RESPECT your PARENTS

U-HAO. Dalam komunitas orang Tionghoa kita sering mendengar ucapan: U-Hao. U-Hao berasal dari bahasa Hokkian; sedangkan dalam bahasa Mandarin: You Xiao. U-Hao merupakan sebuah konsep yang telah diwariskan dari generasi ke generasi di Tiongkok selama ribuan tahun. Sebagian besar orang Tionghoa setuju bahwa anak-anak harus menunjukkan bakti kepada orang tuanya dan sesepuh (anggota keluarga yang lain), seperti kakek dan nenek. Pada zaman dahoeloe, sebagaimana dikutip dari Chinadaily, orang-orang yang tidak memperlakukan orang tuanya dengan baik dipandang rendah oleh masyarakat. Jika seorang pejabat tidak menunjukkan bakti, ia tidak dipromosikan. Jika seorang ilmuwan tidak menunjukkan bakti, ide-idenya tidak disetujui oleh orang lain. Jika pemilik toko tidak menunjukkan bakti, tidak ada yang akan membeli sesuatu dari tokonya. Selain itu  jika seorang perempuan tidak menunjukkan bakti, tidak ada laki-laki yang akan menikahinya. Dalam beberapa dinasti, kurang berbakti terhadap orang tuanya dianggap kejahatan. Filsuf Cina Mencius memberi  tiga contoh arti kurang berbakti. Pertama, jika seorang anak tidak memberitahu atau membujuk orang tuanya untuk mengubah hal-hal yang mereka lakukan jika mereka salah. Kedua, jika seorang anak dewasa tidak pergi bekerja untuk membantu orang tuanya yang sudah lanjut usia dan miskin. Ketiga, jika seorang anak yang sudah dewasa tak berminat menikah dan punya keturunan, maka mereka gagal menghormati orang tuanya.Di  Zaman Now, kebanyakan orang Tionghoa masih setuju dengan contoh pertama dan kedua dari Mencius, tetapi tidak setuju dengan contoh yang ketiga. Masih dalam rangka menyambut Tahun Baru Imlek 2574, hari ini saya mengajak Sahabat untuk merenungkan kitab Keluaran dengan topik: “RESPECT  your PARENTS (HORMATILAH ORANG TUAMU)”. Bacaan Sabda saya ambil dari Keluaran 20:1-17 dengan penekanan pada ayat 12. Sahabat, demikian pentingnya menaruh rasa hormat kepada orang tuanya sampai-sampai Tuhan pun menuliskannya dalam Sepuluh Hukum Allah (ayat 12). Tidak hanya itu, juga ada berkat yang Dia sediakan! Kalau seorang anak hormat kepada orangtuanya bukan hanya orang tuanya sendiri yang ingin membalas dan memberkati si anak, tetapi Tuhan pun menjadikan diri-Nya jaminan untuk membalas dan memberkati si anak yang tahu menghormati orang tuanya.  Mungkin orang tuanya tidak mampu membalas sendiri perbuatan anak-anaknya, karena keterbatasannya, tetapi Tuhan selalu mampu dan pasti sanggup memberkati, dan berkat itu akan sampai pada anak-anak yang berkenan ini. Sahabat, meskipun saat ini kita mungkin tidak lagi secara langsung berada di bawah otoritas mereka, kita tidak bisa lepas dari perintah Allah untuk menghormati orang tua kita. Bahkan Yesus, Anak Allah, tetap menundukkan diri-Nya kepada kedua orang tua-Nya di bumi (Lukas 2:51) dan kepada Bapa Surgawi-Nya (Matius  26:39). Dengan meneladani Kristus, kita harus memperlakukan orang tua kita sama seperti kita menghampiri Bapa Surgawi kita dengan hormat (Maleakhi 1:6 dan Ibrani 12:9)   Sangat menarik, perintah menghormati ayah dan ibu ini berbeda dengan perintah lainnya. Dalam 9 perintah yang lain tidak ada janji yang khusus dilekatkan langsung dengan perintah-perintah tersebut. Allah dalam memberikan perintah yang satu ini, menambahkannya dengan sebuah janji yang khusus dan istimewa. Allah berfirman, “Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan Tuhan, Allahmu, kepadamu.” Allah tidak berhenti saja sampai di situ. Dalam Ulangan 5:16 menyebutkan perintah yang sama, tetapi dengan sebuah tambahan janji yang dilekatkan kepadanya: “Hormatilah ayahmu dan ibumu, seperti yang diperintahkan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu, supaya lanjut umurmu (janji ke-1), dan baik keadaanmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu (janji ke-2).”  Jadi secara istimewa ada 2 hal yang Allah sediakan bagi anak-anak-Nya yang hormat kepada ayah dan ibunya yaitu berumur panjang dan hidup dalam keadaan baik di tempat tinggalnya. Dengan kata lain ada kebahagiaan yang disediakan Allah bagi siapa saja yang menghormati ayah dan ibunya. Haleluya! Tuhan itu baik.Buat Sahabat yang merayakan, Selamat Tahun Baru Imlek 2574. Simpan dalam-dalam di hati: “Hai anak-anak, taatilah orang tuamu di dalam Tuhan, karena haruslah demikian. Hormatilah ayahmu dan ibumu — ini adalah suatu perintah yang penting, seperti yang nyata dari janji ini: supaya kamu berbahagia dan panjang umurmu di bumi.” (Efesus 6:1-3). (pg).

This is the DAY the LORD has MADE

ANGPAO. Mengutip dari Wikipedia, dalam kebudayaan masyarakat Tionghoa dan Asia  Angpau  (Hanzi atau Pinyin atau Hóngbāo) adalah bingkisan dalam amplop merah yang biasanya berisikan sejumlah uang sebagai hadiah menyambut tahun baru Imlek atau perayaan lainnya.  Angpau umumnya muncul pada saat ada pertemuan masyarakat atau keluarga seperti pernikahan, ulang tahun, menempati rumah baru. Selain itu pada hari raya seperti tahun baru Imlek: Memberi bonus kepada pemain barongsai, beramal kepada guru agama (spiritual) atau tempat ibadah, dan sebagainya. Pada pesta pernikahan, pasangan yang menikah biasanya diberi angpau oleh anggota keluarga yang lebih tua dan para undangan. Masyarakat yang masih teguh memegang budaya tradisional juga menggunakan angpau untuk membayar guru dan dokter. Angpau melambangkan kegembiraan, semangat, dan sukacita, yang akan membawa keberuntungan.  Warna merah angpau melambangkan ungkapan semoga beruntung dan mengusir energi negatif. Dalam rangka menyambut Tahun Baru Imlek 2574, saya mengajak Sahabat untuk belajar dari kitab Mazmur dengan topik: “This is the DAY the LORD has MADE (Inilah HARI yang DIJADIKAN TUHAN)”. Bacaan Sabda saya ambil dari Mazmur 118:18-29 dengan penekanan pada ayat 24. Sahabat, Mazmur 118 melukiskan ekspresi sukacita dan ungkapan syukur Pemazmur karena kemenangan dan kelepasan yang Allah berikan kepadanya. Selanjutnya, mazmur ini berubah dari nyanyian pribadi menjadi nyanyian umat dalam arak-arakan menuju ke kota Yerusalem, tempat Bait Allah berada, sebuah tempat dengan pintu gerbang kebenaran. Masuk ke sana hanya diperuntukkan bagi orang-orang yang benar, yang hidup menurut Taurat Tuhan (ayat 19-20). Sesungguhnya setiap hari adalah hari yang dijadikan TUHAN. Karenanya kita patut bersorak-sorak dan bersukacita karenanya. Tidak ada alasan untuk tidak bersorak-sorak setiap hari untuk TUHAN. Bagaimanapun keadaan kita,  baik suka maupun duka, kita harus bersorak-sorak dan bersukacita karena perbuatan TUHAN.  Sahabat, pastilah pengalaman kita berbeda-beda dari hari ke hari. Bagi sebagian orang meyakini bahwa ada hari yang baik dan ada pula hari yang tidak baik;  ada hari yang membawa keberuntungan dan ada hari yang membawa sial;  ada bulan baik dan juga bulan yang kurang baik, karenanya banyak orang merasa perlu berhati-hati dalam memilih hari, tidak sembarangan.  Pemaham itu kurang tepat. Mengapa? Karena setiap hari TUHAN ciptakan baik adanya. Tidak ada hari yang baik dan jahat. Kita harus memahami bahwa setiap kesempatan atau hari baru adalah anugerah dari Tuhan untuk kita pergunakan, jalani dan nikmati sebaik mungkin.  Semua HARI  adalah SAMA, yang membedakan adalah SIKAP HATI  dan PIKIRAN kita.  Apa yang sedang berkecamuk di dalam hati dan pikiran kita akan mewarnai  hari-hari yang akan kita lalui.  Bila kita memulai hari dengan perasaan senang dan bersyukur, hari yang kita jalani pun akan cerah, ceria, penuh dengan warna dan cerita.  Sebaliknya jika kita mengawali hari dengan kemarahan, persungutan, putus asa dan kekecewaan, maka sepanjang hari  akan berubah menjadi hari yang KELABU bahkan bisa menjadi gelap gulita. Sahabat, KUNCI untuk menikmati HARI BAIK  adalah MENGANDALKAN TUHAN setiap hari.  Bergaul karib dengan Tuhan setiap hari akan menjaga hati dan pikiran kita sehingga kita mampu melihat dan menyikapi segala sesuatu secara positif.  Sikap inilah yang membuat hari-hari kita menjadi baik sehingga hati kita pun akan melimpah dengan ucapan syukur.  Karena itu marilah kita semakin  meyakini bahwa SETIAP HARI  adalah HARI YANG DIJADIKAN TUHAN,  jam demi jam adalah milik-Nya; surga bersukacita, bumi pun bersukacita; Sahabat dan saya juga BERSUKACITA. Terpujilah Tuhan! Haleluya! Tuhan itu baik. Bagi semua Sahabat yang merayakan, saya dan istri menyampaikan: Selamat Tahun Baru Imlek 2574. Semoga Tuhan menganugerahkan kesehatan bagi kita, sehingga kita dapat lebih menikmati “MUSIM SEMI” yang disediakan Tuhan bagi kita. (pg),  

Dare to Face the CHALLENGES of LIFE

TANTANGAN HIDUP. Setiap orang pasti merindukan hari esok yang lebih cerah, suatu keadaan yang semakin hari semakin bertambah baik, bukan sebaliknya:  Mengalami kemerosotan atau kemunduran.  Namun seiring berjalannya waktu, semakin kaki melangkah SEMAKIN BERAT TANTANGAN  yang mesti dihadapi.  Bagi mereka yang tak mempunyai iman yang kuat, keadaan atau situasi berat yang ada semakin mempengaruhi hati dan pikiran mereka, sehingga tidak sedikit dari mereka yang tergoncang dan menjadi tawar hati.  Dalam situasi yang demikian perlu sekali kita semakin mengaktifkan iman dan hidup di dalam iman kepada Tuhan Yesus.  Itulah kunci untuk dapat bertahan di tengah tantangan yaitu datang kepada Bapa dalam nama Tuhan Yesus untuk berdoa dan memohon segala janji yang telah diberikan-Nya bagi kita (Ibrani 10:22).   Tanpa iman tak seorang pun dapat bertahan hidup dengan benar, sebab selama di dunia ini kita takkan bisa menghindarkan diri dari berbagai tantangan,  pencobaan, tekanan, himpitan, masalah, sakit-penyakit dan sebagainya. Hanya menjalani hidup dengan iman kita akan dimampukan berani menghadapi tantangan hidup. Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab Yeremia dengan topik: “Dare to Face the CHALLENGES of LIFE (Berani Menghadapi TANTANGAN HIDUP)”. Bacaan Sabda saya ambil dari Yeremia 9:1-11 dengan penekanan pada ayat 2. Sahabat, sebagai orang-orang yang telah diselamatkan karena pengorbanan Kristus di kayu salib, tidak berarti perjalanan hidup kita akan bebas dari masalah, luput dari ujian dan tantangan, atau jalan hidup kita akan semulus jalan tol yang bebas hambatan.  Justru kita akan semakin dihadapkan pada tantangan yang jauh lebih besar, sebab Iblis takkan pernah rela kita ini menjadi milik Kristus seutuhnya.  Jika menyadari akan hal tersebut,  tak perlu kita menghindar atau lari dari tantangan, melainkan bersiaplah  menghadapinya. Sahabat, sesungguhnya tak seorang pun yang mau dihadapkan pada tantangan dan ujian … seandainya mungkin, tanpa ujian kita boleh lulus … Karena itu milikilah respons hati yang benar dalam menghadapi setiap tantangan yang ada.  Andai saja Daud lari dari hadangan Goliat, raksasa dari Gat itu, ia takkan pernah menjadi salah seorang tokoh besar yang tercatat di dalam Alkitab.  Dalam kasus berbeda, Yeremia, orang yang diutus Tuhan untuk menyatakan kebenaran kepada umat Israel, hampir-hampir tidak tahan menghadapi tantangan yang ada, karena ia harus tinggal di antara orang-orang yang hidup dalam pemberontakan.  Ia ingin sekali pergi menjauh dari mereka, alias berhenti mengerjakan panggilan Tuhan.  Karena tidak tahan dengan beratnya tantangan, tidak sedikit orang percaya yang kehilangan semangat dalam melayani Tuhan, dan bahkan mereka berniat untuk mundur. Sahabat, dalam hidup mengikut Yesus, adakalanya kita berada dalam situasi yang serba tidak pasti. Mungkin kita harus mempertaruhkan reputasi, bahkan mungkin juga rasa aman, karena kita bertekad melakukan hal yang benar. Mungkin kita juga kurang tidur karena gelisah memikirkan hasil akhirnya. Ingatlah, kita  tidak sendirian. Kita  tidak perlu menjadi lebih kuat atau lebih pintar daripada tantangan yang sedang kita hadapi. Tuhan Yesus menyertai kita, dan kuasa-Nya lebih besar daripada musuh apa pun. Tanyakanlah pertanyaan Paulus ini kepada diri kita sendiri: “Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita?” (Roma 8:31). Ya, siapa? Tidak ada. Karena itu, bersama Allah, beranilah menghadapi tantangan hidup. Beranilah menghadapi tantangan yang Tuhan izinkan ada di depan kita. Haleluya! Tuhan itu baik. Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu pada hari ini? Apa yang Sahabat pahami dari ayat 23? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Meski berada di tengah tantangan yang berat sekali pun, orang yang memiliki iman takkan pernah menyerah kepada tantangan atau keadaan yang ada, apalagi sampai putus pengharapan. (pg).

A Package of Blessings and Temptations

PERGUMULAN MENDATANGKAN KEDEWASAAN. Mengikuti ucapan-ucapan Ayub sejak awal kitab Ayub hingga akhirnya, kita mendapati ada dinamika dan pergeseran pendapat maupun emosi, seperti: Kemarahan, ratapan, keteguhan hati, komitmen, hingga pengabdian iman. Ini kontras dengan sahabat-sahabatnya yang memiliki pendapat yang kokoh sejak awal hingga akhir. Dalam keadaan penuh masalah dan penderitaan, Ayub jujur bergumul di hadapan Tuhan. Sebagai manusia beriman, ia bergulat dengan serangkaian emosi yang wajar, sementara juga berupaya merekonsiliasikan pemahamannya tentang Tuhan dengan pengalaman hidupnya. Melalui segenap pengalaman tersebut, imannya bertumbuh menjadi dewasa. Saat yang sama, Ayub tetap orang beriman, tetapi ia bukan lagi Ayub yang kita jumpai pada awal kitab Ayub, sebab ia sudah diperbarui oleh Tuhan. Sementara itu, teman-teman Ayub hanya memiliki keyakinan kepada Tuhan yang konseptual. Artinya, Tuhan yang mereka pahami adalah Tuhan yang berupa konsep, ajaran-ajaran yang baku, sebuah kumpulan ide-ide yang diajarkan turun-temurun namun tidak pernah mereka alami secara pribadi. Tidak heran apabila kepercayaan iman mereka cenderung datar, karena mereka tidak diubahkan oleh penderitaan dan pergumulan Ayub. Ayub hingga akhirnya tetap mempertahankan ketidakbersalahannya. Saat bersamaan, ia tetap beriman bahwa Tuhan akan bertindak menempatkan semuanya pada tempatnya. Ayub meyakini, bahwa pada akhirnya semua itu hanya bersifat sementara dan akan berlalu. Perhatikanlah bahwa Ayub sudah tidak memiliki kriteria-kriteria yang kaku. Ia membuka ruang yang luas bagi keterbatasan pengetahuannya dan kemahakuasaan Tuhan. Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab Ayub dengan topik: “A Package of Blessings and Temptations (Satu Paket Berkat dan Ujian)”. Bacaan Sabda saya ambil dari Ayub 26:1 – 27:23. Sahabat, lanjutan ucapan Ayub dimulai dengan sindiran terhadap ucapan Bildad yang dianggapnya tidak bermutu (26:1-4) karena Ayub mengenal Allah, diri sendiri, dan memahami akhir orang fasik jauh lebih baik daripada Bildad dan teman-temannya. Melalui ucapannya, Ayub memperkenalkan Allah sebagai Penguasa dan Pengendali segala sesuatu, mulai dari dunia orang mati (26:5-6), angkasa luar (26:7), cuaca (26:8-9), hingga kepada langit dan laut (26:10-13). Selanjutnya Ayub menyatakan imannya kepada Allah meskipun ia tidak memahami mengapa Allah mengizinkannya mengalami semua penderitaan itu. Perkataan “Allah . . . tidak memberi keadilan kepadaku” serta “Yang Mahakuasa . . . memedihkan hatiku” (27:2) harus dipahami sebagai bahasa puisi, sehingga tidak boleh diartikan secara literal bahwa Ayub menuduh Allah berlaku tidak adil. Sebaliknya, perkataan itu adalah ungkapan ketidakpahaman kepada kehendak Allah atas dirinya. Sahabat, meskipun demikian, Ayub sama sekali tidak meragukan kebaikan Allah dan mengkompromikan kebenaran (27:4-6). Ayub menutup ucapannya di pasal ini dengan kecaman kepada orang fasik (27:7-23) untuk membuktikan bahwa ia sadar bahwa dirinya tidak termasuk orang fasik, karena ia tak mungkin mengecam dirinya sendiri. Ada cukup banyak orang percaya   menerima berkat Allah dengan ucapan syukur tanpa mempertanyakan alasan Allah memberkatinya; sebaliknya ketika menghadapi kesulitan, masalah, dan penderitaan,  mereka begitu gampang mempertanyakan alasan mengapa Allah mengizinkan ujian terjadi dalam hidupnya. Sebagai orang percaya seharusnya kita  memiliki kesiapan yang sama untuk menerima BERKAT dan UJIAN dari Allah, yang sama-sama sulit dipahami. Haleluya! Tuhan itu baik. Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu pada hari ini? Apa yang Sahabat pahami dari Ayub 26:2? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Jangan sampai kita hanya berpangku tangan pada saat melihat kesesakan orang lain. (pg).