Why Dont They Believe Still?

PERCAYA SAJA. Ketika saya membaca kata Percaya Saja saya jadi teringat dengan judul sebuah lagu ketika saya menjadi anak Sekolah Minggu. Sesungguhnya kata “Percaya saja” merupakan kata yang mesti kita imani dan aminkan dalam hidup. Namun sayangnya kata tersebut sering disalahartikan dan disalah mengerti. Seakan dengan mengatakan hal itu, kita tidak perlu berbuat apa-apa atau Tuhan pasti memberikan apa yang kita inginkan, sehingga ketika keinginan kita tidak seperti yang Tuhan kehendaki, betapa mudahnya kita menjadi marah kepada Tuhan. Sebagai orang percaya kita perlu memberlakukan percaya saja dalam kehidupan kita. Ya. Percaya saja. Dalam hal apa pun yang kita alami, kita perlu yakin bahwa Tuhan sedang dan terus bekerja dalam hidup kita untuk memberikan segala kebaikan dalam hidup kita sambil terus kita mengusahakan yang terbaik dari diri kita. Sahabat, dalam hidup ini, sesungguhnya yang paling kita perlukan yaitu keyakinan bahwa Tuhan yang kita sembah adalah Tuhan yang hidup. yang dapat kita percayai dan andalkan. Jangan sampai seperti bangsa Israel, mereka sudah mengalami, melihat, dan merasakan: Kehadiran, penyertaan, pertolongan, dan kedasyatan kuasa Tuhan; tapi mereka sering kali masih tetap memberontak, dan tidak mau percaya kepada Tuhan. Maka mereka dikenal sebagai bangsa yang tegar tengkuk. Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab Yeremia dengan topik: Why Dont They Believe Still? (Mengapa Mereka Masih Tidak Percaya?) Bacaan Sabda diambil dari Yeremia 43:1-13. Sahabat, apakah masih ingat kisah pemuda kaya yang mencari hidup kekal dan datang kepada Tuhan Yesus yang terdapat di Matius 19:16-22? Ia TIDAK PERCAYA bahwa Yesus sanggup memelihara hidupnya jika ia menuruti perintah-Nya untuk menjual semua hartanya dan kemudian memberikannya kepada orang miskin, dan kemudian mengikut Yesus. Maka ia pun meninggalkan Yesus dengan perasaan sedih. Sungguh menyedihkan! Sahabat, itulah yang kita dapatkan dari sisa penduduk Yerusalem, yang lebih memilih lari ke Mesir daripada tinggal di Yerusalem. Padahal mereka sudah menerima janji dari Tuhan bahwa Dia akan memelihara mereka melalui melunakkan hati raja Babel agar tidak menghukum mereka (Yeremia 42:11-12). Mereka tidak sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan, bahwa Dia sanggup menolong mereka, dan bahwa Dia sungguh-sungguh mengasihi mereka. Yang paling parah yaitu sikap tidak percaya mereka justru ditunjukkan dengan mencari kambing hitam. Mereka menuduh Yeremia berbohong mengenai kehendak Tuhan (ayat 2) dan Barukh telah menghasutnya untuk menyerahkan mereka ke tangan orang Babel (ayat 3). Dengan sombong mereka memutuskan untuk pergi ke Mesir. Bahkan mereka memaksa Yeremia dan Barukh ikut ke Mesir. Artinya, mereka PERCAYA bahwa CARA MEREKA JAUH LEBIH BAIK daripada CARI TUHAN! Sungguh, tindakan mereka sangat bodoh. Tuhan melalui Yeremia menegaskan bahwa tindakan bodoh mereka itu hanya menimbulkan kebinasaan dan bukan keselamatan. Dengan peragaan nubuatnya (ayat 8-11) Yeremia menunjukkan apa yang akan Allah lakukan melalui raja Babel kepada mereka yang lari ke Mesir. Bahkan Mesir, tempat persandaran mereka akan dihancurkan. Sahabat, waktu kita tidak percaya bahwa Tuhan memiliki rencana yang terbaik untuk hidup kita, dan lebih memilih cara kita sendiri sebagai cara terbaik yang akan membawa hidup kita lebih baik, kita adalah orang yang bodoh. Artinya, kita merasa diri lebih pintar dan lebih mampu daripada Allah untuk mengatur hidup kita sendiri. Marilah kita merendahkan diri di hadapan-Nya, dan menyatakan kembali iman percaya kita. Katakan: “Tuhan tolong aku yang tidak percaya ini, agar aku hanya tunduk dan taat kepada kehendak-Mu.” Haleluya! Tuhan itu baik. Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:Pesan apa yang Sahabat peroleh dari perenunganmu pada hari ini?Nubuatan apa yang disampaikan nabi Yeremia kepada bangsa Israel dan apakah tujuan dari penyampaian nubuatan tersebut? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Tuhan kita adalah Tuhan yang begitu panjang sabar kepada kita, setiap umat-Nya. Walaupun kita seringkali mengabaikan segala perintah dan petunjuk-Nya. (pg)

BERTANGGUNG JAWAB HINGGA AJAL MENJEMPUT

Maria mengikuti persidangan dan proses eksekusi anaknya dari jauh.  Sebagai seorang ibu, hatinya pasti hancur luluh.  Alkitab memang tidak mencatat secara khusus dialog antara Yesus dengan ibunya, kecuali di Injil Yohanes 2:4 saat Maria mengingatkan Yesus bahwa anggur di perjamuan pernikahan itu habis.  Maria tahu bahwa Yesus bisa diandalkan sehingga meminta para pelayan untuk mengikuti apa yang diperintahkan Yesus (Yohanes 2 :5).  Walaupun sepanjang hidupnya Maria melihat sepak terjang anak sulungnya yang berbeda dengan anak-anaknya yang lain dan bahkan melihat bahwa saudara-saudara Yesus tidak memercayai kakaknya (Yohanes 7:3-5), Maria tahu Yesus mengasihinya dan memenuhi tanggung jawab-Nya.  Maria memercayai dan memercayakan kehidupannya kepada Yesus.   Itulah sebabnya  Maria mengikuti proses eksekusi itu walau dari jauh dan perlahan ia berhasil mendekati salib Yesus bersama beberapa perempuan lain (Yohanes 19:25).  Adegan selanjutnya sangat menyentuh.  Maria diserahkan kepada Yohanes, murid-Nya yang terkasih dan akhirnya Maria hidup dalam perlindungan Yohanes hingga akhir hidupnya (Yohanes 19:26-27).  Yohanes dan Maria memiliki nilai yang khusus untuk Yesus, maka Yesus mau untuk menyerahkan tanggung jawab kepada Yohanes untuk menjaga Maria, ibunya.   Bagi Maria sendiri, Yesus kembali menunjukkan kepadanya bahwa Ia adalah putra yang sungguh bisa diandalkan hingga akhir hidup-Nya.  Mungkin saat itu saudara-saudara Yesus masih belum bisa memahami ke-Tuhan-an dan misi-Nya di dunia (walau belakangan 2 dari saudara-saudara-Nya akhirnya percaya kepada-Nya) sehingga tidak bisa memahami Maria yang selalu mendampingi Yesus. Maria membutuhkan “keluarga” untuk mendampingi rasa kehilangannya hingga pulih kembali.  Maria memang kehilangan keluarganya  namun ia menemukan keluarga baru karena Putra-Nya telah melaksanakan tanggung jawab untuk ibu-Nya.  Maria menyaksikan kebangkitan dan bahkan kenaikan Yesus dan ia masuk dalam bilangan orang yang berdoa pasca kenaikan Yesus ke Surga (Kisah Para Rasul 1:14).  Maria tetap beriman kepada Yesus sampai akhir. Saudaraku,  Jumat Agung bukan sekadar sebuah kisah heroik Sang Juru Selamat yang wafat bagi manusia yang berdosa, namun dalam kisah Jumat Agung sebuah kisah sederhana tentang hubungan keluarga yang menguatkan.  Ada sebuah keluarga dimana seorang ibu yang menyadari dan mengalami jaminan kasih seorang anak yang bertanggung jawab hingga ajal menjemput.  Bukan hanya kisah penyelamatan dari cengkeraman dosa, namun juga kisah kasih anak kepada ibu-Nya yang akan ditinggalkan.   Saudaraku, di zaman ini seorang anak yang menuntut perhatian dan kasih dari orangtua adalah kisah yang biasa kita dengar.  Bahkan saat anak dewasa, ia masih saja menuntut perhatian orangtuanya sehingga banyak orangtua yang merasa beban itu dia bawa hingga usia senja.  Orangtua takut merepotkan anak-anaknya dan anak-anak hidup dalam dunianya sendiri dan perlahan meninggalkan orangtuanya. Ada kesenjangan hubungan anak dan orangtua.   Saking sibuknya sang anak bekerja dan hidup dengan keluarganya sendiri kadang perhatian kepada orangtua banyak berkurang.  Banyak dijumpai orangtua yang kesepian setelah anak-anaknya studi keluar kota, bekerja dan berkeluarga.   Anak-anak sendiri tidak merasa perlu bertanggung jawab karena orangtua masih dianggap kuat dan mampu bekerja dan beraktivitas sendiri. Anak merasa bahwa adalah kewajiban bila seorang ayah atau ibu memelihara anak-anaknya, namun hanya sedikit anak yang menyadari bahwa memastikan orangtuanya baik-baik saja adalah kewajiban dari anak kepada orangtuanya, baik orangtua biologisnya maupun orangtua biologis pasangannya (mertua).   Padahal jelas di Alkitab dalam 10 Hukum Allah tercantum : “Hormatilah ayah dan ibumu supaya lanjut umurmu …” (Keluaran 20:12).  Menghormati berarti menghargai, memberi tempat yang baik.  Namun bukan berarti orangtua lalu meminta penghormatan dan menjadi gila hormat dari anaknya.  Keluaran 20:12 ditujukan untuk menumbuhkan kesadaran kepada anak bagaimana ia harus bersikap kepada orangtuanya, bukan orangtua yang menuntut dihormati.  Maka perlu sejak dini anak diajarkan untuk memahami tanggung jawabnya kepada orangtua. Renungan di Jumat Agung pada hari ini mengajak kita memikirkan kembali makna hubungan keluarga dengan berkaca pada perhatian Yesus kepada ibu-Nya di akhir hidup-Nya.  Maria sebagai ibu, merasakan tanggung jawab  Yesus sebagai seorang anak. Yesus tetap bisa diandalkan dan menjadi jawaban dari permasalahannya.  Yesus sebagai seorang anak, menuntaskan hidup-Nya dengan memastikan perlindungan dan kasih untuk Maria hingga akhir hayat ibu-Nya. Saudaraku, mari renungkan: Mengapa Yesus menyerahkan Maria kepada murid yang dikasihi-Nya? Bagaimana kita mengajarkan tanggung jawab kepada anak-anak kita? Kiranya peringatan Jumat Agung pada tahun ini tidak hanya memulihkan ingatan kita akan anugerah Allah namun juga mengingatkan tugas dan tanggung jawab kita dalam keluarga.  Terpujilah Tuhan Sang Pemulih Kehidupan. (Ag).

God Has Declared His Judgment

BERPROSES. Sesungguhnya setiap hari yang kita lalui adalah lembaran baru dan kesempatan baru untuk terus berproses menjadi lebih baik. Untuk mengalami proses tersebut, tentu kita harus mencoba meniti jalan yang berbeda, keluar dari zona nyaman dan terus belajar, dan belajar. Bergaul dan berkumpul dengan komunitas baru yang positif juga menjadi salah satu cara untuk menjadi orang yang lebih baik. Berproses berasal dari kata dasar proses.Berproses memiliki arti dalam kelas verba atau kata kerja sehingga berproses dapat menyatakan suatu tindakan, keberadaan, pengalaman, atau pengertian dinamis lainnya. Sahabat,  kita perlu  selalu mengingat bahwa hidup kita selalu berproses dan diproses oleh Tuhan. Tuhan tidak ingin kita menjadi orang yang melawan-Nya, memberotak kepada-Nya atau membelakangi diri-Nya.  Proses yang Dia nyatakan kepada kita seharusnya menyadarkan kita bahwa itulah  cara Tuhan mengundang kita untuk kembali kepada-Nya. Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab Yehezkiel dengan topik: “God Has Declared His Judgment (Tuhan Telah Menyatakan Penghakiman-Nya)”. Bacaan Sabda diambil dari Yehezkiel 6:1-14. Sahabat,  Tuhan telah memberikan banyak keistimewaan kepada Israel di antara segala bangsa, tetapi mereka terus memberontak kepada-Nya. Setelah Kemah Suci hingga Bait Suci dibangun, maka ibadah di luar tempat yang telah ditunjukkan Tuhan dianggap tidak layak, bahkan dilarang. Namun Israel ikut-ikutan tradisi bangsa lain yang menyembah berhala di bawah setiap pohon-pohon besar di atas bukit-bukit atau gunung-gunung. Maka Tuhan telah menyatakan penghakiman-Nya atas pemberontakan kaum Israel. Dalam bacaan kita pada hari ini, Tuhan menyatakan kehancuran atas kekuatan yang selama ini mereka andalkan.Tuhan menyuruh Yehezkiel untuk bernubuat melawan gunung-gunung Israel (ayat 2). Ini menunjuk pada bukit-bukit pengorbanan yang dipakai umat untuk menyembah dewa-dewi Kanaan. Kata-kata penghakiman menunjukkan bahwa Tuhan akan mendatangkan perang, menghancurkan mazbah-mazbah berhala, dan mencampakkan orang Israel di depan berhala mereka (ayat 3-5).Namun, sebagian umat tidak akan mati, melainkan dibuang. Di pembuangan itu mereka akan ingat kembali kepada Tuhan dan bertobat dari dosa mereka. Bahkan, orang-orang yang dahulu berzina kepada berhala akan merasa mual terhadap kejahatan dan perbuatan keji mereka (ayat 8-9).Sahabat, kita dapat melihat bahwa ketika Tuhan memberikan penghakiman, ada tujuannya. Firman ini diberikan supaya pada saat kehancuran dan pembuangan itu terjadi, umat dapat mengetahui bahwa “Akulah TUHAN” (ayat 7, 13). Ialah YHWH, satu-satunya Tuhan mereka. Ketika banyak orang mati di bawah amarah Tuhan dan berhala mereka tidak bisa melakukan apa-apa, mereka mau tidak mau mengakui bahwa Tuhan saja yang berkuasa.Manusia berdosa sering tidak sadar akan keseriusan dosanya sampai Tuhan menghukum. Karena itu, hukuman sering Tuhan pakai untuk menyadarkan umat dari dosa mereka. Tuhan juga sengaja memberitakan apa yang akan Ia lakukan sebelum semua itu terjadi, supaya umat mengetahui bahwa peringatan-Nya akan benar-benar terjadi karena merupakan firman yang penuh kuasa yang harus sungguh-sungguh diperhatikan.Sahabat, Tuhan akan melakukan banyak hal saat umat-Nya memberontak, termasuk menghukum kita, umat-Nya, dengan berat. Ketika Tuhan memberikan ganjaran, kita bersyukur karena kita adalah anak yang dikasihi-Nya (Ibrani  12:5-8). Hal itu berarti Tuhan tidak meninggalkan kita, melainkan mendidik dan membentuk kita. Bahkan mungkin Tuhan sedang mempersiapkan kita untuk dipakai-Nya dengan lebih lagi setelah kita bertobat. Haleluya! Tuhan itu baik. Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Pesan apa yang Sahabat peroleh berdasarkan hasil perenunganmu pada hari ini? Apa yang Sahabat pahami dari Ibrani 12:5-8? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati:Sebagai umat Tuhan yang hidup, kita harus sadar bahwa Tuhan ingin kita setia kepada-Nya. (pg).

Humble and Serve

KAMIS PUTIH. Kamis Putih (Maundy Thursday) merupakan  bagian dari perayaan dalam masa Raya Paskah, yang diadakan satu hari sebelum Jumat Agung. Untuk tahun 2023 jatuh pada tanggal 6 April 2023. Perayaan Kamis Putih dikenal dalam peristiwa perjamuan malam Yesus bersama murid-murid-Nya dan pembasuhan kaki sebelum Dia menyerahkan diri-Nya untuk disalibkan.  Sahabat, ada dua unsur utama yang diperingati dalam liturgi Kamis Putih yaitu perjamuan malam terakhir (dan perintah untuk mengadakan perjamuan kudus) dan membasuh kaki sebagai simbol hamba yang melayani. Perjamuan malam tersebut memiliki makna pengucapan syukur dan peringatan akan Yesus dalam keselamatan oleh kematian-Nya.  Dalam rangka memperingati Kamis Putih, hari ini saya mengajak Sahabat untuk merenungkan Injil Yohanes dengan topik: “Humble and Serve (Rendah Hati dan Melayani)”. Bacaan Sabda diambil dari Yohanes 13: 1-17. Sahabat,  ada ungkapan dalam bahasa Jawa yang sangat menarik:  Rumangsa Sarwa Duwe dan Sarwa Duwe Rumangsa.  Dua kalimat ini dibolak-balik saja penulisannya, akan tetapi memiliki makna sangat jauh berbeda.  Pertama, kalimat Rumangsa Sarwa Duwe atau “Merasa Serba Punya” menunjukkan watak suka pamer, merasa sudah memiliki segala-galanya, dan dapat mengatur segalanya sesukanya. Kedua,  Sarwa Duwe Rumangsa atau “Serba Punya Rasa” menunjukkan perilaku yang penuh dengan belas kasih, bijaksana dalam semua hal, dan merasa bersalah atau berdosa, jika membuat susah orang lain. Sahabat, dalam bacaan kita pada hari ini,  tindakan  penuh  belas kasih  ditunjukkan oleh Tuhan Yesus kepada para murid. Saat itu, Tuhan Yesus sudah mengetahui bahwa  sudah waktunya  Dia meninggalkan dunia ini dan kembali kepada Bapa. Sungguh kasih Tuhan Yesus sangat besar kepada umat kepunyaan-Nya. Meskipun Dia mengetahui salah seorang dari antara para murid yaitu Yudas Iskariot akan mengkhianati-Nya,  namun,  Dia yang adalah Guru dan Tuhan  mau untuk merendahkan hati membasuh kaki para murid-Nya. Dengan membasuh kaki para murid, Tuhan Yesus ingin memberikan pengajaran tentang: Pertama, tindakan membasuh kaki adalah simbol untuk kematian Tuhan Yesus yang akan membersihkan dosa manusia. Tuhan Yesus sebagai Guru dan Tuhan yang akan memberikan keselamatan.  Ketika Tuhan Yesus bersama para murid di dalam perjamuan memperingati hari raya Paskah Yahudi, dalam tradisinya akan selalu ada hidangan atau olahan daging anak domba jantan. Hal tersebut sebagai pengingat ketika Allah akan membebaskan bangsa Israel dari perbudakan di Mesir (Keluaran 12:14). Selain itu Allah memberikan perintah, supaya bangsa Israel menyembelih anak domba jantan dan darahnya harus dibubuhkan pada ke dua tiang pintu dan ambang atas rumah-rumah orang Israel (Keluaran 12:7). Dengan begitu umat Israel terhindar dari hukuman Allah dan mendapatkan keselamatan serta bisa keluar dari tanah Mesir.  Tuhan Yesus sendiri yang akan menjadi domba Paskah, yang mengeluarkan manusia dari hukuman dosa dan memberikan keselamatan untuk umat kepunyaan-Nya. Kedua, tindakan membasuh kaki mengingatkan dan memberikan teladan kepada para murid. Bahwa setelah menerima Tuhan Yesus sebagai Guru dan Tuhan, para murid harus masuk di dalam sikap hidup yang baru yaitu meneladani Tuhan Yesus yang mau merendahkan hati dan melayani.  Sahabat, memiliki sikap Sarwa Duwe Rasa atau “Serba Punya Rasa” sungguh diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Apalagi bagi orang percaya, karena kita merupakan manusia yang penuh dengan dosa, yang sudah menerima keselamatan di dalam Tuhan Yesus. Dia sudah mau menunjukkan kasih-Nya kepada kita. Maka mari kita selalu menunjukkan sikap rendah hati dan mau melayani dengan rasa hormat dan penuh kasih kepada sesama. Haleluya! Tuhan itu baik. Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu pada hari ini? Apa yang Sahabat pahami pahami tentang Kamis Putih? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Sesungguhnya kita adalah orang yang berbahagia dan diberkati ketika kita menjadi orang yang rendah hati dan melayani sesama. (pg).