Ia memberi seluruh nafkahnya. Meme Firman Hari Ini (12 Februari 2023)
Memelihara diri daripada kesukaran. Meme Firman Hari Ini (11 Februari 2023).
Berbahagialah orang yang DIAMPUNI pelanggarannya. Sapaan Kekariban Hari Rabu Abu (22 Februari 2023)
ReKat: The Price of A Life Call Commitment (07 Februari 2023)
Bacaan Sabda: Yeremia 15:10-21 Dari hasil perenungan saya dari Bacaan Sabda, saya mendapatkan: Pesan yang saya peroleh: Pergumulan hidup merupakan bagian dari kehidupan orang percaya. Tak ada seorangpun yang tidak pernah mengalami pergumulan dalam kehidupannya. Jangan lupakan Tuhan, saat kita mengalami pergumulan, sebab Tuhan sanggup untuk melepaskan dan membebaskan kita dari pergumulan yang berat. Jangan sekali-kali kita menyelesaikan pergumulan seorang diri! Pemahaman saya atas ayat 19-21: Nabi Yeremia mengalami pergumulan yang sangat berat ketika dia menyampaikan berita penghukuman kepada bangsanya, karena mereka menjadi marah dan menolak firman Allah yang disampaikan Yeremia kepada mereka. Dalam keadaan seperti itu, Yeremia tidak meninggalkan panggilannya. Syukur dalam ketakutannya, Yeremia tidak melupakan Tuhan. Kemudian Tuhan menjamin akan membebaskan Yeremia dari pergumulannya, mengembalikan hak-haknya, melindunginya dari musuhnya. Bagi kita yang hidup pada saat ini, pergumulan hidup harus kita hadapi dengan berdoa dan bersyukur. Sekalipun jawaban Tuhan kadang tidak sesuai dengan harapan kita, namun janganlah kita menjadi kecewa serta melupakan Tuhan, sebab Tuhan tak pernah meninggalkan kita untuk bergumul sendiri. (Swan Lioe).
The Word of God is Like FIRE
KEGUNAAN API. Pada waktu saya masih duduk di bangku SD, ada tebakan yang berbunyi: Kalau kecil menjadi kawan, kalau besar menjadi lawan. Apa itu? Jawabnya: Api. Sesungguhnya api berguna untuk menghangatkan, memberi cahaya, juga memasak. Api menolong manusia dari serangan binatang buas. Api membentuk besi menjadi pisau. Api mengeraskan tanah liat dan memurnikan emas. Api juga melelehkan lilin, membakar habis ranting kering. Api menjadi sahabat yang berguna bagi hidup manusia, namun dapat pula menjadi musuh yang merupakan sumber bahaya. Tuhan mengibaratkan Firman-Nya laksana api. Dalam Perjanjian Lama, Hukum Taurat ibarat api yang menyala. Dalam Perjanjian Baru, Yesus mengatakan bahwa Ia datang untuk melemparkan api ke bumi (Lukas 12:49). Api Tuhan ini akan menimbulkan dampak yang berbeda bagi masing-masing pribadi, sebagaimana api memberi dampak yang berbeda terhadap benda yang dibakarnya. Firman Tuhan dapat memurnikan kehidupan, namun dapat pula menghanguskan dosa. Semua tergantung diri kita sendiri. Hari ini kita kembali belajar dari kitab Yeremia dengan topik: “The Word of God is Like FIRE (Firman Tuhan laksana API)”. Bacaan Sabda saya ambil dari Yeremia 23:25-32 dengan penekanan pada ayat 29. Sahabat, Kepada Yeremia, Tuhan menegaskan bahwa firman Tuhan itu seperti api, “Bukankah firman-Ku seperti api, demikianlah firman TUHAN …” (ayat 29) Api merupakan suatu reaksi kimia yang berlangsung cepat terhadap suatu material yang terjadi selama proses pembakaran kimiawi dan mampu menghasilkan panas dan cahaya. Api memiliki sifat yang sangat dinamis, penuh dengan gerakan percepatan dan membawa terang, tetapi sekaligus juga bisa menghanguskan dan menghancurkan. Api dapat terbentuk apabila terdapat 3 unsur penting yaitu panas, oksigen, dan bahan yang mudah terbakar. Kita mengakui bahwa api adalah salah satu faktor yang dapat mendukung kelangsungan hidup manusia sehari-hari: Sumber energi dan penerangan. Lalu apa yang dimaksudkan firman Tuhan laksana api? Salah satu fungsi api adalah memberi terang. Pada zaman dahulu, ketika belum ada penerangan listrik seperti sekarang ini, orang menggunakan api (obor, pelita, lentera) sebagai alat penerangan. Sahabat, dunia saat ini diliputi oleh kegelapan pekat, karena itu kita sangat membutuhkan terang untuk dapat melihat. Daud berkata, “Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku.” (Mazmur 119:105), dan “Bila tersingkap, firman-firman-Mu memberi terang, memberi pengertian kepada orang-orang bodoh.” (Mazmur 119:30). Adakalanya kita dihadapkan pada pergumulan hidup yang teramat berat, kita serasa tak berdaya menghadapinya , tak tahu harus berbuat apa, dan mau menyerah saja, namun ketika kita TINGGAL di dalam firman Tuhan, firman-Nya akan menerangi hati dan pikiran kita, sebab firman Tuhan adalah terang manusia, “Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya.” (Yohanes 1:5). Sahabat, fungsi lain api adalah memberi kehangatan. Ketika udara dingin mulai menyerang, biasanya orang akan menyalakan api membuat api unggun atau perapian dengan maksud untuk menghangatkan badan. Di negara-negara yang memiliki 4 musim, umumnya tiap-tiap rumah memiliki tempat pembakaran api (fireplace), supaya ketika musim dingin tiba mereka bisa menghangatkan tubuhnya di situ. Masalah, kesulitan, kesesakan, dan penderitaan seringkali membuat kita kehilangan semangat hidup, segala sesuatu menjadi dingin. Saat itulah kita butuh firman Tuhan! Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu pada hari ini? Apa yang Sahabat pahami dari ayat 25-29? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Nabi palsu berkata-kata dari dirinya sendiri, bukan dari Tuhan. Namun mengatasnamakan Tuhan untuk menyenangkan pendengarnya. (pg).
Great Suffer Brings to Repentance
KEPUTUSASAAN ALLAH. Yesaya pernah mengungkapkan keputusasaan Allah dalam mendisiplin umat-Nya, “Di mana kamu mau dipukul lagi, kamu yang bertambah murtad?… Dari telapak kaki sampai kepala tidak ada yang sehat: bengkak dan bilur dan luka baru, …” (Yesaya 1:5-6). Umat sudah dipukul sampai tidak ada bagian yang belum kena pukul, namun tetap tidak bertobat sampai Tuhan bertanya, “Di mana kamu mau dipukul lagi?” Itulah gambaran umat Tuhan yang berdosa, walau telah dihukum keras, babak belur, tetap tinggal dalam dosa-dosanya. Keterlaluan, Yesaya menggambarkan pengenalan umat terhadap Tuhan lebih parah daripada binatang. Lembu mengenal pemiliknya, keledai mengenal palungan yang disediakan tuannya, tetapi Israel tidak mengenal Tuannya. Tidak mengenal Tuhan berarti tidak taat. Umat yang berdosa sarat dengan kesalahan. Mereka itu keturunan yang jahat, menista Tuhan, dan membelakangi-Nya (Yesaya 1:3-4). Lebih jauh Yesaya menggambarkan kondisi umat akibat kedegilan hati mereka: Negeri mereka menjadi sunyi, putri Sion menjadi seperti pondok di kebun anggur, seperti gubuk di kebun mentimun dan kota yang terkepung. Jika bukan karena belas kasihan Tuhan, mereka sudah menjadi seperti Sodom dan Gomora (Yesaya 1:7-9). Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab Ratapan dengan topik: “Great Suffer Brings to Repentance (Penderitaan Besar Membawa Pertobatan)”. Bacaan Sabda saya ambil dari Ratapan 4:1-22. Sahabat, hukuman Tuhan yang dijatuhkan paling keras, membuat gambaran megah Yerusalem berubah total. Dulu bagaikan emas, sekarang sekadar tanah (ayat 1-2). Keadaan sengsara mereka digambarkan dengan kelaparan yang melanda penduduk Yerusalem. Bahkan orang tua berlaku kejam dan sadis terhadap anak-anaknya (ayat 3-4, dan 10), mereka yang biasa makan makanan mewah, kini mengais sampah untuk memuaskan lapar (ayat 5). Para pemimpin yang biasa hidup enak, menjadi kurus kering menanggung derita (ayat 7-8). Sahabat, hukuman Tuhan itu begitu dahsyat mengerikan (ayat 11-12).Para nabi dan imamlah yang paling bersalah akan keadaan runyam umat-Nya (ayat 13)! Mereka mengumbar darah umat, kini mereka menjadi terbuang, tercemar seperti orang kusta, ditolak di mana pun, termasuk oleh bangsa-bangsa sekeliling (ayat 14-16). Umat mencari pertolongan dari bangsa-bangsa lain, namun sia-sia (ayat 17), sebaliknya para musuh mengejar dan mengepung mereka (ayat 18-19). Berharap kepada pemimpin pun ternyata sia-sia (ayat 20). Syukur, Ratapan 4 ditutup dengan pengharapan, bahwa walau saat itu musuh berjaya atas mereka, misalnya Edom, itu sifatnya sementara. Para musuh akan dihukum Tuhan! (ayat 21 dab 22). Itu berarti umat Tuhan ada pengharapan diampuni dan dipulihkan. Kita memang belum sempurna dan masih jatuh bangun dalam dosa. Namun, janganlah melakukannya secara sengaja dan terus-menerus. Janganlah memakai ketidaksempurnaan kita menjadi alasan untuk melakukan dosa. Jika kita terus berjuang namun tetap jatuh dalam dosa, itu satu hal. Tetapi, hal yang berbeda adalah jika kita tidak mengindahkan perintah Tuhan dan terus-menerus berbuat dosa tanpa peduli betapa kebebalan kita telah mendukakan Tuhan. Hendaklah kita tidak menjadi bebal dan keras kepala di hadapan Tuhan. Sahabat, kalau saat ini mungkin ada diantara kita yang mengalami sengsara karena murka Allah atas dosa-dosa kita. Bersyukurlah! Hal itu menunjukkan Allah masih bermurah hati, memberikan kesempatan kepada kita untuk bertobat! Semoga kesengsaraan yang kita derita membawa kepada pertobatan. Haleluya! Tuhan itu baik. Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu pada hari ini? Apa yang Sahabat pahami dari ayat 21-22? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Sungguh, merupakan kenyataan yang memilukan bila umat Allah sudah tidak lagi bergantung dan berharap hanya kepada Tuhan-nya. (pg).
Disobedience of the Kings
MENJADI TELADAN. Usia tidak selalu menjadi faktor penentu seseorang dapat menjadi teladan. Orang yang sudah senior belum tentu dapat menjadi teladan, sebaliknya orang yang masih belia bisa saja menjadi teladan. Untuk dapat menjadi teladan juga tidak ditentukan oleh tingkat pendidikan seseorang, kekakayaan, dan posisi atau jabatannya. Sesungguhnya keteladanan tidak hanya sebatas pengertian, pembelajaran, atau pemahaman belaka. Keteladanan harus dinyatakan dan diperlihatkan sebagai sebuah gaya hidup, bukan hanya sebatas sebuah tindakan saja. Ada cukup banyak orang ingin memberi teladan dengan cara memerhatikan orang yang membutuhkan, namun sayangnya hanya sebatas retorika yang diperlihatkan dalam sebuah tayangan di televisi atau di radio, sebagai suatu acara atau program atau kampanye, dan bukan sebuah gaya hidup. Kita sebagai orang percaya harus dapat menjadi teladan, sehingga kita dapat benar-benar menjadi panutan. Hari ini kita akan melanjutkan untuk belajar dari kitab Yeremia dengan topik: “Disobedience of the Kings (Ketidaktaatan Raja-Raja)”. Bacaan Sabda saya ambil dari Yeremia 22:13-30. Sahabat, bacaan kita pada hari ini berisi nubuat kepada dua raja Yehuda, yaitu Yoyakim dan Konya. Kepada Yoyakim disampaikan teguran Tuhan karena ia memerintah secara lalim, hanya mencari untung sendiri, bahkan tega memeras dan menumpahkan darah orang lain. Karena itu, tidak akan ada orang yang meratapi kematiannya (ayat 18 dan 19). Kepada Konya juga disampaikan mengenai kesusahan yang akan ia alami, yaitu ia akan dibuang ke Babel dan tidak akan ada lagi keturunannya yang menjadi raja Yehuda (ayat 24-30). Yoyakim dan Konya adalah anak dan cucu dari Raja Yosia. Yoyakim menjadi raja menggantikan saudaranya, Yoahas, yang ditawan Firaun Nekho ke Mesir. Raja Yosia merupakan raja yang melakukan keadilan dan kebenaran (ayat 15 dan 16). Yosia juga melakukan pembaruan iman dan hidup keagamaan di Yehuda dan berbalik untuk beribadah hanya kepada Tuhan. Tidak pernah ada, baik sebelum dan sesudahnya, seorang raja Yehuda yang sepenuhnya mengasihi Tuhan seperti Yosia (2 Raja-Raja 23:25). Sayangnya, segala kebaikan dan kebenaran yang dilakukan Yosia TIDAK DITELADANI dan DIIKUTI oleh anak cucunya. Yoyakim dan Konya seharusnya memilih untuk menjadi raja yang baik seperti Yosia, tapi mereka justru memilih untuk mengabaikan keteladanan Yosia. Mereka memerintah menurut pandangan dan kehendak mereka sendiri. Itu semua membuat mereka jatuh ke dalam kejahatan dan penderitaan. Kata pepatah “buah jatuh tidak jauh dari pohonnya”, tetapi dalam hidup beriman sering kita jumpai hal yang tidak demikian. Memiliki orang tua yang baik dan berhasil, tidak menjamin anak-anaknya akan demikian. Begitu pula sebaliknya, memiliki orang tua yang lalim dan gagal, tidak berarti anak-anaknya akan demikian juga. Kita bertanggung jawab atas diri kita sendiri (bdk. Yeremia 31:29-30; Yehezkiel 18:1-32). Sahabat, dalam kehidupan ini ada banyak sekali teladan baik yang bisa kita lihat, pelajari, dan ikuti demi menjadi orang baik dan dikenan Tuhan. Entah dari orang lain, orang tua, sahabat, pimpinan, bahkan anak-anak. Karena itu pilihlah teladan yang baik, yang dapat memberi kehidupan dan keselamatan, serta sesuai dengan kehendak Tuhan! Haleluya! Tuhan itu baik. Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu pada hari ini? Apa yang Sahabat pahami dari ayat 21? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Jadilah teladan yang baik di mana pun kita berada: Di dalam keluarga, di lingkungan tempat tinggal, di sekolah, di kantor, dan di mana saja. (pg).