ReKat: DESTROYED to be BUILD (31 Januari 2023)

Bacaan Sabda: Yeremia 12:1-17 Dari hasil perenungan saya dari Bacaan Sabda, saya mendapatkan: Pesan yang saya peroleh: Tuhan berkehendak agar Israel konsisten menyembah dan bertaat hanya kepada-Nya, Tuhan yang hidup dan berkuasa. Mengapa Tuhan menyatakan hal itu kepada Yeremia? Israel telah menyimpang bahkan menyeleweng beribadah kepada illah yang tak bernyawa. Konsekwensinya, Tuhan bertindak menghajar, menghukum bahkan mengganjar Israel. Bagaimana caranya?  Tuhan mengizinkan Israel diserbu oleh bangsa lain. Demikianlah tindakan Tuhan kepada Israel yang tidak beribadah, dan tidak bertaat kepada-Nya. Jelas, tegas bahwa Tuhan tidak kompromi dengan Israel yang menentang-Nya. Sesungguhnya dibalik penghukuman itu, Tuhan menjanjikan pemulihan, memberkati jasmani dan rohani Israel, jika mereka bertobat dari penyembahan illah, kembali berbalik menyembah, beribadah kepada Tuhan. Pemahaman saya atas ayat 5 – 6: Tuhan menyatakan kepada Yeremia, bahwa ia seperti seorang  pelari yang sedang berlomba dengan seorang pejalan kaki. Seharusnya Yeremia menang berlomba lari dengan pejalan kaki. Namun sayang bahwa Yeremia dalam pertandingan tersebut, tidak menjadi pemenang. Belum lagi kalau Yeremia harus bertanding melawan kuda. Wah….wah, seperti pepatah : “Jauh panggang dari api”. Yeremia tak berdaya, tertinggal jauh. Sesungguhnya Tuhan menyadarkan Yermia, bahwa apa pun dan bagaimana pun yang sedang dialami Yeremia, belumlah seberapa berat. Mengapa demikian? Jelaslah bahwa sumber kekuatan, kemampuan berasal dari dari pada-Nya dan selalu tersedia untuk Yeremia, sehingga walau Yeremia menghadapi pergumulan yang berat sekalipun, dari pihak Tuhanlah yang memberi solusinya. (Haryono)

Love One Another as the NEW COMMANDMENT

HARI VALENTINE. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Hari Valentine adalah  hari penyampaian atau pernyataan pesan kasih sayang yang diperingati pada tanggal 14 Februari. Sejarah munculnya Hari Valentine datang dari seorang pendeta di Roma bernama Valentine. Diceritakan bawah Valentine dipukuli dan berakhir dipancung pada tanggal 14 Februari 278 Masehi. Bentuk eksekusi ini merupakan sebuah hukuman karena pendeta Valentine dianggap menentang kebijakan seorang Kaisar bernama Claudius II. Berdasarkan sejarah, Claudius II  dikenal sebagai seorang kaisar yang kejam setelah membuat Roma terlibat dalam berbagai pertempuran berdarah. Supaya Roma selalu menang dalam peperangan, Sang Kaisar harus  memiliki tentara yang kuat. Namun hal tersebut ternyata sulit untuk diwujudkan, karena menurut Sang Kaisar bala tentaranya enggan pergi ke medan perang karena terikat pada istri atau kekasih. Untuk mengatasi hal tersebut Claudius II melarang semua bentuk pernikahan serta pertunangan di Roma. Sahabat, pendeta Valentine  menentang kebijakan tersebut, ia berusaha secara diam-diam menikahkan pasangan muda. Tindakan tersebut diketahui Sang Kaisar dan pada akhirnya pendeta Valentine ditahan serta dihukum, kemudian tubuhnya dipukul hingga dipancung pada tanggal 14 Februari. Pada Hari Valentine,  hari ini, saya mengajak Sahabat untuk merenungkan  Injil Yohanes dengan topik: “Love One Another as the NEW COMMANDMENT (SALING MENGASIHI sebagai PERINTAH BARU)”. Bacaan Sabda saya ambil dari Yohanes 13:31-35 dengan penekanan pada ayat 34-35. Sahabat, dapatkah kita mengasihi sesama jika kita tidak pernah merasakan dan menerima kasih Allah? Untuk berbuat baik mungkin kita bisa melakukannya, orang lain pun juga bisa, tetapi kebaikan yang tidak didasarkan pada kasih Allah sesungguhnya hanyalah kebaikan semu. Sahabat, setelah Yesus berbicara tentang pengkhianatan, dan setelah Yudas dikuasai sepenuhnya oleh Iblis, Yudas segera melangkahkan kakinya untuk melakukan rencana jahat yang sudah disepakatinya dengan Iblis. Ia lebih memilih untuk mengikuti yang jahat daripada mengikuti nasihat Yesus dan panggilan kasih karunia-Nya. Karena itu, ia kehilangan bagian penting dari pembicaraan Yesus selanjutnya, yaitu tentang SALING MENGASIHI sebagai SESAMA MURID KRISTUS. Yesus memandang rencana jahat Yudas untuk menyerahkan-Nya kepada para pemimpin agama Yahudi dan penyaliban yang akan dihadapi-Nya sebagai cara Allah Bapa untuk memuliakan-Nya serta jalan bagi-Nya untuk memuliakan Allah Bapa (ayat 31-32). Coba kita cermati, sesungguhnya selain mengindikasikan keilahian-Nya, panggilan Yesus kepada para murid dengan sebutan “anak-anak-Ku” menunjukkan relasi yang erat dan dekat yang dibangun dan diprakarsai oleh Yesus. Karena Yesus yang memprakarsainya, relasi itu bersifat kekal. Yesus telah, sedang, dan akan terus mengasihi mereka. Karena itu, Dia MEMBERIKAN PERINTAH  supaya MEREKA SALING MENGASIHI  dengan standar yang Yesus berikan. SALING MENGASIHI  itulah yang akan menjadi IDENTITAS  mereka di tengah-tengah dunia, yaitu cara dunia mengenali mereka sebagai MURID-MURID YESUS (ayat 34-35). Sahabat, perintah ini BERLAKU  untuk SEMUA ORANG PERCAYA di SEPANJANG MASA, dalam kata lain kita, Sahabat dan saya serta semua orang yang berstatus sebagai anak-anak Allah. Kita yang telah ditebus dengan pengorbanan-Nya dan secara pribadi mengalami kasih Tuhan Yesus diberi kemampuan untuk mengasihi sesama dengan kasih dari surga. Kasih itu tidak hanya kita alami, namun kasih itu akan MENJADI BUKTI bahwa kita adalah MURID TUHAN YESUS.  Haleluya! Tuhan itu baik. Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Pesan apa yang Sahabat peroleh berdasarkan hasil perenunganmu pada hari ini? Apa yang Sahabat pahami dari ayat 31-32? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Tanpa kasih kehidupan kita tidak akan memuliakan nama Tuhan! (pg).

The Crushed Jar

YERUSALEM. Mengutip dari Wikipedia: Yerusalem  juga dikenal dengan nama Al-Quds (bahasa Arab) merupakan salah satu kota tertua di dunia, terletak di sebuah dataran tinggi di Pegunungan Yudea antara Laut Tengah dan Laut Mati. Kota ini dianggap suci dalam tiga agama Abrahamik (kelompok agama yang mengikuti ajaran dan menyembah Tuhan Abraham/Ibrahim): Yahudi, Kristen, dan Islam. Sepanjang perjalanan sejarahnya yang panjang, Yerusalem pernah dihancurkan setidaknya dua kali, dikepung 23 kali, diserang 52 kali, dan direbut serta direbut-kembali 44 kali.  Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab Yeremia dengan topik: “The Crushed Jar (Buli-Buli yang Diremukkan)”. Bacaan Sabda saya ambil dari Yeremia 19:1-15. Sahabat, Yerusalem adalah kota yang terhormat. Kota yang merupakan pusat peribadahan Israel. Namun dalam bacaan kita pada hari ini, Yerusalem yang dihormati, dinubuatkan akan seperti buli-buli yang hancur berkeping-keping, seperti periuk yang dipecahkan oleh sang panjunan. Itu semua karena mereka, orang Israel,  tak lagi percaya kepada Tuhan,  bahkan mereka membawa illah lain ke dalam kota mereka, bahkan mereka menyembah illah itu, menduakan Tuhan. Allah bukan hanya seperti tukang periuk yang membentuk ulang bejana yang rusak (pasal 18), tetapi Dia juga siap meremukkan bejana yang melambangkan bangsa Israel itu (pasal 19). Lagi-lagi, Yeremia diutus untuk menyampaikan dan memperagakan pesan Allah. Ia membeli sebuah buli-buli, lalu mengajak beberapa pemimpin senior Yehuda ke Lembah Hinom, ke altar Tofet, tempat ritual kafir pengorbanan anak dilakukan. Di situ, Yeremia membanting buli-buli sampai hancur (ayat 1-2, 10-14). Sahabat, seperti itulah yang akan dialami bangsa Yehuda karena telah meninggalkan Tuhan demi berhala serta membiarkan ketidakadilan merajalela (ayat 4-6). Ritual mempersembahkan anak sebagai korban bakaran merupakan kekejian luar biasa di mata Tuhan. Waktunya akan datang bagi bangsa Yehuda untuk mengalami kehancuran dan kematian yang mengerikan (ayat 7-9). Allah sendiri yang akan meremukkan bejana itu dengan mendatangkan malapetaka yang mengerikan (ayat 10-15). Teguran keras Allah di bacaan kita pada hari ini seharusnya dipandang oleh bangsa Yehuda sebagai peringatan, bukan ancaman. Ancaman keluar dari hati yang membenci, dan mengharapkan hal buruk terjadi, tetapi peringatan muncul karena kasih, agar malapetaka terburuk akibat kebebalan dosa Yehuda tidak dialami. Sayangnya, bangsa Yehuda justru menunjukkan reaksi negatif. Sahabat, terkadang kita menganggap bahwa Allah tidak mungkin menghukum kita karena Dia mengasihi kita. Jika kita pernah berpikir demikian, maka sesungguhnya kita tidak mengenal Allah. Allah tidak pernah main-main dengan perkataan-Nya. Jangan menunggu murka-Nya turun atas hidup kita. Cukuplah teguran dari Allah melalui firman-Nya, karena firman-Nya adalah YA dan AMIN! Marilah kita terus belajar mengenali suara Allah melalui firman yang kita baca setiap hari.  Segeralah bertobat dan kembali kepada Allah saat Allah mengajar kita melalui firman-Nya! Kesombongan dan kekerasan hati hanya akan mendatangkan hukuman dan murka dari Allah. Haleluya! Tuhan itu baik. Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu pada hari ini? Apa yang Sahabat pahami dari ayat 15? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Belajarlah untuk selalu memiliki hati yang siap belajar dan terbuka untuk dibentuk Tuhan. (pg).

Allowing GOD to SOVEREIGN our Lives

KEDAULATAN ALLAH. Entah sadar atau tidak terkadang kita melupakan adanya kedaulatan Allah. Kedaulatan Allah artinya  kekuasaan Allah secara penuh atas hidup kita. Secara sederhana  bisa diartikan bahwa kedaulatan Allah merupakan hak Allah untuk melakukan apapun yang Allah kehendaki atas hidup kita. Sebagai Allah yang menciptakan segala sesuatu dalam kehidupan manusia tentu tidak ada yang salah jika Allah memiliki kedaulatan atas semua ciptaan-Nya termasuk manusia. Maaf, kadang logika kita terbalik,  manusia melupakan hal tersebut bahkan seolah Allah-lah yang harus memenuhi kehendak kita sebagai manusia. Sahabat, ketika harapan dan keinginan kita tidak atau belum tercapai seringkali kita mengeluh dan tak jarang pula menyalahkan Tuhan. Contoh sederhana adalah pola pikir yang berharap bahwa ketika kita mengikut Tuhan dengan sungguh-sungguh, maka kita berharap suatu kehidupan yang bebas dari masalah dan pencobaan. Tentu saja pola pikir seperti itu kurang tepat. Selama kita ada di dunia ini, maka yang namanya persoalan, masalah, tantangan, halangan, dan pencobaan akan silih berganti menghampiri hidup kita. Tuhan Yesus sendiri ketika hidup di dunia dan  menjadi manusia mengalami berbagai cobaan dan pergumulan hidup. Terkadang ketika kita semakin sungguh-sungguh dengan Tuhan, kita belajar hidup benar dan kita belajar melayani Tuhan, justru persoalan datang silih berganti, cobaan menghampiri dan berbagai pergumulan mendera hidup kita. Pada saat seperti itu tidak jarang kita menyalahkan Tuhan atau setidaknya bertanya kepada Tuhan, “Mengapa semua ini terjadi?” “Apa salah dan dosaku?” Syukur kepada Tuhan kalau hari ini kita dapat belajar  bagian akhir dari kitab Ayub dengan topik: “Allowing GOD to SOVEREIGN our Lives (Mengizinkan Allah BERDAULAT atas HIDUP KITA)”. Bacaan Sabda saya ambil dari Ayub 42:1-6. Sahabat, Ayub adalah seorang yang saleh dan jujur. Takut akan Allah adalah landasan kesalehannya. Ia memiliki integritas moral dan komitmen sepenuh hati kepada Allah. Ia benar dalam pikiran, perkataan dan tindakannya. Allah sendiri mengakui kesalehan Ayub. Namun kesalehan itu tidak meluputkannya dari pencobaan. Bahkan Allah sendiri yang mengizinkan Iblis datang untuk mencobai Ayub. Allah juga tidak serta-merta membebaskan Ayub dari penderitaan. Ayub diizinkan-Nya jatuh sampai ke titik nadir kehidupannya. Dalam penderitaannya, Ayub masih saja setia kepada Allah. Ia tetap teguh dalam iman sekalipun harta miliknya habis ludes, semua anak-anaknya mati, tubuhnya ditimpa barah busuk. Bahkan saat istrinya menyuruhnya mengutuki Allah, Ayub masih bisa mengatakan: “… Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk? …” (Ayub 2:10). Namun demikian Allah seperti mengabaikan kesalehan itu. Penderitaan Ayub tak segera diambil dari padanya. Sahabat, Ayub beroleh pemulihan setelah ia mau merendahkan diri dalam penyesalan di hadapan Allah. Setelah ia mencabut perkataannya yang merupakan pembelaan diri atas ketidakberdosaannya selama ini. Ya, sesaleh bagaimanapunpun hidup manusia, di hadapan Allah ia tetap harus MENGAKUI KEDAULATAN ALLAH,  sebab hanya oleh karena anugerah Allah saja manusia dimungkinkan menjadi pribadi yang saleh dan benar. Pengakuan ini jugalah yang menjadi TANDA KEBERHASILAN AYUB  dalam mengalahkan Iblis. Sudahkah kita mengaku dan sungguh-sungguh MENGIZINKAN ALLAH BERDAULAT  atas hidup kita? Haleluya! Tuhan itu baik. Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu pada hari ini? Apa yang Sahabat pahami dari ayat 2? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Kadang kita diizinkan gagal supaya kita tidak sombong dan mengajar kita untuk berharap dan bergantung penuh kepada Tuhan dalam segala hal. (pg).