Jangan berbicara di telinga orang bebal. Meme Firman Hari Ini (18 Januari 2023).
Ia lebih BERHARGA daripada PERMATA. Meme Firman Hari Ini (17 Januari 2023).
Semua yang disebut KEBAJIKAN dan PATUT DIPUJI, pikirkanlah semuanya itu. Meme Firman Hari Ini (16 Januari 2023).
Tuhan menyertai kamu sekalian. Meme Firman Hari Ini (15 Januari 2023).
Kasihilah musuhmu. Meme Firman Hari Ini (14 Januari 2023).
DESTROYED to be BUILD
DISIPLIN GEREJA. Disiplin dapat diartikan taat kepada tata tertib atau peraturan. Dengan kata lain disiplin merupakan latihan batin atau otak untuk menaati tata tertib. Disiplin pada diri sendiri sangat diperlukan untuk membentuk seseorang dalam pertumbuhannya secara emosi, fisik, mental, dan rohani. Kata disiplin dalam bahasa Ibrani berasal dari kata “musar” yang dapat diartikan hukuman, koreksi, disiplin dan pengajaran. Sedangkan kata disiplin dalam bahasa Yunani berasal dari kata “paideia” yang berarti latihan, pengajaran dan disiplin. Kata ini menunjuk kepada pengajaran kepada anak-anak seperti dalam Efesus 6:4. Ini juga dapat membawa implikasi kepada hukuman atau disiplin. Jadi, disiplin gereja dapat diartikan sebagai suatu tindakan yang dilakukan untuk memanggil atau membawa kembali mereka yang telah berdosa atau jauh dari Allah untuk kembali kepada-Nya dan menaati Firman-Nya. Sahabat, dalam Perjanjan Lama, banyak kali kita menjumpai Allah mendisiplin umat pilihannya. Disiplin yang Allah jatuhkan kepada umat pilihan-Nya bukan bermaksud untuk menghancurkan dan membinasakan mereka; tapi tujuannya untuk menghancurkan dan membinasakan dosa-dosa mereka, supaya Allah dapat membentuk dan membangun kembali umat yang dikasihi-Nya. Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab Yeremia dengan topik: “DESTROYED to be BUILT (DIHANCURKAN untuk DIBANGUN)”. Bacaan Sabda saya ambil dari Yeremia 12:1-17. Sahabat, perselingkuhan rohani bangsa Israel dengan Baal membuat Yeremia geram dan muak. Dalam ayat 1-4, kita membaca bagaimana dia mengadu kepada Allah. Yeremia protes, mengapa kehidupan orang-orang fasik bukan bertambah suram, malah bertambah mujur. Semakin jahat perbuatan mereka, semakin berlimpah kekayaan mereka. Karena itu, Yeremia meminta Allah memberikan keadilan kepada bangsa Israel. Dalam ayat 7-13, Allah menjawab Yeremia dengan janji bahwa Allah akan membinasakan bangsa Israel dengan cara membiarkan Israel dijajah oleh bangsa lain. Kejahatan Israel sudah tidak dapat ditolerir lagi oleh Allah. Bangsa Israel menyembah Baal, dan itu berarti pemberontakan terhadap Allah. Hati mereka telah menyimpang dari Allah. Penyembahan mereka kepada berhala membuat tanah yang ditempati mereka menjadi ternoda (ayat 8-11). Allah menyatakan tidak akan ada damai bagi Israel (ayat 12). Mereka akan mengalami kesusahan hidup. Segala usaha yang dilakukan oleh mereka akan sia-sia. Apa yang mereka tanam hanya menghasilkan penderitaan (ayat 13). Namun di balik DISIPLIN yang dijatuhkan-Nya, Allah menjanjikan pemulihan terhadap bangsa Israel. Dalam ayat 14-17, jelas terlihat bahwa Allah bukan hanya akan memulihkan status Israel sebagai bangsa, tetapi juga memberkati mereka dengan berlimpah secara jasmani. Seperti tukang menghancurkan bangunan yang lama sebelum mendirikan bangunan yang baru, demikian Allah menghancurkan dosa untuk membangun umat-Nya. Jelas disini bahwa Disiplin Ilahi bukan berarti Allah tidak memberkati. Disiplin yang sering kita sebut sebagai penghukuman bukan karena Dia ingin membinasakan kita. Ketika Dia menerapkan disiplin, ingatlah bahwa Allah tidak sedang menghancurkan kita, melainkan dosa-dosa kita. Allah adalah Sang Panjunan, Dia ingin membentuk dan membangun kita kembali menjadi bejana anugerah-Nya. Haleluya! Tuhan itu baik. Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu pada hari ini? Apa yang Sahabat pahami dari ayat 5-6? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Saat ini, bagian terbaik yang dapat kita lakukan adalah percaya penuh kepada Tuhan yang sanggup menyelamatkan kita sesuai dengan janji-Nya. (pg).
The Young and Wise Ones
ORANG BERUSIA LANJUT. Pengalaman hidup kami bercerita bahwa menjadi orang yang berusia lanjut kerap dirujuk sebagai teladan dan panutan oleh generasi muda. Anak-anak muda sebagai generasi penerus memerlukan sosok orang tua yang mengerti, menyelami dunia dan pergulatan mereka pada Zaman Now. Dengan demikian, para orang tua perlu membangun keterbukaan wawasan dan pemikiran bahwa dari anak-anak muda pun Tuhan bisa mengajarkan banyak hal kepada para orang tua. Sebab, hikmat Tuhanlah yang menentukan kematangan kita. Sesungguhnya Tuhanlah yang menjadi sumber hikmat kita. Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab Ayub dengan topik: “The Young and Wise Ones (Yang Muda dan Bijaksana)”. Bacaan Sabda saya ambil dari Ayub 32:1 – 33:33. Sahabat, di Ayub 32 – Ayub 37 kita akan bertemu dengan KATA-KATA ELIHU. LAI memberi judul Ayub 32: Elihu merasa juga berhak untuk mengemukakan pendapat. Sedangkan untuk Ayub 33, LAI memberi judul: Allah berfirman kepada manusia dengan berbagai-bagai cara. Elihu bin Barakheel, orang Bus, dari kaum Ram; ia marah terhadap Ayub, karena ia menganggap dirinya lebih benar dari pada Allah,dan ia juga marah terhadap ketiga orang sahabatnya, karena mereka mempersalahkan Ayub, meskipun tidak dapat memberikan sanggahan (32:2-3). Sahabat, Elihu berpegang pada pendapat umum yang menganggap bahwa seseorang yang berumur lanjut pasti berhikmat dan tidak demikian halnya dengan orang muda (32:6). Pandangan ini lazim karena orang yang lanjut umur diyakini memiliki banyak pengalaman karena dianggap sudah makan asam garam kehidupan. Sahabat, sebagai pembicara terakhir, Elihu tampil berbeda dengan ketiga sahabat lainnya (32:6). Setelah menyimak semua ucapan yang telah disampaikan, ia menilai ucapan ketiga sahabatnya sia-sia karena hikmat mereka sama sekali tak menjawab atau meringankan penderitaan Ayub (32:10-13). Meskipun geram karena ucapan-ucapan yang tidak bijak itu, ia menahan diri sampai tiba gilirannya untuk berbicara (32:16-20). Ia mengakui bahwa tak ada manusia yang dapat mengalahkan hikmat Allah (32:8-9, 13). Elihu bersikap netral, tidak memihak siapa pun (32:21-22). Ketika berbicara kepada Ayub, Elihu bersikap bersahabat karena ia siap mendengarkan pembelaan Ayub jika memang perkataannya tidak benar (33:1-7). Hal pertama yang Elihu katakan adalah bahwa ia sudah melihat penderitaan Ayub dan mendengar pembelaannya sebagai orang yang suci dan bersih. Namun, ia menegur sikap Ayub yang secara lancang berbantah dengan Allah dan menuduh Allah tidak menjawab ketidakpahaman atas penderitaannya (33:8-13). Menurut Elihu, Allah mungkin sudah menjawab melalui mimpi dan penglihatan saat Ayub tertidur (33:12-18) atau Allah berbicara melalui penderitaan yang sedang dialami Ayub dengan tujuan menyelamatkan kehidupannya (33:19-30). Oleh sebab itu, Elihu meminta Ayub sungguh-sungguh mendengarkannya (33:31-33). Sahabat, Elihu dikatakan bijak karena ia menjaga ucapannya agar tidak melanggar kebenaran Allah dan melukai perasaan sesama. Dari teladan Elihu, kita dapat memperbaiki diri melalui dua pertanyaan refleksi berikut: Apakah ucapan saya sesuai dengan kebenaran Allah? Apakah yang saya ucapkan membawa manfaat bagi sesama atau justru melukai perasaan mereka? Haleluya! Tuhan itu baik. Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu pada hari ini? Apa yang Sahabat pahami dari Ayub 32:21-22? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Makin bertambah usia, makin berhikmat dalam memberi nasihat dan juga menerima nasihat. (pg).
Listen to My Word and Do It!
PERJANJIAN. Dua pihak yang bersepakat dalam suatu perjanjian tentu sama-sama beranggapan bahwa keduanya akan punya tekad memegang teguh perjanjian tersebut. Biasanya, bila salah satu pihak melanggar perjanjian, maka akan ada sanksi yang dikenakan bagi pihak yang melanggar. Hari ini kita akan melanjutkan untuk belajar dari kitab Yeremia dengan topik: “Listen to My Word and Do It! (Dengarkanlah Suara-Ku dan Lakukanlah!)”. Bacaan Sabda saya ambil dari Yeremia 11:1-17 dengan penekanan pada ayat 4. Sahabat, Tuhan telah menjalin perjanjian dengan bangsa Israel ketika Ia akan membebaskan mereka dari Mesir, negeri yang membelenggu mereka dengan perbudakan bertahun-tahun lamanya (ayat 4-5). Perkataan perjanjian yang tertulis di sini (ayat 6) berkaitan dengan kitab perjanjian yang ditemukan di rumah Tuhan dalam masa pemerintahan Yosia (2 Raja-Raja 23:2). Di sini Yeremia disuruh Allah untuk menyerukan perintah-perintah dari kitab itu berulang-ulang. Nasib bangsa itu bergantung pada ketaatan mereka kepada perjanjian Allah. Berulang kali Nabi Yeremia menyerukan “Dengarlah perkataan-perkataan perjanjian ini!” dan “Dengarlah suara-Ku!” Sesuai titah Raja Yosia, segenap rakyat harus mendengarkan perkataan perjanjian itu. Namun, sesungguhnya hati mereka jauh dari Allah. Mereka mendengar, tetapi tidak taat, tidak melakukan. Sahabat, ternyata bangsa Israel justru diam-diam beribadah kepada allah-allah lain, seperti yang dilakukan nenek moyang mereka dahulu. Itu berarti, pelanggaran terhadap Hukum Taurat yang pertama, “Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku.” (Keluaran 20:3). Berulang kali, dari generasi ke generasi, umat Allah melakukan hal itu meski sudah berulang kali pula diperingatkan. Faktanya, allah-allah yang disembah oleh umat pada waktu itu sama banyak dengan jumlah kota-kota di Yehuda (ayat 13). Sangat memprihatinkan, mereka menyembunyikan dosa tersebut dari raja dan nabi. Namun, Allah mengetahui perbuatan mereka (ayat 9-10). Allah memperingatkan tentang malapetaka hebat yang akan Dia datangkan bagi bangsa itu. Begitu hebat malapetaka itu sehingga diibaratkan pohon zaitun yang terbakar dalam badai (ayat 16). Ada ironi penghukuman Allah. Oleh karena mereka tidak mendengarkan suara-Nya, maka nanti ketika hukuman dijatuhkan, Dia tidak akan mendengarkan doa mereka. Bahkan, Yeremia pun dilarang mendoakan bangsa itu (ayat 14). Berdoa agar orang lain diampuni Allah hanya efektif bila orang itu sendiri berdoa. Sahabat, Tuhan memang panjang sabar, tetapi bukan berarti bahwa Dia tidak bisa marah bila umat terus menerus berdosa. Bila kita melanggar ketetapan-Nya, maka Tuhan akan menerapkan keadilan-Nya, yang bersalah harus dihukum. Sebelum Tuhan murka dan menjatuhkan hukuman, kita harus berbalik dari segala sesuatu yang jahat, yang terus menerus kita lakukan. Jangan sampai, doa-doa orang agar kita bertobat, tidak lagi didengarkan Tuhan karena kedegilan kita. Tuntutan Allah kepada umat-Nya: “Dengarkanlah suara-Ku!” Mendengar berarti taat. Kita belajar taat dengan melakukan perintah-perintah Allah yang tertulis dalam Alkitab. Dalam momen-momen khusus, kita juga belajar taat kepada Roh Kudus yang berbicara dalam hati kita, yang berbisik lembut di hati kita. Anugerah Allah adalah bila kita dapat mengetahui apa yang dikehendaki-Nya. Mari kita tanggapi dengan menaati perintah-Nya! Anugerah Allah memampukan kita untuk MENDENGAR dan MELAKUKAN segala kehendak-Nya. Haleluya! Tuhan itu baik. Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu pada hari ini? Apa yang Sahabat pahami dari ayat 9-10? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Selama masih ada kesempatan kita pergunakan untuk menunjukkan buah-buah pertobatan kita dengan tekun berbuat baik, mencari kemuliaan, kehormatan dan ketidakbinasaan dalam hidup kita. (pg).
FEAR to GOD and Stay Away from Evil
HIKMAT DAN AKAL BUDI. Percakapan Ayub dengan Elifas, Bildad, dan Zofar telah berakhir di Ayub 27. Di Ayub 28, Ayub membicarakan tentang bagaimana kita bisa memperoleh hikmat dan akal budi atau pengertian (ayat 12, 20). Hikmat dan akal budi merupakan kunci untuk menghadapi masalah penderitaan. Hikmat dan akal budi berbeda dengan barang. Kita bisa mencari tempat yang tepat untuk bisa memperoleh emas, perak, atau batu permata, tetapi kita tidak bisa menemukan tempat tertentu yang menjual hikmat dan akal budi. Hikmat dan akal budi hanya dimiliki oleh orang yang hidup dalam takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan. Ayub merupakan seorang yang takut akan Allah dan menjauhi kejahatan (Ayub 1:1). Orang yang takut akan Tuhan adalah orang yang selalu berusaha melakukan kehendak Tuhan karena dia tidak mau menyakiti hati Tuhan. Karena kehendak Tuhan selalu baik, maka orang yang memiliki hikmat pastilah menjauhi kejahatan. Penerapan hikmat dan akal budi ini nampak jelas dalam pengalaman hidup Ayub yang diuraikan dalam Ayub 29. Oleh karena itu, wajar bila Ayub merasa kesal saat ketiga orang sahabatnya menuduh Ayub sebagai seorang fasik yang dihukum Allah karena melakukan kejahatan. Maka hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab Ayub dengan topik: “FEAR to GOD and Stay Away from Evil (TAKUT akan TUHAN dan Menjauhi Kejahatan)”. Bacaan Sabda saya ambil dari Ayub 28:1 – 29:25. Sahabat, pasal 28 berbicara tentang kemustahilan hikmat ditemukan (ayat 12-14, 20-27) dan betapa berharganya hikmat (ayat 15-19). Dengan kata lain, walaupun hikmat nampaknya sulit ditemukan, sudah selayaknya segala daya upaya dikerahkan untuk menemukan hikmat tersebut. Apakah hikmat? Segenap pemahaman kita terhadap pergumulan Ayub nampaknya ditumpukan pada ayat 28. Pada akhirnya, apa yang kita cari dalam kehidupan kita? Apa yang menjadi kompas dalam hidup kita? Ada orang yang mencari kesuksesan, kekayaan, dan ketenaran. Sepanjang pergumulannya, Ayub berdebat dengan sahabat-sahabatnya tentang hal tersebut. Kini kita menjumpai bahwa yang terpenting adalah TAKUT AKAN TUHAN dan MENJAUHI KEJAHATAN. Itulah pangkal segala kekayaan yang tak ternilai dalam hidup. Sahabat, orang fasik bisa sukses, kaya, dan tenar. Orang benar pun bisa sukses, kaya, dan tenar. Tetapi orang benar juga bisa mengalami kegagalan dalam hidup, tetap miskin dan tidak pernah menjadi siapa-siapa. Artinya, itu semua bukanlah UKURAN yang bisa dijadikan PEGANGAN. Kita dipanggil untuk tetap menjadi orang benar karena UKURAN KEHIDUPAN adalah takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan. Dalam pasal 29, Ayub sendiri mengenang masa lalunya yang penuh kesuksesan, kekayaan, ketenaran, dan kehormatan. Tak ada satu pun yang perlu diimpikannya sebab ia tidak berkekurangan dalam segala sesuatu yang pernah diimpikan orang. Namun, semua itu bisa lenyap dalam sekejap, dan bagi Ayub hal itu sudah berlalu. Apa yang Sahabat CARI DALAM HIDUP INI? Keberhasilan pada masa muda bisa berlalu dan pencarian seumur hidup pada akhirnya bisa tidak menghasilkan apa-apa. Tetapi pencarian HIKMAT yang SEJATI tidak akan sia-sia. Karena dalam mencari hikmat kita BERTEMU dengan TUHAN. Dialah yang menuntun hidup kita, dan menjadi petunjuk dan teman bagi kita dalam menghadapi segala KETIDAKPASTIAN HIDUP. Kita tidak pernah tahu apa yang ada di hadapan kita, tetapi bersama Tuhan semuanya akan baik-baik saja. Haleluya! Tuhan itu baik. Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Pesan apa yang Sahabat peroleh dari bacaan kita pada hari ini? Apa yang Sahabat pahami dari Ayub 28:18-19? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Merenungkan firman Tuhan setiap hari adalah kunci memperoleh hikmat! (pg).