A Wide-Open Life Before God
TERHEMPAS DARI PUNCAK KEJAYAAN. Itulah gambaran orang-orang yang tiba-tiba mengalami perubahan drastis. Sahabat, keadaan Ayub yang terpuruk dalam Ayub 30 amat kontras dengan keadaan masa jaya yang diuraikan dalam Ayub 29. Sebelumnya, Ayub adalah seorang yang memiliki keluarga harmonis, kaya, dan amat terhormat (pasal 29). Akan tetapi, malapetaka membuat dia kehilangan segala-galanya. Dari keadaan amat terhormat, dia menjadi orang yang hina: Miskin, diremehkan, dan ditertawakan. Ayub merasa ditinggalkan, bukan hanya oleh orang-orang yang sebelumnya mengelu-elukan dia, tetapi juga oleh Allah. Bisa dikatakan bahwa malapetaka yang menimpa Ayub membuat dia terhempas dari puncak kejayaan ke keadaan yang paling rendah. Hari kita akan melanjutkan belajar dari kitab Ayub dengan topik: “A Wide-Open Life Before God (Hidup Terbuka di Hadapan Tuhan)”. Bacaan Sabda saya ambil dari Ayub 30:1 – 31:40. Sahabat, Ayub memaparkan ulang pelbagai kesusahan yang dialaminya. Ia tak ragu menyebut Tuhan berperan di dalamnya (30:20-23). Mungkin tuduhan yang begitu gamblang terasa mencengangkan, tetapi ini menggambarkan besarnya iman Ayub. Ada orang yang memakai topeng di hadapan Tuhan. Walau hidupnya tidak baik, tetapi dalam doanya selalu merayu dan bermanis-manis seolah-olah Tuhan bisa ditipu dengan topeng dan kata-kata manisnya. Tuhan seperti apa yang bisa ditipu demikian rupa? Gamblangnya doa Ayub menggambarkan kematangan imannya. Ayub berani hidup terbuka di hadapan Tuhan. Sedangkan dalam pasal 31 Ayub dengan jelas membela dirinya terhadap berbagai macam kejahatan, yang mungkin dituduhkan orang kepadanya. Itu merupakan satu hal yang sangat mungkin terjadi, mengingat pesan dan nasihat terakhir Elifas dalam pasal 22 yang secara mengejutkan berisi berbagai macam perbuatan jahat Ayub. Satu demi satu, Ayub menguraikan segala tudingan negatif yang ditujukan kepadanya untuk membersihkan nama baiknya. Itu menunjukkan bahwa Ayub bukan saja bertindak baik, tetapi ia bertindak melebihi standar kebaikan yang dituntut oleh masyarakat, yaitu: Menjaga hatinya tetap bersih, mempedulikan anak yatim dan janda, beriman hanya kepada Tuhan walau dia memiliki kekayaan yang bisa jadi andalannya, dan lain sebagainya. Sahabat, pengalaman Ayub mengajarkan bahwa BANYAK HAL dalam hidup ini yang DAPAT BERUBAH dengan CEPAT: Kesehatan, kekayaan, teman-teman, orang-orang di sekitar. Hanya Allah yang tidak berubah. Ia setia dan dapat menjadi sandaran dalam segala keadaan, baik saat bahagia maupun saat menderita. Oleh sebab itu, sandarkanlah kehidupanmu kepada Allah, bukan kepada hal-hal yang mudah berubah. Selain itu, orang baik pun ternyata bisa menderita. Yang paling ekstrem kita bisa menjumpai di dalam kehidupan Tuhan Yesus yang disiksa dan mati disalib untuk menebus dosa kita. Sesungguhnya apa yang tampak di mata TIDAK BISA MENJADI UKURAN MUTLAK atas iman dan kualitas hidup seseorang. Yang terpenting kita BERANI HIDUP TERBUKA di hadapan Tuhan. Kita MENJAGA HATI TETAP MURNI di hadapan Tuhan, walaupun kehidupan tidak sebaik yang kita harapkan. Haleluya! Tuhan itu baik. Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu pada hari ini? Apa yang Sahabat pahami dari Ayub 31:26-27? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.” (Roma 8:28). (pg).