FALSE HOPE

PEMBERI HARAPAN PALSU (PHP). Menurut Wikipedia, harapan merupakan kepercayaan akan sesuatu yang diinginkan akan didapatkan atau suatu kejadian akan berbuah kebaikan di waktu yang akan datang. Harapan ini berbentuk abstrak namun diyakini. Kalau kita bergaul dengan komunitas milenial, kita akan sering mendengar jargon Pemberi Harapan Palsu yang disingkat PHP. PHP  atau dalam bahasa Inggris dikenal juga sebagai false hope merupakan harapan yang dibuat seseorang yang dianggap akan menjadi kenyataan tapi ternyata si pemberi sebetulnya berbohong atau berpura-pura alias nggak menjadi kenyataan seperti yang kita inginkan. Bagaimana tanda-tanda kalau SI DIA adalah Si Pemberi Harapan Palsu? Banyak tanda yang dimilik para pemberi harapan palsu. Salah satu yang paling mencolok,  Si Pemberi Harapan Palsu tidak  suka berkomitmen. Ia ingin dekat denganmu tapi tidak  mau memiliki hubungan yang jelas. Kurang lebih hubungan kalian akan terus berada dalam friendzone (Zona teman).  Ada batas seharusnya antara teman dan orang spesial. Hati-hati biasanya si pemberi harapan palsu ini senang bersembunyi di balik arti kata teman dekat. Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab Yeremia dengan topik: “FALSE HOPE (HARAPAN PALSU)” Bacaan Sabda diambil dari Yeremia 27:1-22. Sahabat, apa dasar dari harapan yang dimiliki seseorang? Pengharapan membutuhkan kepastian sebagai landasannya sehingga itu tidak menjadi harapan semu dan palsu. Nabi Yeremia dipanggil oleh Tuhan untuk mewartakan betapa semunya pengharapan Yehuda dan bangsa-bangsa sekitarnya pada masa itu. Mereka bersatu untuk melawan penindas mereka (ayat 3), tetapi akankah mereka memerhatikan seruan nabi Allah? Sahabat, sesungguhnya Tuhan memerintahkan Yeremia untuk mewartakan peringatan kepada raja-raja dari beberapa kerajaan yang datang menemui raja Yehuda, yaitu Zedekia, yang hendak bersekongkol demi melawan Kerajaan Babilonia (ayat 4-7). Namun, para raja itu dan raja Yehuda memilih mengabaikan nubuat Yeremia (ayat 8-22). Dengan jelas Nabi Yeremia menunjukkan betapa BERBAHAYANYA  tindakan meletakkan PENGHARAPAN BUKAN PADA ALLAH. Ketika pengharapan diletakkan pada sesuatu atau seseorang selain Allah, maka PENGHARAPAN  itu tidak akan memiliki LANDASAN KUAT.  Hanya Tuhan yang layak menjadi landasan pengharapan karena Ia mengetahui apa yang terjadi di masa lalu, masa kini, dan masa depan. Kemahatahuan Tuhan membuat Dia MENGENALI JALAN SEJARAH HIDUP MANUSIA. Sahabat, Tuhan memperingatkan orang percaya untuk tidak mendengar nubuat nabi palsu (ayat 16-18). Ketika umat memilih untuk mendengarkan para nabi palsu, mereka akan mengalami akibat dari pengharapan palsu yang mereka yakini, yaitu kegetiran dan kepahitan hidup. Ketika kesulitan itu menimpa, mereka tidak akan dapat melarikan diri dari realitas yang mencekam mereka. Pada saat itulah mereka akan berpikir: “Seandainya saja kami mau memerhatikan seruan nabi Allah!” Sesungguhnya manusia diciptakan oleh Tuhan dan DIPANGGIL  untuk MELAYANI TUHAN  dengan cara mengenali kebenaran dari-Nya. Di sini kita perlu waspada, dan jeli dalam memilah jalan hidup yang hendak kita pilih. Sungguh lebih baik untuk hidup dalam pengenalan akan Allah yang sejati, serta memerhatikan panggilan dan peringatan-peringatan-Nya! Haleluya! Tuhan itu baik. Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Pesan apa yang Sahabat peroleh dari perenunganmu pada hari ini? Apa yang Sahabat pahami dari ayat 18-20? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Tuhan tidak pernah membiarkan kita bergumul seorang diri, Dia sangat peduli dan sanggup memberikan pengharapan yang pasti dan tidak pernah mengecewakan! (pg).

STRONG FAITH

KUKUH KUAT. Pada tahun 1837,  tiga orang pemuda Methodis dari Inggris (James Calvert, John Hunt, dan Thomas Jaggar) memutuskan pergi ke Pulau Fiji sebagai misionaris bersama dengan ketiga istri mereka. Masyarakat Pulau Fiji pada masa itu masih kanibal. Dalam perjalanan, kapten kapal yang membawa mereka ke pulau tersebut mencoba membujuk mereka dan berkata kepada salah seorang dari mereka, “Calvert, kamu akan kehilangan nyawamu dan orang-orang yang bersamamu jika pergi ke tengah-tengah orang-orang yang ganas itu.” Tetapi Calvert menjawab, ”Kami telah mati sebelum kami datang ke sana.” Apa yang dilakukan oleh anak-anak muda tersebut merupakan salah satu jawaban doa John Wesley, pendiri dari gerakan misi yang menaungi mereka, yang pernah berkata, ”Give me a hundred men who love God with all their hearts and fear nothing but sin, and I will move the world.” Ketiga pasang pemuda Inggris ini merupakan contoh orang yang mencintai Tuhan dengan sepenuh hati dan tidak takut apa pun, berani membayar harganya untuk taat kepada Allah, sekalipun risikonya adalah kehilangan nyawa. Itulah gambaran mereka yang memiliki iman yang kukuh kuat. Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab Daniel dengan topik: “STRONG FAITH (IMAN yang KUKUH KUAT)”. Bacaan Sabda diambil dari Daniel 3:1`-30 dengan penekanan pada ayat 18. Sahabat, Apa reaksi seseorang ketika hidup dalam tekanan dan ancaman, apalagi ini berhubungan dengan nyawa?  Pasti akan mengalami ketakutan yang luar biasa, pasrah dan mungkin akan memilih untuk berkompromi daripada harus menanggung risiko.  Tapi hal tersebut tidak dilakukan oleh Sadrakh, Mesakh dan Abednego, rekan-rekan Daniel.  Meski hidup dalam tekanan dan ancaman di Babel ketiga pemuda ini tidak melepaskan kepercayaannya dan kemudian menyangkal Tuhan seperti yang dilakukan oleh kebanyakan orang di zaman sekarang ini.  Iman mereka tetap kuat kuat. Mereka tetap teguh pendirian dan tidak terbawa arus! Dengan penuh keberanian ketiga pemuda itu memberikan kesaksian tentang kesetiaan mereka kepada satu-satunya Allah yang benar. Suatu ketika  Raja Nebukadnezar membuat sebuah patung emas yang tingginya enam puluh hasta dan lebarnya enam hasta yang didirikannya di dataran Dura di wilayah Babel  (ayat1), dan memberi titah bahwa siapa pun yang tidak mau menyembah kepada patung, mereka akan dilemparkan ke dapur perapian yang menyala-nyala (ayat 5-6).  Karena ketiga pemuda itu tidak turut serta menyembah patung buatan raja, orang-orang Kasdim pun melaporkannya kepada raja sehingga raja memerintahkan supaya tiga pemuda itu dilemparkan ke dapur perapian.  Jawab ketiga pemuda itu,  “Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu, ya raja; tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu.”  (ayat 17-18).  Jawaban tersebut menimbulkan kegeraman yang luar biasa dalam diri raja sehingga tungku perapian pun dibuat 7 kali lebih panas dari yang biasanya (ayat 19). Sahabat, apa yang terjadi?  Ketiga pemuda itu sama sekali tidak hangus terbakar oleh api yang menyala-nyala, padahal orang-orang yang mengangkat mereka hangus terbakar (ayat 22).  Melalui peristiwa itu nama Tuhan ditinggikan dan dipermuliakan;  dan sejak saat itu raja Nebukadnezar mengeluarkan titah baru yaitu rakyat Babel tidak boleh melakukan penghinaan terhadap Tuhan-nya Sadrakh, Mesakh dan Abenego!  Haleluya! Tuhan itu baik. Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Pesan apa yang Sahabat peroleh melalui perenunganmu pada hari ini? Apa yang Sahabat pahami dari ayat 16-18? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Tantangan yang sukar merupakan kesempatan untuk memberikan kesaksian kesetiaan dan keteguhan iman. (pg).

Don’t be like SILO CITY

KOTA SILO. Silo disebutkan pertama kali dalam Alkitab di  kitab Yosua dan kitab Hakim-hakim. Kota itu terletak di sebelah utara Betel, sebelah timur jalan raya Betel ke Sikhem, dan di sebelah selatan Lebona, di pegunungan Efrain. Pada masa awal, Silo merupakan ibukota keagamaan Israel selama 300 tahun, sebelum akhirnya pindah ke Yerusalem. Silo disebutkan sebagai tempat berkumpulnya orang Israel setelah mereka menaklukkan tanah Kanaan dan berpindah dari Gilgal. Di Silo terdapat Kemah Pertemuan atau Tabernakel pada awal penaklukan tanah Kanaan, dan itulah tempat Kudus utama bagi orang Israel selama zaman hakim-hakim. Silo menjadi tempat perkemahan seluruh bangsa Israel untuk terakhir kalinya selama perjalanan di padang gurun. Silo menjadi suatu pusat keagamaan suku-suku pada abad ke-12 SM. Di dalam naskah-naskah tertua, disebutkan bahwa Silo menjadi tempat tinggal Tabut Allah, di dalam penjagaan keluarga Imam Eli. Silo adalah tempat suci dan mempunyai imam-imam. Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab Yeremia dengan topik: “Don’t be like SILO CITY (Jangan Sampai Seperti KOTA SILO)”. Bacaan Sabda diambil dari Yeremia 26:1-24. Sahabat, mungkin ada diantara Sahabat yang  bertanya-tanya, “Ada apa dengan Silo?” Mengapa Silo menjadi contoh ketidaktaatan Yerusalem kepada Tuhan? Padahal Silo menjadi tempat berdiamnya Kemah Pertemuan (Yosua 18:1) dan menjadi pusat peribadatan umat Israel pada masa hakim-hakim (1Samuel 1:3). Namun pada masa imam Eli, yang merupakan salah satu hakim terakhir Israel, Silo mendapat nama buruk. Di sanalah rumah Tuhan dinodai oleh kedua putra imam Eli yang jahat. Juga, penyalahgunaan tabut Tuhan yang diperlakukan sebagai berhala untuk berperang melawan Filistin. Tuhan murka dan membiarkan tabut itu dirampas musuh, pasukan Israel dikalahkan, dan kedua putra Eli mati (1Samuel 4:1-11). Silo melambangkan kegagalan Israel untuk setia kepada Tuhan, dan tempat ibadah yang dinajiskan (Mazmur 78:60). Sahabat, Tuhan melalui Yeremia mengingatkan bangsa Israel agar tidak mengalami hal buruk seperti Kota Silo (ayat 2-6). Mereka yang mendengar, baik para imam, para nabi, dan seluruh rakyat rupanya mengetahui apa yang telah terjadi dengan Kota  Silo. Sayangnya, alih-alih bertobat, mereka malah berencana untuk menangkap dan membunuh Yeremia (ayat 8 dan 11). Bahkan nabi Uria bin Semaya, walau sempat melarikan diri, dihukum mati oleh sang raja yang jahat karena nubuatnya serupa dengan pemberitaan Yeremia (ayat 20-23). Syukur kepada Tuhan, tidak semua orang menolak pemberitaan Yeremia. Para pemuka dan seluruh rakyat dapat diinsyafkan Yeremia sebab pemberitaannya berasal dari Tuhan sendiri. Mereka diingatkan bahwa nabi Mikha pun pernah bernubuat yang serupa, dan raja Hizkia justru bertobat mewakili seluruh rakyat Yehuda (ayat 18-19), sehingga Tuhan pun urung menghukum umat-Nya saat itu, dan Yerusalem diluputkan dari Sanherib (2 Raja-Raja 19). Sahabat, bagi mereka yang TIDAK BERTOBAT  seperti Yerusalem atau Silo, tangan Tuhan TERACUNG! Bagi mereka yang bertobat, Tuhan akan mengampuni dan memulihkan. Pilihan memang ada di tangan Sahabat dan saya, tetapi hukuman dan penghargaan ada di tangan Tuhan. Manakah yang kita pilih? Haleluya! Tuhan itu baik. Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu pada hari ini? Apa yang Sahabat pahami dari ayat 4-6? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Jika Tuhan memberi yang pahit kepada kita, Dia justru sedang mengasihi kita. (pg).

Be a HUMBLE Person

RENDAH HATI. Rendah hati merupakan sebuah  SIFAT (karakter)  sekaligus sebuah SIKAP (perilaku). Rendah hati disebut sifat karena rendah hati berada di wilayah pikiran dan hati yang berperan besar dalam menghasilkan perilaku manusia. Rendah hati disebut perilaku karena rendah hati harus terwujud dalam perilaku-perilaku tertentu yang oleh masyarakat umum dikenal sebagai tanda-tanda orang yang rendah hati.  Dengan demikian rendah hati  muncul apabila keduanya menyatu dan saling melengkapi seperti 2 sisi pada satu koin. Kita tidak dapat mengatakan seseorang itu rendah hati apabila kita tidak melihat perilaku-perilaku rendah hati dalam hidupnya. Sebaliknya, kita juga tidak serta merta dapat menyimpulkan bahwa seseorang itu rendah hati melalui perilaku-perilakunya karena ada kemungkinan sikap atau perilakunya itu merupakan suatu rekayasa dan bukan merupakan dorongan alamiah dari hatinya. Di tengah zaman yang penuh kompetisi seperti saat ini, sangatlah sulit untuk menemukan orang yang rendah hati. Bahkan, ada sebagaian orang berpendapat bahwa rendah hati sudah tidak relevan lagi dengan situasi dan kondisi saat ini karena dianggap sebagai salah satu penghalang keberhasilan, sehingga rendah hati mulai ditinggalkan oleh sebagian orang. Keinginan sebagian besar orang untuk “menjadi seseorang” dan menolak untuk menjadi “bukan siapa-siapa” diduga menjadi pemicunya. Ada dorongan yang sangat kuat dalam diri setiap orang untuk menjadi penting, menjadi berarti dan mendapat pengakuan dari lingkungan sekitarnya. Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab Daniel dengan topik: “Be a HUMBLE Person (Menjadi Orang yang RENDAH HATI)”. Bacaan Sabda diambil dari Daniel 2:1-49 dengan penekanan pada ayat 46-49. Sahabat, sebuah keberhasilan selalu disambut dengan sukacita. Setelah Daniel berhasil menafsirkan mimpi Nebukadnezar, semua orang bergembira. Di sini kita dapat membayangkan ekspresi sukacita kaum bijak yang luput dari kematian dan kelegaan yang didapatkan oleh raja atas terjawabnya mimpi tersebut. Demikian pula dengan Daniel yang ikut serta merasakan sukacita semua orang. Sukacita dan kelegaan mendorong Raja Nebukadnezar sujud dan menyembah Daniel (ayat 46). Tindakan raja sangat mengherankan. Mengapa Daniel yang manusia biasa disembah dan disediakan kurban serta bau-bauan. Apakah dia sudah diperlakukan sebagai Allah? Sebagai orang Yahudi, semestinya Daniel menolak hal itu. Sebab di mata orang Yahudi penyembahan itu hanya diperuntukkan kepada Allah. Di sini kita perlu melihat dengan jeli dan menafsirkan tindakan Nebukadnezar sebagai pengakuan pribadi bahwa Allah Daniel adalah Allah yang hidup. Di mata Nebukadnezar, Allah Israel mengatasi segala allah yang ada di dunia. Ia adalah Allah yang berkuasa atas segala raja dan berkuasa memberi dan menyingkapkan segala rahasia (ayat 47). Sahabat, sebagai imbalan atas jasa Daniel, raja menganugerahkan banyak hadiah dan memberikan kewenangan kepada Daniel untuk menjadi penguasa di seluruh wilayah Babel (ayat 48). Siapakah yang tidak gembira mendapatkan anugerah yang berkelimpahan? Yang terjadi adalah Daniel menyerahkan dan memercayakan kekuasaan dari raja kepada para sahabatnya (ayat 49). Mungkin kita bertanya, mengapa Daniel menolak kekuasaan itu? Karena semua kerajaan di dunia tidak abadi dan akan hancur seperti makna mimpi Nebukadnezar. Hanya kerajaan Allah saja yang akan berdiri tegak dan abadi. Alasan inilah yang menjadi dasar pertimbangan Daniel. Keputusan Daniel merupakan cermin kerendahan hati. Sikap tersebut memperlihatkan bahwa semua kekayaan dan kekuasaan dunia bersifat fana. Sebab yang kekal hanyalah Allah dan kerajaan-Nya. Sikap ini mengantar kita untuk memuliakan-Nya. Maukah Sahabat dan saya  menjadi orang yang rendah hati. Haleluya! Tuhan itu baik. Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu pada hari ini? Apa yang Sahabat pahami dari ayat 20? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Hidup makin bijaksana dalam segala keadaan dan situasi sehingga kita mampu hidup benar sekalipun dunia sekitar kita cemar. (pg).