnya kemuliaan mengandung arti keadaan mulia; keluhuran; keagungan; kehormatan dan diasosiasikan dengan memuji Tuhan. Di dalam bahasa Inggris, kata kemuliaan mempunyai banyak persamaan seperti magnificence, spendor, grandeur dan sebagainya, di antaranya yang sering digunakan untuk menggambarkan kemuliaan Allah adalah kata glory dan majesty. Tidak perlu disangkal bahwa pada umumnya pemahaman akan kata kemuliaan terlalu sering digambarkan sebagai status sosial ekonomi yang tinggi yang diperoleh dari keberhasilan di dalam hidup seseorang. Pengertian kemuliaan seperti ini memberi nuansa kebendaan, mengangkat ego manusia. Di dalam kitab Perjanjian Lama, Allah yang Mahamulia menyatakan kemuliaan-Nya melalui kehadiran-Nya di sepanjang perjalanan kehidupan bangsa Israel. Umat Israel menyaksikan kemuliaan-Nya melalui tuntunan sejak mereka keluar dari Mesir. Bahkan sebelum itu, Abraham, bapak orang percaya telah mengalami tuntunan tersebut. Kemuliaan Allah dapat nampak di dalam karya-Nya, mulai dari ciptaan yang dilakukan-Nya pada awal terciptanya dunia dan segala isinya, sampai kini nampak dari pemeliharaan-Nya sampai selamanya. Pada hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab Yehezkiel dengan topik: The Glory of God Leaves His Sacred Hall (Kemuliaan Allah Meninggalkan Bait Suci-Nya). Bacaan Sabda diambil dari Yehezkiel 10:1-22. Sahabat, bacaan kita pada hari ini dimulai dengan penglihatan Yehezkiel akan sesuatu yang menyerupai takhta di atas cakrawala. Dari takhta itu terdengar perintah kepada seorang yang berpakaian lenan untuk masuk ke ruang Mahakudus di Bait Suci untuk mengambil bara api dan menghamburkannya ke atas kota Yerusalem.  Allah menyatakan kehendak-Nya kepada Yehezkiel dalam suatu penglihatan. Ia melihat keagungan Allah di atas takhta dari permata yang berkilauan. Dari takhta itu Allah memerintahkan penghukuman bagi Yerusalem (ayat 1-2). Allah turun ke Bait Suci dan memenuhi tempat itu dengan kemuliaan-Nya (ayat 4-5). Kemudian, malaikat melakukan kehendak Allah itu dengan cara mengambil bara api dan memberikannya kepada seorang berpakaian lenan (ayat 6-7). Itulah api penghukuman Allah yang dijatuhkan kepada setiap orang yang berbuat keji. Lalu, Allah meninggalkan Bait Suci dengan cara berada di atas sayap malaikat dan dibawa naik (ayat 18-19). Apakah ini artinya Allah sungguh-sungguh meninggalkan umat-Nya? Sahabat, Allah kita adalah Allah Yang Mahabesar. Ia memberikan penglihatan kepada orang yang dipilih-Nya untuk menyatakan kehendak-Nya. Ia ingin agar manusia yang lemah tetap dapat memahami kehendak-Nya. Dahulu Allah memerintahkan umat untuk membangun Bait Suci supaya mereka dapat beribadah kepada-Nya di dalam kekudusan dan kelayakan. Namun, mereka justru mencemarkan Bait Suci dengan penyembahan berhala. Padahal, Allah yang bertakhta di tempat itu merupakan satu-satunya Allah mereka. Melalui penglihatan itu, Allah ingin menyatakan bahwa mereka telah menolak kehadiran-Nya dengan kekejian mereka sendiri. Ia ingin agar umat-Nya menggantungkan hidup mereka hanya kepada-Nya, bukan kepada ilah lain atau benda-benda. Jika tidak, Ia akan mendatangkan hukuman. Allah yang meninggalkan bait-Nya merupakan gambaran hidup yang tidak berkenan di hadapan Allah. Jadi, Allah tetap bertakhta di atas segala sesuatu dan Ia tetap melihat kita, umat-Nya, tetapi kemuliaan Allah tidak lagi terpancar di dalam hidup kita. Sahabat, hidup sebagai umat Allah perlu dinyatakan dengan menghormati kemuliaan-Nya dan menaati kehendak-Nya. Untuk itu, kita harus menjalani kehidupan ini hanya untuk menyembah Allah, tanpa ada yang lain. Haleluya! Tuhan itu baik. Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:1.Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu pada hari ini?2.Apa itu kemuliaan Allah dan bagaimana kita memuliakan Allah melalui hidup kita setiap hari? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Allah tidak ada di tempat persekutuan umat yang tidak menjaga kekudusan-Nya dan tidak memuliakan-Nya. (pg).

Gods Punishment for Egypt

KEBIASAAN. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mencatat, kebiasaan berarti sesuatu yang biasa dikerjakan dan sebagainya; Pola untuk melakukan tanggapan terhadap situasi tertentu yang dipelajari oleh seorang individu dan yang dilakukannya secara berulang untuk hal yang sama. Sedangkan kamus Webster mencatat, kebiasaan berarti kecenderungan melakukan aktivitas tertentu secara terus-menerus atau berulang-ulang;  latihan atau praktik yang dilakukan secara konsisten dan kontinu. Sedangkan para ahli menyimpulkan bahwa kebiasaan merupakan pekerjaan yang dilakukan secara terus-menerus sehingga dari yang awalnya tidak bisa dikerjakan jadi terlatih dan lama-kelamaan akan menjadi terbiasa.  Sebagai orang percaya, kita perlu melatih diri untuk mengembangkan kebiasaan-kebiasaan hidup yang benar, yang sesuai dengan firman Tuhan.  Karena itu kita harus menjadikan Kristus sebagai teladan dalam segala hal  (perkataan dan perbuatan), sebab  barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup  (1 Yohanes 2:6).  Mengembangkan kebiasaan hidup baru yang sesuai dengan firman Tuhan berarti tidak lagi menyerahkan tubuh ini  untuk dipakai sebagai senjata kelaliman, tetapi serahkanlah dirimu kepada Allah sebagai orang-orang, yang dahulu mati, tetapi yang sekarang hidup. Dan serahkanlah anggota-anggota tubuhmu kepada Allah untuk menjadi senjata-senjata kebenaran  (Roma 6:13). Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab Yeremia dengan topik: Gods Punishment for Egypt (Hukuman Tuhan Untuk Mesir). Bacaan Sabda diambil dari Yeremia 46:1-28. Sahabat, pasal 46-51 dari kitab Yeremia berisikan koleksi khotbah Yeremia yang ditujukan kepada bangsa-bangsa. Dalam kanon PL versi Septuaginta, yaitu terjemahan Yunani Umum (Yunani Perjanjian Baru), koleksi ini diletakkan sesudah pasal 25 untuk menyambung berita penghukuman yang dinubuatkan Yeremia kepada bangsa-bangsa tersebut. Melalui Nabi Yeremia, Allah menubuatkan penghakiman-Nya kepada bangsa-bangsa yang hidup di sekitar bangsa Israel. Sahabat, Allah menyatakan hukuman-Nya kepada Mesir dengan memakai tangan Nebukadnezar (ayat 2). Walaupun Mesir datang dengan kekuatan penuh, jika Allah ingin melakukan pembalasan, maka Mesir pasti kalah (ayat 13-24). Allah juga ingin menghukum dewa Mesir, yaitu Amon dan Tebe, serta Firaun dan seluruh pengikutnya (ayat 25-26). Tidak ada yang dapat Mesir lakukan untuk mengelak hukuman Allah. Di samping itu, Tuhan meminta agar bangsa Israel tidak takut terhadap hukuman-Nya (ayat 27-28). Saat itu orang Israel memang bergantung pada Mesir karena sebagian Israel hidup sebagai pelarian di sana. Sebab itu, mereka berharap bahwa bangsa Mesir dapat mengalahkan Nebukadnezar. Dalam nubuat-Nya, Tuhan berjanji untuk tetap melindungi bangsa Israel walaupun Mesir yang menjadi andalan mereka mendapat hukuman-Nya. Tuhan menghukum Mesir karena dosanya, yaitu keinginan untuk meluaskan kekuasaannya dengan menghancurkan bangsa-bangsa sekitarnya. Penghukuman Tuhan menunjukkan bahwa Tuhan yang kita kenal melalui Alkitab adalah Tuhan yang berdaulat atas semua bangsa. Apa pun yang akan Mesir lakukan tidak akan sanggup membalikkan hukuman Tuhan itu. Firman ini mengingatkan kita, jika bangsa besar seperti Mesir saja tidak mampu menahan dan membalikkan hukuman Tuhan, bagaimana dengan diri kita? Sahabat, sebab itu, kita harus hidup bertanggung jawab di hadapan Tuhan. Artinya, Tuhan telah memberi firman, kehidupan, dan akal kepada kita. Maka, kita sebagai orang percaya harus menghidupi firman Tuhan setiap hari. Belajar firman Tuhan dengan tekun mesti menjadi KEBIASAAN kita SETIAP HARI. Kita harus menjadi contoh atau teladan tentang hidup berdasarkan firman Tuhan (bdk. Lukas 12:48). Sebab itu, orang percaya mempunyai tanggung jawab lebih besar daripada orang yang belum percaya. Jika ada hukuman Tuhan atas kita, ingatlah bahwa Ia ingin mengoreksi sikap kita supaya menjadi lebih benar, dan akan menolong kita. Ia adalah Allah Mahakasih. Haleluya! Tuhan itu baik. Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:1.Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu pada hari ini?2.Apa yang Sahabat pahami dari Injil Lukas 12:48?? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Allah kita yang berdaulat dapat menggunakan siapa saja. Mereka yang jahat dan memusuhi Allah dan umat-Nya tetap ada dalam kendali-Nya. (pg).