It’s not Easy Carrying the Cross

MEMIKUL SALIB. Dalam satu acara Pendalaman Alkitab, saya bertanya: Apa itu Memikul Salib?. Seorang peserta dengan lugas menjawab: Orang yang membawa berita yang tidak menyenangkan hati orang yang menerima beritanya. Sesungguhnya memikul salib merupakan syarat yang diwajibkan Tuhan Yesus bagi setiap orang yang mau mengikut-Nya. Salib adalah penderitaan yang Yesus tanggung demi menyelamatkan manusia berdosa. Itu adalah tanda ketaatan kepada Bapa-Nya. Jadi ketika Dia mengatakan bahwa kita harus memikul salib, artinya kita harus rela mengalami kesusahan, penderitaan atau kematian sekalipun, sebagai akibat ketaatan kita kepada-Nya. Memang salib kita bentuknya beragam. Dimusuhi karena kita tidak mau ikut dalam permufakatan jahat. Karir dihambat karena mayoritas pengambil keputusan bukanlah orang percaya. Kehilangan kenyamanan dan hak-hak tertentu karena kita percaya kepada Tuhan Yesus. Diejek karena kita berpegang pada nilai-nilai pengajaran Kristus, dan lain-lain. Memang menjadi pengikut Kristus itu tidak gampang. Penuh tantangan dan halangan. Namun semua itu tidak ada apa-apanya dibandingkan hidup kekal dan segala kebaikan yang disediakan-Nya bagi kita. Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab Yeremia dengan topik: It’s not Easy Carrying the Cross (Memang Tidak Mudah Memikul Salib). Bacaan Sabda diambil dari Yeremia 37:1-21. Sahabat, catatan sejarah berlanjut dari zaman Yoyakim hingga raja terakhir Zedekia. Ternyata keduanya setali tiga uang. Sama-sama menolak percaya pada pemberitaan firman. Zedekia lebih keterlaluan. Dia sendiri yang memanggil Yeremia karena minta didoakan, tetapi ia tidak mau mendengar dan mematuhi firman Tuhan sebagai syarat doa yang didengar. Ketika tentara Firaun berangkat dari Mesir, tentara Babel pergi dari Yerusalem (ayat 5). Kemudian, Yeremia menyampaikan firman kepada Raja Zedekia yang meminta petunjuk Tuhan, bahwa tentara Firaun yang telah berangkat untuk membantu Yehuda dalam menghadapi Babel akan kembali ke Mesir, dan kemudian tentara Babel akan datang lagi mengepung, bahkan menghanguskan Yerusalem dengan api (ayat 6-10). Sahabat, pada saat tentara Babel meninggalkan Yerusalem karena takut kepada tentara Mesir, Yeremia, yang waktu itu keluar ke Benyamin untuk urusan keluarganya, ditangkap (ayat 11-13). Yeremia dituduh mau menyeberang ke Babel sehingga ia dipukul dan dimasukkan ke dalam penjara. Yeremia tinggal lama di ruangan cadangan air di bawah tanah (ayat 14-16). Sungguh memprihatinkan, manusia sering hanya mau mendengarkan apa yang mau mereka dengar. Para pemuka Yehuda senang bahwa tentara Babel telah pergi karena takut kepada Mesir, dan tidak mau mendengarkan firman yang menyatakan bahwa Babel akan datang lagi, bahkan menghancurkan Yerusalem. Maka, Yeremia yang membawa berita negatif itu difitnah dan dimasukkan ke dalam penjara. Sahabat, memang tidak semua dari antara kita diberi karunia untuk menderita memiikul salib seperti Yeremia. Namun setiap kita memang harus siap untuk itu. Jadilah pemberita kabar baik yang berani menghadapi risiko penolakan bahkan penganiayaan. Tuhan akan memberi kekuatan yang kita perlukan. Penyertaan-Nya akan memampukan kita bertahan sehingga konsisten dalam pelayanan, dan dalam anugerah-Nya, kita boleh melihat petobat-petobat baru yang dimenangkan kepada Kristus. Haleluya! Tuhan itu baik. Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:1.Pesan apa yang Sahabat peroleh berdasarkan hasil perenunganmu pada hari ini?2.Apa yang Sahabat pahami mengenai memikul salib? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Mengalami kesusahan atau menderita karena menaati Kristus bukanlah sebuah aib, tetapi karunia Allah yang berharga dan mulia. (pg).

Rekat:There is RESTORATION in GOD (11 Maret 2023)

Bacaan Sabda: Yeremia 30:1-24 Dari hasil perenungan saya dari Bacaan Sabda, saya mendapatkan: 1.Pesan yang saya peroleh dari perenungan Firman Tuhan pada hari ini adalah : Jika kita masih ada sampai hari ini, itu membuktikan akan kasih Allah kepada kita. Allah itu Mahakasih dan Mahaadil, artinya Allah sangat mengasihi umat-Nya; namun di dalam kasih-Nya Dia juga menjatuhkan hukuman bagi mereka yang bersalah, seperti yang dialami oleh bangsa Israel ketika mereka memberontak kepada Tuhan, maka Allah menghukum mereka sampai di tempat pembuangan dengan tujuan untuk mendidik mereka agar mereka bertobat dan berbalik kepada jalan Tuhan. 2.Dari 24 ayat yang saya baca , ayat -ayat yang menghibur serta menguatkan iman saya yaitu: Ayat  3,8,9,11,17,18 dan 22. Tuhan akan mematahkan perbudakan di Babel, Tuhan juga akan membawa pulang umat-Nya ke Tanah Perjanjian serta Dia akan hadir di tengah-tengah bangsa Israel guna memulihkan hubungan dengan umat-Nya. Bangsa Israel juga dibuat bertambah banyak, sehingga akan ada sukacita yang besar di tengah-tengah orang Israel. Di sini jelas terlihat akan kasih Allah yang selalu membuka pengampunan bagi kita yang  bertobat serta mengakui kesalahan kita. (Swan Lioe).

The Burning of Jeremiah Prophecy Book

MENOLAK FIRMAN PENGHAKIMAN. Tuhan selalu ingin mempunyai umat yang mengikuti jalan-Nya, dan karena itu Dia selalu berfirman kepada umat milik kepunyaan-Nya.  Memang firman Tuhan tidak selalu menyenangkan hati manusia, yaitu ketika manusia berlaku tidak benar kepada-Nya, bahkan melawan-Nya. Sayangnya karakter manusia berdosa justru hanya senang mendengar kata-kata manis, tetapi tidak suka mendengar kata-kata penghakiman, meskipun Tuhan yang menyatakannya.  Bahkan orang percaya juga sering kali hanya mau mendengarkan firman yang menyenangkan hati mereka, lalu menolak mendengar firman yang menegur dan mengadili mereka. Kita harus sadar bahwa menolak untuk mendengar bukan berarti penghakiman tidak akan datang. Bahkan, yang mungkin terjadi adalah penghakiman akan diberikan dengan lebih berat jika kita masih terus menolak kesempatan untuk bertobat yang Tuhan bukakan. Kita harus sadar: jika Tuhan masih mau menegur, itu tandanya Tuhan masih bersabar dan membuka kesempatan bagi kita. Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab Yeremia dengan topik: The Burning of Jeremiah Prophecy Book (Pembakaran Kitab Nubuatan Yeremia). Bacaan Sabda diambil dari Yeremia 32:1-32. Sahabat, mulai pasal 36 sampai 45, catatan kitab Yeremia ini berbentuk sepenuhnya narasi sejarah yang memuncak pada kehancuran Yerusalem dan bait Allahnya (pasal 39). Lalu dilanjutkan kemudian dengan peristiwa-peristiwa sesudahnya. Yang unik dari kumpulan ini yaitu Barukh sebagai sekretaris Yeremia muncul di pasal 36 dan muncul kembali di pasal 45. Dalam bacaan kita pada hari ini, kita bertemu dengan kondisi keagamaan Yerusalem dan penduduknya, serta para pemimpinnya. Bisa dikatakan mereka religius karena melaksanakan puasa bersama (ayat 9). Namun kerohanian mereka sebenarnya kosong, sekadar ritual belaka. Ini terbukti dari sikap raja terhadap firman yang disampaikan oleh Yeremia, yang ditulis dan dibacakan oleh Barukh di bait Allah. Padahal berita firman membuka kesempatan untuk bertobat sebelum murka Allah dinyatakan kepada mereka (ayat 3 dan 7). Baik raja maupun para pegawainya bukan hanya mengabaikan kebenaran firman Tuhan itu. Malahan raja Yoyakim dengan berani MEROBEK dan MEMBAKAR gulungan firman itu TANPA RASA BERSALAH sedikit pun (ayat 23-24). Sahabat, sikap terang-terangan Yoyakim mewakili sikap penduduk Yerusalem yang bebal terhadap nubuat Yeremia yang terus dikumandangkan dan dibacakan kepada mereka. Mereka telah memutuskan untuk menolak ancaman Tuhan mengenai penghukuman, apalagi untuk bertobat. Maka di dalam catatan penutup pasal 36 ini, Yeremia kembali diperintahkan membacakan firman Tuhan (ayat 28) dan Barukh menuliskannya lagi (ayat 32). Ini menjadi sebuah kepastian bahwa penghukuman tidak akan dibatalkan. Yoyakim dan pengikut-pengikutnya akan menerima hukumannya (ayat 30-31). Bagaimanakah respons kita terhadap firman Tuhan? Apakah kita menyambut firman itu dan memberi diri kita untuk dididik dalam kebenaran? Ataukah kita mengabaikannya? RESPONS kita menentukan PERTUMBUHAN IMAN kita. Haleluya! Tuhan itu baik. Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:1.Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu pada hari ini?2.Apa yang Sahabat pahami tentang firman Penghakiman? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Menanggapi firman Tuhan dengan benar adalah dasar dari pertumbuhan iman. (pg).

WISE and SHINE

BERCAHAYA SEPERTI CAHAYA CAKRAWALA. Orang yang bijaksana adalah orang yang takut akan Tuhan, tidak hanya dalam pikiran tetapi di dalam hati dan perbuatannya. Orang-orang inilah yang akan menjadi saksi dan menuntun orang lain kepada Tuhan. Di akhir zaman, Tuhan sedang mencari orang-orang yang seperti Daniel yang mau menjadi terang dan bercahaya di tengah kegelapan dan membawa jiwa-jiwa kepada Tuhan. Untuk menjadi seperti Daniel tidak mudah dan berani membayar harga yang harus dibayar yaitu bertahan dalam masa kesesakan. Ketika kita mampu melewati masa kesesakan maka kita akan menjadi orang BIJAKSANA dan BERCAHAYA. Sahabat, Daniel telah melewati ujian demi ujian sehingga pada akhirnya Daniel dapat berkata bahwa orang-orang bijaksana akan bercahaya seperti cahaya cakrawala. Daniel muncul sebagai orang muda yang bercahaya di tengah kegelapan malam seperti bintang yang memancarkan sinarnya. Syukur kepada Tuhan hari ini kita dapat belajar dari bagian akhir dari kitab Daniel dengan topik: WISE and SHINE (BIJAKSANA dan BERCAHAYA). Bacaan Sabda diambil dari Daniel 12:1-13. Sahabat, Dalam alam pikir orang Israel, mereka memiliki penghayatan bahwa Mikhael adalah pemimpin dan pelindung surgawi. Pada masa Daniel, Mikhael muncul mendampingi umat Allah untuk menghadapi penderitaan yang tak terperikan (ayat 1). Bagi mereka yang berada dalam penderitaan, masih ada pengharapan dari Allah. Ia berjanji bahwa umat-Nya akan diluputkan dari kesesakan besar pada akhir zaman. Semua janji Allah telah dilihat oleh Daniel. Ia melihat bagaimana orang banyak yang tidur dalam debu tanah akan bangun mendapatkan hidup kekal. Namun, mereka yang sombong terhadap Allah akan mengalami kehinaan dan kengerian kekal (ayat 2). Sedangkan para orang bijaksana akan bercahaya seperti cakrawala. Mereka yang menuntun orang pada kebenaran akan bersinar seperti bintang-bintang sampai selamanya (ayat 3). Allah meminta Daniel menyembunyikan segala rahasia Firman yang telah didengar olehnya. Hal ini terkesan aneh karena biasanya sebuah penglihatan atau sesuatu yang membuat orang takjub akan mempersaksikan apa yang dialaminya ke mana-mana. Tetapi Allah meminta Daniel berdiam diri. Mungkin dengan diam, ia belajar rendah hati dengan pengalaman imannya. Dengan diam, orang lain akan menyelidiki firman Allah agar mereka juga mengalami perjumpaan dengan Allah yang hidup (ayat 4). Dengan terus-menerus menyelidiki firman Allah, banyak orang akan mengikut Allah hidup dalam kesucian, kemurnian, dan tahan uji (ayat 10). Pada akhir zaman, mereka yang setia akan beristirahat dan akan bangkit untuk mendapatkan kehidupan kekal (ayat 13). Daniel mengajarkan bahwa penderitaan ada dalam hidup manusia. Kesengsaraan itu dapat memurnikan umat Allah, menguatkan iman mereka, dan memisahkan orang-orang kudus dari orang-orang fasik. Kitab Daniel juga memberikan pengajaran bahwa tidak seorang pun yang telah dipilih Allah akan terhilang dalam kekekalan. Karena itu, marilah kita belajar setia kepada Allah dalam segala sesuatu dan belajar mengimani semua janji penyertaan-Nya. Tuhan rindu setiap kita, orang-orang yang sudah diselamatkan menjadi Daniel-Deniel di akhir zaman yang bercahaya dan membawa jiwa-jiwa kepada kebenaran. Haleluya! Tuhan itu baik. Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:1.Pesan apa yang Sahabat peroleh dari perenunganmu pada hari ini?2.Apa yang Sahabat pahami tentang bercahaya? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Berbahagialah jika kita takut akan Tuhan, sebab kita disebut orang bijaksana. (pg).

Life in Faithfulness

SETIA. Di Zaman Now, salah satu karakter yang tidak mudah ditemukan dalam diri seseorang adalah setia. Karakter setia ini sangat penting di dalam hidup kita, khususnya dalam membangun relasi dengan sesama dan Tuhan. Di zaman yang sangat mengedepankan hedonism, jarang sekali orang mau setia ketika apa yang diharapkan tidak menjadi kenyataan.  Orang mau setia apabila ada upah!  Inilah kenyataan yang mesti kita hadapi saat ini.  Sesungguhnya kesetiaan merupakan salah satu karakter penting yang harus dimiliki semua orang, sebab dalam hubungan dengan sesama, rumah tangga, bisnis, pekerjaan, terlebih-lebih dalam hubungan dengan Tuhan dan pelayanan, kesetiaan sangatlah diperlukan.  Semua orang percaya tahu bahwa kesetiaan merupakan bagian dari buah Roh  (Galatia 5:22-23). Sahabat, memang tak mudah menjadi orang yang setia!  Ketika berada dalam situasi baik, enak dan nyaman, merupakan hal yang gampang.  Namun bagaimana ketika  perahu  kehidupan kita sedang dihantam oleh ombak, gelombang dan badai dahsyat?  Masihkah kita berlaku setia di hadapan Tuhan?  Terkadang orang menyatakan komitmen untuk setia mengiring Kristus dan melayani Dia dengan sungguh-sungguh, namun dalam praktiknya kadang kita diperhadapkan dengan gunung permasalahan yang menghadang laju kita untuk tetap setia dengan komitmen yang telah kita ikrarkan. Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab Yeremia dengan topik: Life in Faithfulness (Hidup dalam Kesetiaan). Bacaan Sabda diambil dari Yeremia 35:1-19. Sahabat, kisah kaum Rekhab ini secara kronologis sesungguhnya tidak menyambung dengan kisah ketidaksetiaan Zedekia di perikop sebelumnya. Kisah Rekhab terjadi sebelum masa pemerintahan Zedekia, yaitu pada masa Yoyakim (ayat 1). Akan tetapi, oleh Yeremia sengaja ditaruh berdampingan sebagai alat pembanding, sekaligus pembuktian betapa raja ZEDEKIA adalah seorang yang TIDAK SETIA. Kaum Rekhab tidak termasuk suku-suku Israel. 1 Tawarikh 2:55 menjelaskan bahwa kaum Rekhab itu keturunan dari suku Keni, yaitu suku dari mertua Musa. Yonadab bin Rekhab rupanya pernah menjadi penyokong raja Yehu yang dipakai Tuhan untuk menghukum Ahab dan keturunannya dari dinasti kerajaan Israel Utara (2 Raja-Raja 10:15-31). Kaum ini bukan bangsawan dan tidak berstatus sosial tinggi. Mereka rupanya suku yang semi nomaden, berpindah-pindah tempat sesuai kebutuhan hidup mereka dalam beternak. Di bawah kepemimpinan Yonadab, kaum Rekhab pernah berkomitmen untuk tidak minum anggur. Komitmen ini kemudian DIJALANKAN DENGAN SETIA oleh mereka, TURUN TEMURUN. Betapa kontras kaum Rekhab dalam kesetiaan mereka memegang teguh komitmen mereka kepada nenek moyang mereka, dibandingkan dengan kesetiaan tipis Zedekia, dan juga pemimpin-pemimpin umat dalam menaati Taurat Tuhan. Itulah sebabnya, setelah vonis dijatuhkan kepada Zedekia, para pemimpin, maupun penduduk Yerusalem, berkat justru dicurahkan kepada kaum Rekhab. Tuhan memberi kepercayaan kepada mereka untuk TERUS MENERUS dan TURUN TEMURUN MELAYANI TUHAN. Sahabat, apakah kita termasuk umat Tuhan yang setia kepada firman-Nya, setia hanya mengikut dan menyembah Tuhan? Bisakah kita dibandingkan dengan kaum Rekhab atau justru kelakuan kita lebih mirip dengan Zedekia? Kiranya Tuhan menolong kita semua menjadi umat yang setia walaupun tantangan untuk itu besar, berat dan dasyat. Tuhan akan menyertai kita, dan Dia pasti memberkati kita. Haleluya! Tuhan itu baik. Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:1.Pesan apa yang Sahabat peroleh dari bacaan kita pada hari ini?2.Apa yang Sahabat pahami tentang setia? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Ketika kita memilih untuk tetap setia kepada Tuhan, ada faedah yang kita terima, yaitu penyertaan Tuhan sepanjang masa sampai kepada keturunan kita. (pg).