ReKat: It’s Not Easy to Understand God’s Ways (06 Januari 2023)

Bacaan Sabda: Yesaya 66 : 5 – 24 Dari hasil perenungan saya dari Bacaan Sabda, saya mendapatkan: Pesan yang saya peroleh: Peringatan dari Tuhan bahwa Dia akan datang kembali untuk membalas perbuatan siapa saja yg tidak peduli terhadap umat-Nya dan yang mengabaikan kuasa-Nya. Bagi mereka yang mengamini Sabda-Nya, direspons dengan hati yang bergembira. Mengapa demikian? Karena kedatangan Tuhan menyatakan kemakmuran dan kesejahteraan.  Pada aspek yang lain, Tuhan yang akan datang, menyatakan murka dan hukuman-Nya kepada mereka yang durhaka, yang memberontak melakukan pelanggaran kepada Tuhan. Terkecuali bagi mereka yang sungguh menaati, dan melakukan firman-Nya, merekalah yang bersiap diri dan bergembira menanti kedatangan Tuhan. Saya memahami ayat 12 sebagai berikut: Sion akan bersukacita dan Yerusalem akan diberkati dengan berkelimpahan dan penduduknya akan dipakai oleh Tuhan sebagai bangsa yang mengantarkan keselamatan bagi bangsa-bangsa lain. Anugerah Tuhan akan menjadikan orang-orang yang sungguh menghayati dan melakukan firman dan berjuang menjalani hidup ini agar berkenan bagi Tuhan. (Haryono)

The Faithful Love of God

KETERBATASAN MANUSIA. Dapatkah manusia yang terbatas memahami realitas hidup dengan benar? Mampukah manusia yang terbatas memahami realitas kebesaran Tuhan? Apa yang menjadi panduan hidup kita tatkala sedang menghadapi pergumulan? Apa arti kasih setia Tuhan bagi manusia yang hina dan berdosa ini? Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab Ayub dengan topik: “The Faithful Love of God (Kasih Setia Allah)”. Bacaan Sabda saya ambil dari Ayub 25:1-6. Sahabat, LAI memberi judul Ayub 25: Pendapat Bildad, bahwa tidak seorang pun benar di hadapan Allah. Bacaan kita pada hari ini berisi interupsi Bildad di tengah ucapan Ayub mengenai penderitaannya dan imannya kepada Allah. Interupsi itu dimulai dengan pengagungan kebesaran Allah. Perhatikan bahwa penjelasan Bildad tentang Allah adalah benar. Allah digambarkan sebagai sumber kekuasaan dan kedahsyatan yang tak tertandingi. Ia adalah Raja yang menciptakan kedamaian di surga. Pasukan-Nya tidak terhitung dan merupakan sumber terang abadi, sehingga bulan dan bintang kehilangan sinarnya di hadapan Allah (ayat 1-3 dan 5). Sahabat, ucapan Bildad tentang kebesaran Allah lahir dari kesalahpahaman atas ucapan Ayub di pasal sebelumnya. Ia menafsirkan pernyataan ketidakpahaman Ayub atas tindakan Allah sebagai tuduhan bahwa Allah telah berbuat kesalahan. Oleh sebab itu, Bildad menginterupsi ucapan Ayub untuk membela tindakan Allah, sekaligus menekankan betapa hina dan lemahnya manusia di hadapan Allah, yakni seperti berenga (belatung) dan ulat (ayat 6), sehingga tidak mungkin ada manusia yang benar di hadapan-Nya (ayat 4). Sebenarnya Ayub tidak pernah mengatakan bahwa ia tidak pernah berbuat dosa. Yang ia katakan ialah penderitaan-penderitaan yang ia alami dalam hidup, bukanlah disebabkan oleh dosa. Sahabat Ayub, Bildad, merespons pandangan Ayub tersebut dengan mengatakan bahwa di hadapan Allah, manusia yang tidak berarti ini tidak dapat membenarkan dirinya. Memang benar, manusia berdosa dan hina di hadapan Allah. Ayub mengetahui hal tersebut. Tetapi, bagi Ayub, apa yang dikatakan Bildad tidak menjawab persoalannya, sebab Ayub merasa tidak melakukan sesuatu yang salah di hadapan Allah. Firman Allah mengajarkan bahwa Allah adalah Mahakuasa dan Mahakudus, sedangkan manusia adalah hina. Namun, melalui pengampunan-Nya, manusia diberi kesempatan untuk mendekat kepada-Nya. Sahabat, Allah yang Mahakuasa selalu membuka pintu pengampunan bagi setiap orang yang bertobat dan memohon pengampunan-Nya. Marilah kita belajar hidup benar di hadapan Allah. Apabila pergumulan atau peristiwa buruk menimpa hidup kita, janganlah kita mempersalahkan Tuhan, tetapi setialah seperti Ayub. Ingatlah selalu akan KASIH SETIA ALLAH. Selain itu, mengingat keterbatasan manusia, kita tidak mungkin dapat memahami Tuhan secara sempurna. Terkadang KEHIDUPAN pun TERLALU RUMIT  untuk DIPAHAMI.  Tetapi yang penting bagi kita adalah membiarkan Tuhan bekerja dan menuntun kita melalui kerumitan tersebut. Bagian kita adalah MENGALAMI ANUGERAH TUHAN  dan MENJADI SALURAN  anugerah itu bagi orang-orang di sekitar kita. Haleluya! Tuhan itu baik. Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu pada hari ini? Apa yang Sahabat pahami dari ayat 4? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Tuhan jauh lebih besar daripada yang kita dapat bayangkan dan tidak ada suatu apa pun yang dapat dibandingkan dengan-Nya. (pg).

The Christian Faith and Chinese New Year

TAHUN BARU IMLEK. Setiap tahun di negara kita dirayakan Tahun Baru Imlek. Perayaan ini masuk ke Indonesia berbarengan dengan datangnya pendatang-pendatang dari Tiongkok pada zaman nenek kakek kita ketika mereka datang ke Indonesia sebagai pedagang atau pengungsi. Sejak saat itu, perayaan Tahun Baru Imlek terus dirayakan oleh orang-orang Indonesia keturunan Tiongkok. Pada masa pemerintahan Presiden Suharto, dikeluarkan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 14/1967 yang melarang segala hal berbau budaya Tiongkok. Pada tahun 2000, saat pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid, Inpres Nomor 14/1967 dicabut dan ia menindaklanjutinya dengan mengeluarkan Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 19/2001 tertanggal 9 April 2001, yang meresmikan Tahun Baru Tiongkok (Imlek) sebagai hari LIBUR FAKULTATIF,  yaitu libur yang hanya berlaku bagi yang merayakannya. Kemudian pada tahun 2002, Presiden Megawati Soekarnoputri meresmikan Imlek sebagai salah satu hari libur nasional dan mulai dilaksanakan pada tahun 2003. Sejak saat itu hingga sekarang, Tahun Baru Imlek menjadi hari libur nasional yang dapat dinikmati oleh segenap bangsa Indonesia. Hari ini, Minggu 22 Januari 2022 bertepatan dengan Tahun Baru Imlek 2574, saya mengajak Sahabat untuk merenungkan firman Tuhan dengan topik: “The Christian Faith and Chinese New Year (Iman Kristen dan Tahun Baru Imlek)”. Bacaan Sabda saya ambil dari 1 Korintus 9:19-23. Sahabat, dari bacaan kita pada hari ini dapat ditemukan  3 prinsip yang diperlukan untuk membangun relasi dengan dunia.   Prinsip yang pertama: Tujuan Allah menjadi fokus utama.  Paulus menyampaikan dengan sangat jelas bahwa semua yang dia lakukan berkaitan dengan sikapnya menyesuaikan dirinya dengan berbagai golongan orang-orang di Korintus adalah untuk memenangkan mereka bagi Injil.  Paulus bisa saja memanfaatkan pergaulan yang dia bangun untuk mendapatkan ketenaran atau dukungan di dalam pelayanan, tetapi hal tersebut tidak dia lakukan.  Pergaulan yang dibangun oleh Paulus bukan untuk alasan pragmatis yang berorientasi pada keuntungan diri sendiri tetapi kepada kemurnian dan tujuan Allah yang bernilai kekal. Prinsip yang kedua: Batasan di dalam pergaulan.  Tujuan yang mulia akan menjadi tercemar bila tujuan tersebut dicapai dengan cara yang merusak atau amoral. Penyesuaian yang dilakukan oleh Paulus ini bukanlah penyesuaian yang asal-asalan atas segala hal.  Paulus dibatasi oleh hukum Kristus.  Dengan kata lain, sejauh penyesuaian ini tidak melanggar firman Tuhan maka Paulus akan melakukannya. Prinsip yang ketiga: Cara di dalam pergaulan.  Dengan “menjadi seperti” Paulus telah memberikan teladan untuk menjalin relasi dengan dunia.  Keberadaannya yang telah menjadi manusia yang baru di dalam Kristus tidak menjadikan dia eksklusif dan menutup diri tetapi sebaliknya Paulus membuka dirinya dan memberikan kesempatan untuk terjadi proses pengenalan satu dengan yang lain. “Menjadi seperti” juga menunjukkan bahwa Paulus bukanlah orang yang egois tetapi dia bersedia untuk mengerti orang lain dan tidak membeda-bedakan orang berdasarkan latar belakang kepercayaan maupun status sosial. Dari ketiga prinsip tersebut kita dapat melihat bahwa pergaulan dapat dipakai oleh Tuhan untuk menyatakan kabar baik.  Untuk itu pemakaian prinsip-prinsip etika pergaulan Kristen ini akan menolong orang-orang percaya tidak terjatuh di dalam salah satu ekstrem pergaulan, baik yang mengisolasi diri atau yang membuka diri dan mulai “menjual” kebenaran sebagai bentuk penyesuaian di dalam pergaulan.  Tetapi mereka dapat menempatkan diri secara tepat sebagai seorang teman tetapi juga sebagai hamba yang bersaksi bagi Tuhan. Sahabat, marilah  kita mengikuti pesan rasul Paulus pada hari ini, kita menghargai budaya dan kepercayaan orang supaya kita bisa bergaul dengan mereka untuk memenangkan mereka kepada Injil. Janganlah kita dengan cepat menilai perayaan Tahun Baru Imlek dari sisi mistisnya saja karena hal tersebut dapat membuat pintu hati saudara-saudara kita dan orang-orang Tionghoa lainnya tertutup bagi Injil. Biarlah perayaan Tahun Baru Imlek kita maknai sebagai sebuah peninggalan budaya Tiongkok yang kaya akan unsur SEMANGAT KEKELUARGAAN , karena pada saat Tahun Baru Imlek inilah segenap keluarga besar biasanya saling berkunjung dan berkumpul bersama. Di sinilah seharusnya orang-orang percaya berada untuk menjadi garam dan terang bagi keluarga. Bagi semua Sahabat yang merayakan: Selamat Tahun Baru Imlek 2574 dan selamat menikmati waktu berkumpul bersama dengan keluarga! Kiranya kita semua bisa membagikan Kabar Baik yang membawa keselamatan kekal. Haleluya! Tuhan itu baik. Xin Nian Kuai Le. Shen Ti Jian Kang. Xin Nian Jin Pu. (pg).

Back to God

TEGAR TENGKUK. Dalam Alkitab, Tuhan beberapa kali menyatakan bahwa bangsa Israel merupakan bangsa yang tegar tengkuk. Bangsa yang keras kepala. Bangsa yang keras hati. Susah untuk dibentuk dan susah untuk bertobat. Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab Yeremia dengan topik: “Back to God (Kembalilah kepada Tuhan)”. Bacaan Sabda saya ambil dari Yeremia 8:4-17. Sahabat, orang yang jatuh pasti memiliki keinginan untuk bangun kembali. Inilah sebuah harapan akan terjadinya sebuah pertobatan bagi diri seseorang. Apa yang kita pikirkan jika ditanya tentang pertobatan? Mungkin kita bisa sepakat bahwa pertobatan berarti kembali ke jalan Tuhan yang benar dan tidak mengulang berbuat dosa. Sindiran pertobatan, Allah sampaikan kepada bangsa Israel melalui nabi Yeremia. Apabila orang jatuh, masakan ia tidak bangun kembali? Apabila orang berpaling, masakan ia tidak kembali?  (ayat 4). Pertanyaan tersebut  bermaksud menyampaikan, bahwa ketika sudah diperingatkan masakan tidak ada pertobatan dari umat Israel ketika mereka telah berbuat dosa dan menyimpang dari jalan Allah? Namun umat Tuhan ternyata benar-benar tegar tengkuk.  Mereka berdosa, tetapi tidak mau mengakui kesalahan mereka dan bertobat (ayat 5-6). Lebih lanjut Tuhan membandingkan mereka dengan burung ranggung, burung tekukur, burung layang-layang, dan burung bangau  yang bermigrasi pada musim-musim tertentu. Secara instingtif tahu kapan mereka harus berbalik arah dan terbang ke tempat tertentu (ayat 7). Namun umat Tuhan yang mengaku memiliki Taurat tidak tahu kapan harus mengubah hidup, kembali kepada Tuhan (ayat 8-9). Sahabat, lebih memalukan ternyata para pemimpin agama pun tidak jauh berbeda. Mereka melakukan tipu daya terhadap umat dan sedikit pun tidak merasa malu (ayat 11-12). Ketika umat diibaratkan seperti pohon, ternyata pohon itu tidak menghasilkan buah, seperti yang diharapkan oleh si pemilik pohon (ayat 13).Tak heran bila Allah murka atas umat sehingga akan menghukum mereka. Harta milik mereka, bahkan istri-istri mereka pun akan dirampas oleh musuh (ayat 10). Musuh bagaikan ular beludak yang memagut dengan bisanya yang mematikan (ayat 17). Dalam situasi seperti itu, nyata bahwa damai sejahtera yang dikumandangkan oleh para pemimpin agama (ayat 11 dan 15) hanyalah janji kosong yang tak pernah terwujud. Karena yang datang kemudian adalah musuh yang menyerbu dari Utara, dengan jumlah tentara yang sangat besar (ayat 16). Sahabat, hukuman yang berat itu harus dialami oleh umat Tuhan karena mereka terus menerus melakukan dosa, tanpa pernah memilki kesadaran untuk bertobat dari dosa-dosanya dan kemudian berbalik kembali kepada Tuhan. Sesungguhnya hal tersebut menjadi peringatan keras bagi kita untuk tidak hidup di dalam dosa. Karena itu marilah kita introspeksi diri: Adakah dosa yang masih terus menerus bercokol dalam hidup kita? Adakah dosa yang mengganggu hubungan kita dengan Tuhan? Apakah dosa itu menghalangi pertumbuhan kerohanian kita? Ingatlah bahwa setiap pelanggaran terhadap firman Tuhan hendaknya kita bereskan dengan segera. Maka mintalah pengampunan dari Allah dan tinggalkanlah jalan dosa itu. Jangan sampai Tuhan menganggap kita lebih bodoh daripada burung-burung! Haleluya! Tuhan itu baik. Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Pesan apa yang Sahabat peroleh dari perenunganmu pada hari ini? Apa yang Sahabat pahami dari ayat 4? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Buktikanlah kasih kita kepada Tuhan dengan selalu melakukan perintah-Nya seumur hidup kita. (pg).

Growing in Knowledge of God

BERTUMBUH. Hampir semua orang pasti rindu bertumbuh. Ada banyak orang yang ingin sekali bisa bertumbuh tapi mereka tidak tahu bagaimana caranya sehingga mereka sendiri tidak bisa bertumbuh. Supaya dapat bertumbuh, kita perlu mengikuti tiga langkah dengan urutan sebagai berikut: Untuk bisa bertumbuh, kita perlu mengenal Allah. Karena kalau kita tidak mengenal Dia, kita tidak bisa dekat dengan Tuhan. Kita tidak bisa tahu siapa Allah kita sebelum kita mengenal Dia. Karena itu, langkah pertama: MENGENAL ALLAH. Setelah mengenal, baru kita bisa mengasihi Allah. Ada  pepatah mengatakan: “Tak kenal maka tak sayang.”. Jadi kalau kita tidak mengenal Allah, kita tidak bisa mengasihi Allah. Makin kita mengenal Allah, makin kita mengasihi Allah. Jadi langkah kedua: MENGASIHI ALLAH. Nah, setelah mengasihi Allah, baru kita mengikuti   langkah yang ketiga: MELAYANI ALLAH. Kalau pelayanan itu merupakan hasil dari kasih kita kepada Allah,  pelayanan kita pasti DASYAT. Pelayanan kita akan BERBUAH lebat. Pelayanan kita pasti BERDAMPAK. Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab Ayub dengan topik: “Growing in Knowlegde of God (BERTUMBUH dalam PENGENALAN akan ALLAH)”. Bacaan Sabda saya ambil dari Ayub 23:1 – 24:25. Sahabat, LAI memberi judul Ayub 23: “Ayub ingin membela diri di hadapan Allah” dan Ayub 24: “Allah seakan-akan acuh tak acuh terhadap kejahatan.” Ayub pasal 23 dan 24 menggambarkan iman, kejujuran, integritas, dan kegamangan Ayub. Dalam pasal 23 kita menjumpai bahwa Ayub percaya Tuhan berdaulat, bahkan atas kondisinya yang tak menyenangkan; Tuhan adil dan tidak berubah dan Ia akan mendengar perkaranya. Melalui berbagai pencobaan berat, Ayub tetap memiliki IMAN yang KOKOH  kepada Tuhan yang disembahnya. Dalam Ayub 23:6-12 kita dapati bahwa iman Ayub ternyata bukan iman gampangan yang keluar dari buku teks. Kita jumpai juga bahwa Ayub bergumul dengan MISTERI Tuhan, sementara ia berpegang pada Firman Tuhan. Di tengah kesulitan yang tak bisa ia pahami, Ayub tetap berintegritas di hadapan Tuhan. Ketika Tuhan yang dia kira dikenalnya mengizinkan kejutan-kejutan besar dan kepahitan hidup, dia tetap percaya pada karakter Tuhan. Namun di sisi lain, penderitaannya membawa kegamangan hatinya kepada Tuhan (ayat 16-17). Sahabat, sikap Ayub berbeda sekali dengan ketiga sahabatnya yang secara membabi buta berpegang pada iman mereka yang mungkin hebat tetapi lugu. Mereka tak kuasa berhadapan dengan kenyataan hidup, sehingga penilaian dan sikap hidup mereka menjadi tidak sinkron dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi. Beda dengan Ayub yang sadar bahwa iman, pengetahuan, pengalaman hidupnya, TIDAKLAH SEBERAPA.  Karena itu, ia izinkan Tuhan membentuknya, walaupun ia sendiri tidak mengerti APA dan DIMANA  letak KESALAHANNYA. Selanjutnya dalam pasal 24, Ayub memaparkan serangkaian peristiwa yang tak ia pahami. Entah kenapa, Tuhan membiarkan kejahatan terjadi atas hidupnya. Kendati pun ia tetap beriman, dalam kematangan perjalanan imannya ia menemukan semakin lama SEMAKIN BANYAK PERTANYAAN  yang MUNCUL dan SEMAKIN SEDIKIR JAWABAN  yang ia DAPATI. Sahabat, terkadang Tuhan membawa kita melalui puncak, lembah, dan kelokan yang tak terduga dan sama sekali asing. Itulah saatnya IMAN BERTUMBUH akan PENGENALAN  terhadap TUHAN. Haleluya! Tuhan itu baik. Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu pada hari ini? Apa yang Sahabat pahami dari Ayub 23:11-12? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Hiduplah dalam kesabaran Tuhan, dan tidak buru-buru menghakimi, baik orang lain, juga Tuhan. (pg).

Improve your Behavior and Deeds

PERTEMUAN-PERTEMUAN IBADAH. Sesungguhnya IBADAH  merupakan  salah satu hal penting dalam kehidupan orang percaya yang tak boleh disepekan.  Sering terjadi, cukup banyak orang percaya justru menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah karena mereka menganggap bahwa berdoa dan membaca Alkitab di rumah, serta berperilaku benar di mata masyarakat sudah cukup, dan tak perlu capai-capai pergi ke gereja untuk beribadah.  Bila orang mau bersungguh-sungguh dalam beribadah niscaya hidupnya pasti akan berubah, sebab firman Tuhan yang didengar berkuasa untuk menyatakan kesalahan, memperbaiki kelakuan dan mendidik orang dalam kebenaran  (2 Timotius 3:16).  Saat beribadah kita berkesempatan untuk bersekutu dengan saudara-saudara seiman:  Saling menasihati, menguatkan, dan memerhatikan.  Kita mengalami proses penajaman karakter.   Selain itu dalam ibadah kita memuji dan menyembah Tuhan!  Saat itulah Tuhan hadir dengan segala manifestasinya. Di mana Tuhan hadir, di situ kuasa-Nya bekerja untuk melepaskan kita dari segala belenggu dosa, sehingga kita mengalami hidup yang berkemenangan. Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab Yeremia dengan topik: “Improve your Behavior and Deeds (Perbaikilah Tingkah Laku dan Perbuatanmu)”. Bacaan Sabda saya ambil dari Yeremia 7:1-15 dengan penekanan pada ayat 3. Sahabat, tingkah laku dan perbuatan lahir dari pikiran. Apa yang selalu kita pikirkan biasanya akan keluar menjadi sebuah laku dan tindakan. Jika kita berpikir baik maka akan keluar tindakan kebaikan, sebaliknya jika kita selalu berpikir yang jahat maka tindakan kita pun akan jahat. Merubah tingkah laku dan perbuatan berarti kita harus merubah cara berpikir kita. Itulah yang kita temukan dalam pergumulan Yeremia. Umat hendaknya tidak berasumsi bahwa keberadaan bait Allah menjamin keselamatan mereka meski mereka berbuat dosa (ayat 4, 8, 10). Dosa apa sajakah yang mereka lakukan? Dosa berkaitan relasi dengan sesama dan Tuhan. Dalam relasi dengan sesama, umat telah berlaku tidak adil: Menindas orang asing, yatim, dan janda. Mereka juga menghukum orang yang tidak bersalah (ayat 6). Selain itu mereka mencuri, membunuh, berzina, dan memberi kesaksian dusta (ayat 9). Dalam relasi dengan Tuhan, mereka telah menyimpang dengan menyembah allah-allah lain, mempersembahkan kurban kepada Baal, dan menyembah dewa-dewa asing (ayat 9). Sahabat, parahnya, meski melakukan dosa-dosa tersebut,  umat merasa aman-aman saja bila telah masuk ke bait Allah dan melakukan ritual ibadah. Mereka beranggapan bahwa dengan melakukan semua itu, Allah akan mengampuni mereka. Setelah itu, mereka bisa melakukan dosa lagi.  Datang ke bait Allah menjadi tindakan yang seolah dapat memutihkan dosa dengan begitu saja. Siapapun yang mengajarkan, ini benar-benar dusta (ayat 4, 8)! Dusta ini mendapat ancaman hukuman sangat berat dari Tuhan. Namun sang nabi juga menyuarakan janji Tuhan: Jika umat bertobat, Ia akan membiarkan mereka tinggal di tanah itu (ayat 3, 7). Bertobat artinya merubah cara hidup dan perbuatan mereka, yang berkaitan dengan relasi mereka terhadap Tuhan dan sesama. Sesungguhnya Tuhan itu Mahabaik. Ia tidak menjatuhkan hukuman dengan begitu saja. Ada peringatan dahulu dan janji pemulihan bila umat mau bertobat. Maka setiap kali mendengar peringatan Tuhan, jangan abaikan. Bertobatlah! Haleluya! Tuhan itu baik. Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu pada hari ini? Apa yang Sahabat pahami dari ayat 7? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: “… ibadah itu berguna dalam segala hal dan mengandung janji, baik untuk hidup saat ini maupun untuk hidup yang akan datang.”  (1 Timotius 4:8). (pg)