Why Can’t They Flee to Egypt?

TRAVEL WARNING. Pada saat Pandemi Covid-19 merebak hampir di seluruh dunia, ada cukup banyak negara mengeluarkan Travel Warning. Saya kutip dari VOI: Travel warning adalah istilah untuk menyebut kebijakan suatu negara dalam memberikan informasi yang memuat pertimbangan dan peringatan kepada warga negaranya yang akan pergi atau sedang berada di luar negeri. Ada beberapa istilah yang penggunaannya hampir mirip dengan travel warning, yakni travel advisory, travel advice, dan travel alert. Perbedaan penggunaan istilah-istilah tersebut tergantung pada tingkatan peringatan yang ingin disampaikan. Akan tetapi, tidak ada hukum internasional yang menjadi patokannya. Di Indonesia, travel warning biasanya diterbitkan oleh Kementerian Luar Negeri (Kemenlu). Dalam beberapa kesempatan, istilah yang digunakan oleh Kemenlu adalah “imbauan perjalanan” atau travel advisory. Travel warning adalah sebuah himbauan atau lebih tepatnya peringatan agar seseorang tidak mengunjungi suatu tempat yang dianggap tidak aman. Negara yang mengeluarkan pesan “travel warning” tentunya telah mendapat data-data tentang suatu tempat yang tidak lagi aman karena sebuah perang yang terjadi, ancaman teroris, atau bencana alam. Pesan “travel warning” dimaksudkan untuk melindungi warganya dari segala ancaman yang bisa membahayakan hidup warganya tersebut. Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab Yeremia dengan topik: “Why can’t They Flee to Egypt? (Mengapa  Mereka Tidak Boleh Melarikan Diri Ke Mesir?)”. Bacaan Sabda diambil dari Yeremia 42:1-22. Sahabat, ada seorang pembaca  yang  menanyakan kehendak Allah dalam hidupnya. Bagi saya yang jauh lebih penting yaitu apa yang akan ia lakukan kalau sudah mengetahui kehendak Allah, apakah ia akan mematuhinya? Percuma kita mengetahui  kehendak Allah kalau tidak ada kemauan dan ketaatan untuk melakukannya.Apakah Yohanan dan sisa rakyat Israel sungguh-sungguh mencari kehendak Allah untuk mematuhinya? Sepertinya pertanyaan mereka tulus dan bahkan disertai dengan janji untuk menaati apa pun kehendak Allah (ayat 1-3, 5-6). Maka, Yeremia pun menyatakan kehendak Allah dengan terus terang (ayat 10), dan memberikan kepada mereka peringatan keras untuk tidak membangkang pada kehendak Allah (ayat 13-22). Allah menghendaki mereka untuk tetap tinggal di Yerusalem dan TIDAK MELARIKAN DIRI KE MESIR.  Allah sudah memberi “travel Warning” agar mereka tidak melarikan diri ke Mesir. Allah menjanjikan  bahwa hati Nebukadnezar akan lunak untuk tidak menghukum mereka karena pemberontakan Ismael (ayat 11-12). Sebaliknya, kalau tidak taat dan melarikan diri ke Mesir, kematianlah yang akan mereka alami.Sahabat, mengapa mereka tidak boleh melarikan ke Mesir? Karena melarikan diri ke Mesir menunjukkan bahwa mereka lebih bersandar pada kekuatan manusia daripada kepada kekuatan Allah. Inilah yang kerap kali dilakukan oleh para raja Israel atau Yehuda pada masa lampau. Sebaliknya, percaya kepada Allah berarti bersedia mematuhi pimpinan dan kehendak-Nya, walaupun itu mungkin bukan sesuatu yang menyenangkan.Percaya berarti tunduk. Percaya bahwa rencana Allah selalu yang terbaik bagi anak-anak-Nya.  Masalahnya, sering kali  saat terdesak, kita mencoba mencari pertolongan kepada orang-orang yang kita anggap mampu menolong kita. Padahal Allah menghendaki agar kita selalu mencari pertolongan-Nya. Ia pun terus mengingatkan kita bahwa mengandalkan manusia akan membawa kita pada situasi yang lebih buruk. Carilah Tuhan dan jangan pernah mengandalkan manusia! Apakah kita mau mengindahkan peringatan itu dan menaati-Nya? Haleluya! Tuhan itu baik. Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu pada hari ini? Apa yang Sahabat pahami dari ayat 10-12? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Tuhan selalu merancangkan yang terbaik bagi hidup umat-Nya. Hanya saja kita  sering tidak memercayai-Nya. (pg).

ReKat: The Unwavering and Challenging Sight (26 Maret 2023)

Bacaan Sabda: Yehezkiel 1:1-28 Dari hasil perenungan saya dari Bacaan Sabda, saya mendapatkan: Pesan yang saya dapatkan dari perenungan Firman Tuhan hari ini: Allah itu kasih dan setia, melalui penglihatan yang diberikan kepada Yehezkiel pada saat dalam masa pembuangan. Sebagai orang percaya, kita harus bersedia untuk mewartakan kabar keselamatan serta kebaikan-Nya kepada dunia yang sedang menuju kepada kebinasaan. Pemahaman saya tentang “Membangun iman berdasarkan kesetiaan Allah yang tidak pernah pudar”: Kita perlu membangun iman dengan Allah jangan pada saat keadaan baik saja, namun biarlah kita tetap memiliki iman yang sehat, kuat dan teruji dalam kondisi senang dan susah, sebab kasih dan kesetiaan Allah kepada kita tak pernah pudar dan kekal untuk selamanya. Selain itu kita juga harus memberitakan kabar keselamatan kepada orang lain, sama seperti Allah memanggil Yehezkiel untuk membawa misi Allah sekalipun dalam masa yang sulit (masa pembuangan). (Swan Lioe)

A Few LOYAL People

PEYOT. Gaya potongan rambut dapat menjadi salah satu penunjang kepercayaan diri. Pasalnya gaya rambut dapat memengaruhi penampilan bagi sebagian orang. Gaya potong rambut biasanya disesuaikan dengan bentuk muka dan kondisi rambut itu sendiri. Namun ada juga orang yang merubah gaya potongan rambut sesuai tren, agar terlihat fashionable dan kekinian. Saya kutip dari Intisari-Online.com, salah satu ciri khas yang mudah dijumpai dari orang-orang Yahudi adalah gaya rambutnya. Hal tersebut dapat Sahabat lihat pada penampilan para pria Yahudi. Selain wajahnya yang dihiasi janggut dan kebiasaan memakai topi lebar, mereka juga menumbuhkan dan memanjangkan rambut di kedua sisi kanan-kiri kepalanya. Gaya rambut itu disebut  “Peyot” yang sebagian besar dianut oleh para Haredi Ashkenazi (Yahudi Ortodoks) dan Yahudi di Yaman. Bagi orang Yahudi Yaman, Peyot itu disebut simanim yang berarti “tanda”. Sebagai tanda, kebiasaan kuno ini berarti untuk membedakan antara orang Yahudi dengan masyarakat Yaman yang Muslim. Anjuran gaya ini juga berasal dari larangan yang tertulis di Taurat. Kemudian oleh para Rabi seperti dirangkum dalam Talmud menafsirkan larangan itu untuk tidak merusak tepi janggut mereka. Oleh karena itu, orang-orang Yahudi tidak mau memotong dan membiarkannya tumbuh panjang. Sahabat, pencukuran tepi rambut dan janggut di Israel dihubungkan dengan kekudusan dan dapat dimaknai sebagai PERKABUNGAN atau KEHINAAN (Imamat 19:27; 21:5).Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab Yehezkiel dengan topik: “A Few Loyal People (Sedikir Orang yang SETIA)”. Bacaan Sabda diambil dari Yehezkiel 5:1-17.  Sahabat, pengepungan Yerusalem merupakan kabar buruk bagi bangsa Israel. Namun, nubuat dari Tuhan belum berakhir.Dalam bacaan kita pada  hari ini, Yehezkiel disuruh mencukur rambut dan janggutnya (ayat 1). Ini menandakan penghinaan terhadap Yerusalem dan hilangnya jati diri mereka. Kemudian, sepertiga dari rambut tersebut harus dibakar, sepertiga dipotong dengan pedang, dan sepertiga dihamburkan ke dalam angin (ayat  2). Itu artinya sepertiga umat akan mati kena sampar dan kelaparan, sepertiga akan mati oleh serangan musuh, dan sepertiga akan disebarkan ke pembuangan (ayat 12). Dengan demikian, Yerusalem yang dibanggakan oleh bangsa Israel sebagai pusat bangsa-bangsa akan dibuat menjadi reruntuhan dan celaan (ayat 14-15).Apakah artinya tidak ada umat yang akan diselamatkan? Ternyata masih ada sedikit umat yang diambil. Dalam ayat 3, Tuhan berkata kepada Yehezkiel: “Engkau harus mengambil sedikit dari rambut itu dan bungkus di dalam punca kainmu.” Itu menandakan sedikit umat yang akan hidup di pembuangan di Babel. Meski mereka juga hidup dalam penderitaan, mereka diluputkan dari kematian. Itulah umat yang setia, yang biasanya disebut “yang sisa” yang akan Tuhan pelihara. Mereka tetap menyembah Tuhan di tengah mayoritas umat yang menolak hukum Tuhan dan menyembah berhala. Dari sekian banyak bangsa Israel yang binasa, ada sedikit yang setia.Dengan demikian, Alkitab jelas mengajarkan bahwa tidak semua umat Tuhan adalah umat yang sungguh-sungguh setia. Bahkan, mayoritas umat dalam masa hidup Yehezkiel adalah umat yang hidup dalam kejahatan dan kekejian. Bagaimana dengan orang percaya pada masa sekarang? Apakah masih ada orang percaya yang tidak sungguh-sungguh setia? Tentu saja ada. Ada cukup banyak orang percaya yang mengaku sebagai pengikut Kristus, tetapi sedikit yang tetap menaati Tuhan dan mempertahankan jati diri sebagai umat Tuhan.Sahabat, pada akhirnya, Tuhan akan memisahkan umat yang setia  dari umat yang tidak setia. Masing-masing kita perlu merefleksikan diri: Umat seperti apakah kita? Perbuatan dan perilaku dalam hidup kita akan membuktikan kesetiaan seperti apa yang kita miliki. Haleluya! Tuhan itu baik. Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu pada hari ini? Apa yang Sahabat pahami dari ayat 7 dan 11? Selamat sejenak merenung. Renungkan dalam-dalam di hati: Kesetiaan itu datangnya dari hati dan niat, bukan dari sebuah kata-kata. (pg).

Humble and Serve

KAMIS PUTIH. Kamis Putih (Maundy Thursday) merupakan  bagian dari perayaan dalam masa Raya Paskah, yang diadakan satu hari sebelum Jumat Agung. Untuk tahun 2023 jatuh pada tanggal 6 April 2023. Perayaan Kamis Putih dikenal dalam peristiwa perjamuan malam Yesus bersama murid-murid-Nya dan pembasuhan kaki sebelum Dia menyerahkan diri-Nya untuk disalibkan.  Sahabat, ada dua unsur utama yang diperingati dalam liturgi Kamis Putih yaitu perjamuan malam terakhir (dan perintah untuk mengadakan perjamuan kudus) dan membasuh kaki sebagai simbol hamba yang melayani. Perjamuan malam tersebut memiliki makna pengucapan syukur dan peringatan akan Yesus dalam keselamatan oleh kematian-Nya.  Dalam rangka memperingati Kamis Putih, hari ini saya mengajak Sahabat untuk merenungkan Injil Yohanes dengan topik: “Humble and Serve (Rendah Hati dan Melayani)”. Bacaan Sabda diambil dari Yohanes 13: 1-17. Sahabat,  ada ungkapan dalam bahasa Jawa yang sangat menarik:  Rumangsa Sarwa Duwe dan Sarwa Duwe Rumangsa.  Dua kalimat ini dibolak-balik saja penulisannya, akan tetapi memiliki makna sangat jauh berbeda.  Pertama, kalimat Rumangsa Sarwa Duwe atau “Merasa Serba Punya” menunjukkan watak suka pamer, merasa sudah memiliki segala-galanya, dan dapat mengatur segalanya sesukanya. Kedua,  Sarwa Duwe Rumangsa atau “Serba Punya Rasa” menunjukkan perilaku yang penuh dengan belas kasih, bijaksana dalam semua hal, dan merasa bersalah atau berdosa, jika membuat susah orang lain. Sahabat, dalam bacaan kita pada hari ini,  tindakan  penuh  belas kasih  ditunjukkan oleh Tuhan Yesus kepada para murid. Saat itu, Tuhan Yesus sudah mengetahui bahwa  sudah waktunya  Dia meninggalkan dunia ini dan kembali kepada Bapa. Sungguh kasih Tuhan Yesus sangat besar kepada umat kepunyaan-Nya. Meskipun Dia mengetahui salah seorang dari antara para murid yaitu Yudas Iskariot akan mengkhianati-Nya,  namun,  Dia yang adalah Guru dan Tuhan  mau untuk merendahkan hati membasuh kaki para murid-Nya. Dengan membasuh kaki para murid, Tuhan Yesus ingin memberikan pengajaran tentang: Pertama, tindakan membasuh kaki adalah simbol untuk kematian Tuhan Yesus yang akan membersihkan dosa manusia. Tuhan Yesus sebagai Guru dan Tuhan yang akan memberikan keselamatan.  Ketika Tuhan Yesus bersama para murid di dalam perjamuan memperingati hari raya Paskah Yahudi, dalam tradisinya akan selalu ada hidangan atau olahan daging anak domba jantan. Hal tersebut sebagai pengingat ketika Allah akan membebaskan bangsa Israel dari perbudakan di Mesir (Keluaran 12:14). Selain itu Allah memberikan perintah, supaya bangsa Israel menyembelih anak domba jantan dan darahnya harus dibubuhkan pada ke dua tiang pintu dan ambang atas rumah-rumah orang Israel (Keluaran 12:7). Dengan begitu umat Israel terhindar dari hukuman Allah dan mendapatkan keselamatan serta bisa keluar dari tanah Mesir.  Tuhan Yesus sendiri yang akan menjadi domba Paskah, yang mengeluarkan manusia dari hukuman dosa dan memberikan keselamatan untuk umat kepunyaan-Nya. Kedua, tindakan membasuh kaki mengingatkan dan memberikan teladan kepada para murid. Bahwa setelah menerima Tuhan Yesus sebagai Guru dan Tuhan, para murid harus masuk di dalam sikap hidup yang baru yaitu meneladani Tuhan Yesus yang mau merendahkan hati dan melayani.  Sahabat, memiliki sikap Sarwa Duwe Rasa atau “Serba Punya Rasa” sungguh diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Apalagi bagi orang percaya, karena kita merupakan manusia yang penuh dengan dosa, yang sudah menerima keselamatan di dalam Tuhan Yesus. Dia sudah mau menunjukkan kasih-Nya kepada kita. Maka mari kita selalu menunjukkan sikap rendah hati dan mau melayani dengan rasa hormat dan penuh kasih kepada sesama. Haleluya! Tuhan itu baik. Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu pada hari ini? Apa yang Sahabat pahami pahami tentang Kamis Putih? Humble and Serve KAMIS PUTIH. Kamis Putih (Maundy Thursday) merupakan  bagian dari perayaan dalam masa Raya Paskah, yang diadakan satu hari sebelum Jumat Agung. Untuk tahun 2023 jatuh pada tanggal 6 April 2023. Perayaan Kamis Putih dikenal dalam peristiwa perjamuan malam Yesus bersama murid-murid-Nya dan pembasuhan kaki sebelum Dia menyerahkan diri-Nya untuk disalibkan.  Sahabat, ada dua unsur utama yang diperingati dalam liturgi Kamis Putih yaitu perjamuan malam terakhir (dan perintah untuk mengadakan perjamuan kudus) dan membasuh kaki sebagai simbol hamba yang melayani. Perjamuan malam tersebut memiliki makna pengucapan syukur dan peringatan akan Yesus dalam keselamatan oleh kematian-Nya.  Dalam rangka memperingati Kamis Putih, hari ini saya mengajak Sahabat untuk merenungkan Injil Yohanes dengan topik: “Humble and Serve (Rendah Hati dan Melayani)”. Bacaan Sabda diambil dari Yohanes 13: 1-17. Sahabat,  ada ungkapan dalam bahasa Jawa yang sangat menarik:  Rumangsa Sarwa Duwe dan Sarwa Duwe Rumangsa.  Dua kalimat ini dibolak-balik saja penulisannya, akan tetapi memiliki makna sangat jauh berbeda.  Pertama, kalimat Rumangsa Sarwa Duwe atau “Merasa Serba Punya” menunjukkan watak suka pamer, merasa sudah memiliki segala-galanya, dan dapat mengatur segalanya sesukanya. Kedua,  Sarwa Duwe Rumangsa atau “Serba Punya Rasa” menunjukkan perilaku yang penuh dengan belas kasih, bijaksana dalam semua hal, dan merasa bersalah atau berdosa, jika membuat susah orang lain. Sahabat, dalam bacaan kita pada hari ini,  tindakan  penuh  belas kasih  ditunjukkan oleh Tuhan Yesus kepada para murid. Saat itu, Tuhan Yesus sudah mengetahui bahwa  sudah waktunya  Dia meninggalkan dunia ini dan kembali kepada Bapa. Sungguh kasih Tuhan Yesus sangat besar kepada umat kepunyaan-Nya. Meskipun Dia mengetahui salah seorang dari antara para murid yaitu Yudas Iskariot akan mengkhianati-Nya,  namun,  Dia yang adalah Guru dan Tuhan  mau untuk merendahkan hati membasuh kaki para murid-Nya. Dengan membasuh kaki para murid, Tuhan Yesus ingin memberikan pengajaran tentang: Pertama, tindakan membasuh kaki adalah simbol untuk kematian Tuhan Yesus yang akan membersihkan dosa manusia. Tuhan Yesus sebagai Guru dan Tuhan yang akan memberikan keselamatan.  Ketika Tuhan Yesus bersama para murid di dalam perjamuan memperingati hari raya Paskah Yahudi, dalam tradisinya akan selalu ada hidangan atau olahan daging anak domba jantan. Hal tersebut sebagai pengingat ketika Allah akan membebaskan bangsa Israel dari perbudakan di Mesir (Keluaran 12:14). Selain itu Allah memberikan perintah, supaya bangsa Israel menyembelih anak domba jantan dan darahnya harus dibubuhkan pada ke dua tiang pintu dan ambang atas rumah-rumah orang Israel (Keluaran 12:7). Dengan begitu umat Israel terhindar dari hukuman Allah dan mendapatkan keselamatan serta bisa keluar dari tanah Mesir.  Tuhan Yesus sendiri yang akan menjadi domba Paskah, yang mengeluarkan manusia dari hukuman dosa dan memberikan keselamatan untuk umat kepunyaan-Nya. Kedua, tindakan membasuh kaki mengingatkan dan memberikan teladan kepada para murid. Bahwa setelah menerima Tuhan Yesus sebagai Guru dan Tuhan, para murid …