Tetap mengikuti jejak-Mu. Meme Firman Hari Ini (20 Januari 2023).
ReKat: Don’t Judge! (12 Januari 2023)
Bacaan Sabda: Ayub 20 : 1 – 29 Dari hasil perenungan saya dari Bacaan Sabda, saya mendapatkan: Pesan yang saya peroleh dari perenungan Firman Tuhan pada hari ini: Perkataan Zofar patut mendapat perhatian. Mengapa perlu perhatian? Perkataan Zofar yang disampaikannya itu dapat dikatakan mubazir, dangkal, tanpa makna. Itulah sebabnya perlu dikaji, dipertimbangkan, diperhatikan, karena kemungkinan bahwa penghakiman Tuhan itu ditunda untuk sementara waktu dan kemudian akan diberlakukan pada penghakiman kekal. Bisa saja terjadi bahwa di dunia yg sementara ini, orang melakukan kejahatan, kelihatannya berhasil dan berbahagia walau hasil-hasil yang diperolehnya itu dengan cara melanggar norma hukum, etik, dan sosial. Kesalahan fatal Zofar tidak bertobat, tidak memperbaiki kesalahan, dan tidak melihat realitas spiritual. Pemahaman dari ayat 12 – 14: Tuhan yang berotoritas, tidak berdiam diri terhadap tindakan, perbuatan mereka yang berlaku fasik. Tuhan justru akan bertindak menghukum orang fasik, orang yg berbuat dosa dan akan menimpakan kepada mereka semua perbuatan jahat yg telah mereka lakukan. Memang bisa saja kita berpendapat seakan-akan mereka dibiarkan berbuat tindak kejahatan, atau terkesan hukuman kepada mereka lambat. Namun sesungguhnya mereka sedang dibiarkan Tuhan mengalami dan merasakan penderitaan yang telah mereka perbuat kepada sesama. (Haryono)
Glorify God in Your Life
MEMULIAKAN TUHAN. Salah satu tujuan hidup orang percaya adalah memuliakan Tuhan dalam segala aspek kehidupan. Hidup yang memuliakan Tuhan adalah hidup yang menjadi berkat, kesaksian, dan teladan. Itulah suatu kehidupan yang berkualitas, kehidupan yang di atas rata-rata, bukan hidup yang biasa-biasa saja, bukan hidup yang terbawa oleh arus dunia. Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab Yeremia dengan topik: “Glorify God in Your Life (Mempermuliakan Tuhan dalam Hidupmu)”. Bacaan Sabda saya ambil dari Yeremia 13:1-27 dengan penekanan pada ayat 16-a. Sahabat, salah salah tugas manusia sebagai ciptaan TUHAN adalah memuliakan TUHAN. Hal itu ditegaskan Yeremia dalam ayat 16-a. Jika kita tidak mempermuliakan-Nya, maka TUHAN akan membuat hari menjadi gelap. Artinya, jalan hidup kita akan mengalami kekacauan, tidak terarah bahkan tidak bisa melangkah. Karenanya, mempermuliakan TUHAN merupakan tugas dan kewajiban kita agar perjalanan kita diterangi-Nya. Sahabat, Allah menegaskan bahwa salah satu dosa utama umat-Nya adalah kecongkakan dan kesombongan (ayat 9, 15, 17). Kecenderungan mencari kehormatan dan kemuliaan diri sendiri membuat mereka meninggalkan Allah, enggan mendengar dan menaati Allah, serta merasa mampu mengatur diri sendiri. Mereka tidak sadar bahwa mereka diciptakan dan dibentuk sebagai umat Allah untuk memuliakan Allah (ayat 16). Yeremia menjelaskan bahwa kehendak TUHAN yang harus kita lakukan adalah agar kita mempermuliakan TUHAN selama masih ada kesempatan atau waktu. Kapankah waktu yang kita miliki? Kita hidup di masa lalu, sekarang dan yang akan datang. Masa lalu sudah lewat atau lepas dari tangan kita, kita tidak bisa kembali ke masa lalu meski pun keadaan kita sekarang adalah akibat masa lalu kita. Masa yang akan datang belum menjadi milik kita dan belum tentu bisa kita miliki. Yang kita miliki hanya “sekarang”. Jadi, yang pasti adalah “sekarang” kita bisa mempermuliakan TUHAN atau tidak mempermuliakan TUHAN. Sahabat, selanjutnya melalui drama yang dilakonkan oleh Yeremia, Allah memperlihatkan bahwa umat-Nya hanya dapat memiliki kehormatan dan kemuliaan selama mereka melekat pada Allah, seperti ikat pinggang imam melekat pada pinggang sang imam. Akan tetapi, akibat kecongkakan mereka, ikat pinggang itu menjadi lapuk, rusak, dan tak berguna lagi (ayat 1-11). Parahnya, mereka tidak menyadari hal tersebut. Mereka seperti orang mabuk yang saling berbenturan kepala (ayat 12-14). Para pemimpin masih membanggakan kedudukan dan mahkota duniawi mereka (ayat 18), sehingga kehancuran yang sudah mengintip di depan mata pun tidak mereka gubris. Sahabat, tempat terindah bagi kita adalah melekat pada pinggang Allah, tempat memperoleh kemuliaan dari Allah. Sayang, masih ada cukup banyak orang percaya yang beranggapan bahwa kemuliaan dan kehormatan hanya terdapat dalam kekuasaan, ketenaran, dan kekayaan duniawi. Mereka mabuk oleh gemerlap dunia dan enggan untuk sungguh-sungguh mendengar dan menaati Allah. Drama ikat pinggang tersebut mengingatkan kita bahwa terlepas dari pinggang Tuhan, kita menjadi ikat pinggang yang lapuk dan tak berguna di hadapan-Nya. Haleluya! Tuhan itu baik. Berdasarkan hasil perenunganmu dari bac aan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu pada hari ini? Apa yang Sahabat pahami tentang ayat 11? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: “… TUHAN, adalah perisai yang melindungi aku, Engkaulah kemuliaanku dan yang mengangkat kepalaku.” (Masmur 3:4). (pg).
Unwhole Comprehension
PEMAHAMAN. Pemahaman berasal dari kata paham yang mempunyai arti mengerti benar, sedangkan pemahaman merupakan proses pembuatan cara memahami. Menurut Anas Sudijono (2011): Pemahaman (comprehension) adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain, memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai sudut. Sahabat, apakah Allah pernah berlaku curang? Tentu tidak pernah. Sebagai Allah, pastilah Dia tidak pernah berbuat curang dan bertindak tidak adil. Akan tetapi tetap saja ada orang yang berpikir bahwa Allah berbuat curang dan tidak adil terhadap dirinya. Pikiran atau anggapan seperti itu sering muncul pada saat seseorang mengalami penderitaan yang amat panjang. Akibatnya ia frustrasi dan menuding Allah sebagai bertindak tidak adil terhadap dirinya. Hal tersebut terjadi salah satunya karena pemahaman mereka tentang Allah tidak utuh. Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab Ayub dengan topik: “Unwhole Comprehension (Pemahaman yang Tidak Utuh)”. Bacaan Sabda saya ambil dari Ayub 34:1 – 35:16. Sahabat, bila ketiga sahabat Ayub yang lain (Elifas, Bildad, dan Zofar) menuduh Ayub secara membabi buta (tidak berdasarkan fakta), Elihu menyerang Ayub berdasarkan perkataan Ayub sebelumnya. Elihu mengkritik Ayub yang beranggapan bahwa Allah salah karena telah berlaku tidak semestinya terhadap dirinya dan bahwa tidak ada gunanya hidup berkenan kepada Allah (34:5-9). Elihu membela keadilan Allah dengan mengatakan bahwa Allah tidak bisa disebut curang karena Dialah yang menopang kehidupan di bumi ini (34:10-15). Allah adalah Pemegang kekuasaan yang tidak memihak siapa pun (34:16-20). Allah itu Mahatahu, sedangkan pengetahuan Ayub amat terbatas (34:21-37). Sahabat, sayangnya, Elihu juga membuat tuduhan yang berlebihan, yaitu dia mengatakan bahwa Ayub mencari persekutuan dengan orang-orang yang melakukan kejahatan dan bergaul dengan orang-orang fasik (34:8). Sesungguhnya bila Ayub mengeluh karena penderitaan hebat yang dialaminya, tidak perlu Elihu menuduh bahwa keluhan itu merupakan pengaruh pergaulan dengan orang jahat dan orang fasik. Walaupun benar bahwa Ayub berbicara tanpa pengetahuan, dan perkataannya tidak mengandung pengertian (34:35), tidak tepat bila Elihu mengatakan bahwa Ayub menjawab seperti orang-orang jahat (34:36). Perkataan Ayub disebabkan karena PENDERITAAN yang dialaminya, bukan karena PENGARUH PERGAULAN. Lebih lanjut dalam pasal 35, Elihu mencela Ayub yang membenarkan diri di hadapan Allah. karena sesungguhnya kebaikan atau kejahatan manusia tidak memengaruhi Allah, melainkan justru memengaruhi manusia. Dalam Ayub 35:16, Elihu mengatakan bahwa Ayub berbicara tanpa pengertian. Akan tetapi, sebenarnya, memang seluruh diskusi yang terjadi di antara Ayub dengan semua sahabatnya dilakukan tanpa pemahaman yang utuh! Elihu pun belum memiliki pemahaman yang utuh! Sahabat, saat berusaha memahami tentang penderitaan yang dialami manusia, kita harus menyadari bahwa pemahaman kita terbatas. Tidak mungkin kita memahami hikmat Allah secara utuh. Yang harus kita lakukan adalah memercayai bahwa Allah itu baik dan adil walaupun kebaikan dan keadilan Allah itu tidak kita pahami seutuhnya. Saat Sahabat mengalami keadaan yang buruk, apakah masih bisa tetap memercayai Allah? Sesungguhnya saat kita bertemu dengan Tuhan Yesus, barulah semua hal menjadi sangat JELAS, sangat GAMBLANG. Haleluya! Tuhan itu baik. Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu pada hari ini? Apa yang Sahabat pahami dari Ayub 34:10? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Tuhan memiliki kedaulatan penuh, ketegasan, dan keadilan. Tetapi, Ia juga mempunyai kebijaksanaan yang tidak terjangkau oleh akal budi manusia. (pg).