UNCIRCUMCISED EARS

MANUSIA TELAH MEMILIH JALAN PERMUSUHAN DENGAN TUHAN. Sejak dahulu, jalan dan kehendak manusia sering berlawanan dengan jalan dan kehendak Tuhan.  Manusia lebih memilih untuk mengikuti jalan dan kehendaknya sendiri daripada harus tunduk kepada kehendak Tuhan dan mengikuti jalan-Nya. Manusia menolak perdamaian yang diberikan Tuhan dan dengan CONGKAKNYA mereka mau berjalan menurut kehendaknya sendiri.  Rasul Paulus memaparkan dengan jelas kekerasan hati manusia terhadap Penciptanya,  “… jalan damai tidak mereka kenal; rasa takut kepada Allah tidak ada pada orang itu.”  (Roma 3:17-18).   Manusia telah memilih JALAN PERMUSUHAN  dengan Tuhan, dan bahkan mereka MEMBENCI  Tuhan,  “Mereka adalah pengumpat, pemfitnah, pembenci Allah, kurang ajar, congkak, sombong, pandai dalam kejahatan, tidak taat kepada orang tua,…”  (Roma 1:30).  Hari ini kita akan melanjutkan untuk belajar dari kitab Yeremia dengan topik: “UNCIRCUMCISED EARS (TELINGA TAK BERSUNAT)”. Bacaan Sabda saya ambil dari Yeremia 6:1-21 dengan penekanan pada ayat 10. Sahabat, di pasal 4, Yeremia menyebut bangsa Yehuda sebagai tidak bersunat  HATINYA. Di pasal 6, Sang Nabi memakai istilah “telinga yang tidak disunat” (ayat 10). Keduanya menyingkapkan DOSA KEBEBALAN  segenap bangsa Yehuda. Bangsa ini mengimani bahwa Allah Pencipta dan Pembebas itu layak disembah dan ditaati. Akan tetapi, perilaku dan praktik-praktik agamawi mereka bertentangan dengan apa yang mereka IMANI (ayat 1-9). Dengan susah payah Nabi Yeremia menyuarakan firman Tuhan akan penghakiman yang ada di depan mereka, yakni sebuah hajaran dari Allah untuk mendidik mereka (ayat 1, 7, 8, 10, dan 11). Berita PENGHIBURAN  dan PENGUATAN sudah diberikan beberapa kali, tetapi ditanggapi dengan sinis, bahkan serta-merta DITOLAK (ayat 12-17). Maka dari itu, Allah memandang perlu untuk menjatuhkan hukuman atas umat-Nya. Hukuman dijatuhkan sebagai satu pelajaran untuk mengingatkan mereka akan Allah (ayat 18, 19). Hal itu dilakukan supaya mereka memandang serius ibadah yang bermakna di hadapan Allah (ayat 20). Selain itu, hukuman merupakan cara untuk menyaring mereka yang taat kepada Allah (ayat 21). Dengan demikian, penderitaan dan malapetaka bisa MENJADI PELANTANG SUARA  untuk memanggil umat milik-Nya kembali kepada-Nya. Sahabat, nubuatan Nabi Yeremia mengajak umat untuk menghargai dan menerima DIDIKAN  dari Tuhan. Didikan yang diberikan Allah bertujuan untuk menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih melaluinya. Ada kasih dalam setiap pendisiplinan dari Allah. Ada anugerah yang senantiasa disiapkan dalam setiap perjalanan kehidupan. Semua itu dapat kita yakini karena Allah yang kita sembah adalah Allah yang kekal, yang hadir dalam setiap detik kehidupan umat-Nya. Waspadalah terhadap TELINGA  yang TIDAK BERSUNAT.  Sahabat, banyak mengetahui firman Tuhan saja belum cukup. Yang lebih penting adalah seberapa banyak kita hidup sesuai dengan pengetahuan tersebut. Setiap kali membaca dan mendengar firman Tuhan, berdoalah agar kita memiliki tekad dan dimampukan untuk menjadi PELAKU FIRMAN. Haleluya! Tuhan itu baik. Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu pada hari ini? Apa yang Sahabat pahami dari ayat 16? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Seharusnya manusia membuka hatinya untuk setiap peringatan dan teguran Tuhan, sebab peringatan dan teguran Tuhan menuntun manusia kepada JALAN KEHIDUPAN. (pg).

EMERGING like GOLD

EMAS TERMASUK LOGAM MULIA. Logam mulia rupakan salah satu istilah yang sudah akrab di telinga kita. Biasanya, istilah logam mulia digunakan untuk jenis logam yang dianggap langka dan bernilai jual. Lalu apa itu logam mulia? Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), istilah lain dari logam mulia adalah logam adi. Sedangkan arti logam mulia adalah logam yang tidak dapat bersenyawa dengan zat asam. Logam mulia  adalah logam yang tahan terhadap korosi maupun oksidasi. Dengan kata lain, logam mulia  adalah jenis logam tahan banting, tidak berkarat, langka, tidak mudah lapuk, apalagi robek. Berbeda dengan kayu yang menjadi abu bila dibakar, emas tetap bertahan dalam kobaran api. Hanya wujudnya yang mencair pada suhu sekitar 1000°C. Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab Ayub dengan topik: “EMERGING like GOLD (TIMBUL seperti EMAS)”. Bacaan Sabda saya ambil dari Ayub 23:1-17 dengan penekanan pada ayat 10. Sahabat, pengakuan Ayub ini muncul tatkala ia mengalami pergumulan yang berat dan mendalam. Ayub dipisahkan oleh jarak fisik, tidak bisa bicara, dan tidak akan merasakan kehadiran Tuhan. Saat-saat perasaan terasa jauh dari Tuhan, itu membuat kesulitan untuk memercayai Tuhan. Namun Ayub tetap belajar percaya dan ia mempunyai keyakinan, “Karena Ia tahu jalan hidupku; seandainya Ia menguji aku, aku akan timbul seperti emas” (ayat 10). Ayub menggambarkan pengalaman dan ujian hidupnya sebagai proses pemurnian emas (ayat 10). Ia juga menyadari hidup ini penuh misteri, termasuk fakta bahwa Allah seolah diam saja. Di situ Ayub belajar beriman bahwa ALLAH ITU HIDUP dan sedang menguji dirinya. Sahabat, seolah-olah, Ayub berkata kepada sahabatnya, “Hai Elifas, Bildad, dan Zofar, sekalipun aku tak mampu menemukan hadirat Allah, aku yakin DIA HIDUP  dan MENGETAHUI JALAN HIDUPKU. Dia tahu jalan yang kutempuh. Aku percaya kepada-Nya. Setelah ujian ini berlalu, Dia akan membenarkan aku, sebab Dia tahu bagaimana aku hidup di hadapan-Nya. Aku akan timbul seperti emas yang sudah teruji oleh api pencobaan. Aku bersaksi bahwa aku menuruti jalan-Nya, dan firman-Nya aku simpan dalam hatiku” (ayat 8-12). Kisah penderitaan Ayub ini dimaksudkan untuk mengajarkan kepada kita bahwa selalu ada rencana terbaik di balik setiap ujian hidup yang Tuhan izinkan menimpa kita. Cara Ayub memandang persoalan mengajar kita bahwa Tuhan MEMEGANG KENDALI  kehidupan kita. Hidup kita ibarat emas dan begitu berharga di mata Tuhan. Jika Tuhan “membakar” hidup kita, Dia tidak bermaksud menghancurkannya. Sebaliknya, Dia ingin mendapati kualitas iman yang teruji, yang murni, sebuah kehidupan yang tanpa cela di hadapan-Nya. Sahabat, Ayub menyadari bahwa harus ada sebuah proses pemurnian emas yang dilakukan lewat proses pembakaran. Metodenya adalah dengan memberi panas pada emas hingga mencair. Di saat emas sudah cair, berbagai kotoran yang melekat padanya seperti debu,  dan unsur-unsur logam lain akan naik ke permukaan, sehingga semua kotoran ini bisa dipilah dan dibuang. Demikianlah proses ini dilakukan berulang-ulang hingga akhirnya diperoleh emas yang benar-benar murni, bebas dari segala kotoran dan campuran logam lainnya. Dari proses pembakaran itu akan jelas terlihat mana emas yang murni, mana yang masih dipenuhi oleh kotoran-kotoran yang mengurangi kadar kemurnian emas itu. Haleluya! Tuhan itu baik. Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Pesan apa yang Sahabat peroleh dari perenunganmu pada hari ini? Apa yang Sahabat pahami dari ayat 16-17? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: “Sekalipun dagingku dan hatiku habis lenyap, gunung batuku dan bagianku tetaplah Allah selama-lamanya.”  (Mazmur 73:26)

IMMODEST ADVICE of A Friend

VULGAR. Apa itu? Vulgar itu suatu tutur kata, perilaku atau perbuatan yang kasar, tidak sopan, barbar atau brutal. Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab Ayub dengan topik: “IMMODEST ADVICE of A Friend (NASIHAT VULGAR Seorang Sahabat)”. Bacaan Sabda saya ambil dari Ayub 22:1-30. Sahabat, LAI memberi judul Ayub 22: Elifas menganjurkan, supaya Ayub bertobat dari dosanya yang besar. Mencengangkan NASIHAT (ANJURAN) Elifas yang terakhir ini sungguh VULGAR. Ia bagaikan seorang polisi yang memaksa dan menganiaya satu-satunya tersangka yang ada di tangannya. Sekonyong-konyong Elifas menghujani Ayub dengan pelbagai tuduhan, yang entah muncul dari mana. Kita tahu jelas tuduhan itu bertolak belakang dengan karakter Ayub (Ayub 1). Elifas diperkenalkan sebagai seorang  Ayub, dengan demikian seharusnya dia mengenal pribadi  Ayub dengan baik. Sahabat, serangan kepada Ayub makin brutal! Kali ini, Elifas menyerang langsung kepribadian Ayub. Bagi Elifas, Ayub sama sekali tak bermanfaat, baik bagi Allah maupun bagi sesama (ayat 1-10). Menurut Elifas, pengakuan Ayub akan hikmat dan kesalehan pribadinya adalah bohong, karena kenyataan bahwa ia sudah diadili dan dihukum Allah membuktikan bahwa Allah sama sekali tak memandang Ayub sebagai seorang yang benar di hadapan- Nya (Ayub 21:1-4).  Selain itu, Ayub dituduh secara keji sebagai berlaku lalim kepada sesama, mulai dari pemerasan orang yang tak berdaya, keengganan menolong orang melarat, dan tindakan semena-mena sebagai tuan tanah. Jadi, wajar bila hidupnya dilanda bencana dahsyat (ayat 5-10). Elifas menuduh Ayub melakukan tindakan lalim yang bersumber dari sikap tidak menghormati Allah, yang digambarkan dengan beberapa kalimat berikut: “Tahu apa Allah? Dapatkah Ia mengadili dari balik awan-awan yang gelap?” (ayat 13), “Pergilah dari kami! Yang Mahakuasa dapat berbuat apa terhadap kami?” (ayat 17). Oleh sebab itu, satu-satunya harapan Ayub adalah pertobatan, yakni berdamai dengan Allah melalui menaati firman- Nya, berdoa dan merendahkan diri di hadapan-Nya, serta mengutamakan Allah seperti menghargai emas (ayat 21-27). Sahabat, niat dan usaha Elifas membantu Ayub perlu dihargai dan ditiru. Kesungguhannya berharap agar Ayub segera terlepas dari segala penderitaannya patut diteladani. Namun, kesungguhan itu harus disertai kepekaan atas penderitaan orang-orang di sekitar kita. Tindakan Elifas yang harus dihindari adalah sikap menganggap diri paling benar dan keberanian memakai nama Allah untuk memaksakan kehendak. Saat menolong sesama, pelajarilah kondisinya secara teliti, supaya kita dapat bertindak dengan bijak, elegan,  dan sopan. Tuhan menciptakan manusia dengan akal budi sesuai citra-Nya. Untuk berfungsi sesuai citra Tuhan itu, kita perlu menggunakan akal budi. Apa yang terjadi dengan Elifas, Bildad, dan Zofar adalah contoh ketidakmampuan orang menggunakan akal budinya, sehingga mereka tidak bisa menjadi citra Tuhan yang baik dalam hidup mereka. Dalam beberapa dialog yang sudah kita pelajari, kita melihat sebuah konsekuensi fatal gaya hidup orang-orang yang mengklaim mencintai Tuhan, ternyata kurang  bijak dalam  menggunakan segenap akal budinya. Haleluya. Tuhan itu baik. Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu pada hari ini? Apa yang Sahabat pahami dari ayat 21? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Ketika ada masalah jangan hanya minta jawaban, kesembuhan atau pemulihan saja, tetapi mintalah supaya Tuhan menyatakan maksud dan rencana-Nya atas kita melalui masalah atau penderitaan yang sedang diizinkan untuk kita alami. (pg).

FEAR of GOD is the KEY of BLESSINGS

TAKUT AKAN TUHAN. Takut yang bagaimana?  Takut akan Tuhan merupakan unsur penting dalam kehidupan orang percaya.  Ada banyak di antara kita yang takut akan banyak hal, seperti takut akan Kecoak, takut akan ketinggian, takut akan keramaian dan sebagainya.  Takut akan Tuhan bukanlah seperti itu.  Pengertian takut akan Tuhan menjadi jelas jika kita mengerti siapa dan seperti apa Tuhan itu. Takut akan Tuhan berbicara tentang kekuatan, kebesaran, otoritas dan kekudusan Tuhan.  Takut akan Tuhan di sini merupakan wujud rasa takut dalam arti positif.  Artinya kita menghormati Dia karena kebesaran-Nya, kekudusan-Nya, keadilan-Nya dan juga kebenaran-Nya.  Takut akan Tuhan merupakan ketetapan hati dan pikiran orang percaya yang tidak mau mengecewakan Tuhan melalui pikiran, ucapan dan tindakannya sebagai ekspresi kasih kepada-Nya.  Jadi orang yang takut akan Tuhan akan berusaha untuk hidup seturut firman-Nya, menjauhkan diri dari segala bentuk dosa dengan kerelaan hatinya sendiri, bukan karena terpaksa atau karena dorongan dari orang lain.  Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab Yeremia dengan topik: “FEAR of GOD is the KEY of BLESSINGS (TAKUT AKAN TUHAN KUNCI MENUAI BERKAT)”. Bacaan Sabda saya ambil dari Yeremia 5:20-31 dengan penekanan pada ayat 24. Sahabat, ungkapan “takut akan Tuhan” menjadi salah satu ungkapan yang paling banyak disebut, diajarkan, ditulis, dan dikhotbahkan di kalangan orang percaya. Topik yang sama juga banyak disebut dalam Alkitab sejak Perjanjian Lama karena Allah menginginkan setiap manusia, tidak hanya umat-Nya, menjalani kehidupan ini dengan takut akan Dia. Wujud sikap takut akan Tuhan adalah taat melakukan kehendak-Nya, sebagaimana Kristus telah memberikan teladan bagaimana Ia taat melakukan kehendak Bapa, bahkan taat sampai mati di kayu salib.  Karena itu kita wajib mengikuti jejak-Nya yaitu hidup dalam KETAATAN.  Kekristenan tanpa memiliki rasa takut akan Tuhan adalah sia-sia!  Hidup takut akan Tuhan adalah hidup yang penuh hormat kepada Tuhan, yang ditandai dengan rasa takut untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan firman Tuhan, sehingga dengan penuh komitmen kita mengasihi Tuhan dan menempatkan Dia sebagai yang terutama dan utama dalam hidup ini. Sahabat, secara sepihak kita seringkali menuntut Tuhan untuk memberkati atau menggenapi janji-janji-Nya, tetapi kita sendiri tidak mau membayar harganya.  Adakalanya Tuhan mengizinkan masalah terjadi dalam hidup kita sebagai bagian dari proses pendewasaan iman, namun tidak sedikit masalah harus kita alami sebagai akibat dari ketidaksungguhan kita dalam mengikut Tuhan atau kita tidak takut akan Tuhan.  Padahal takut akan Tuhan adalah kunci utama untuk kita mengalami BERKAT-BERKAT  Tuhan.  Tuhan pasti akan mengerjakan bagian-Nya yaitu memberkati kita, asalkan kita juga mengerjakan bagian kita yaitu takut akan Dia (Mazmur 112:1-3).  Sahabat, kesadaran  akan hal tersebut membuat seseorang berhati-hati menjalani hidupnya, karena suatu saat nanti, ia juga akan berdiri di hadapan Sang Hakim yang menilai segenap hidupnya. Penghakiman ilahi yang menakutkan bagi orang berdosa, tetapi menentramkan hati bagi mereka yang telah dibenarkan melalui karya salib Kristus. Kiranya kita dimampukan untuk menjalani hidup ini dengan kadar takut akan Allah yang semakin tinggi. Haleluya. Tuhan itu baik. Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu pada hari ini? Apa yang Sahabat pahami dari ayat 19? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Sudahkah kita menjadikan takut akan Tuhan sebagai bagian dari kehidupan kita sehari- hari yang kita hidupi? (pg).