Akulah GEMBALA yang BAIK. Meme Firman Hari Ini (29 Desember 2022).
Aku adalah ALFA dan OMEGA. Meme Firman Hari Ini (28 Desember 2022).
SATU. Meme Firman Hari Ini (27 Desember 2022).
Beroleh hidup yang kekal. Meme Firman Hari Ini (26 Desember 2022).
REPENTANCE INVITATION
MURTAD. Pendapat sebagian besar orang, murtad berarti: Berganti kepercayaan; berpindah dari satu agama ke agama yang lain. Dalam pandangan teologi umum, murtad juga diartikan sebagai melepas iman Kristen demi suatu nafsu, hasrat, kepuasan, ambisi, dan kekuasaan duniawi yang diasumsikan tidak setia mengikut Yesus Kristus. Ada beberapa latar belakang yang membuat orang menjadi murtad: Pertama: Pacar atau pasangan hidup atau jodoh. Ada orang memilih menyangkal iman dan meninggalkan Kristus demi pacar yang dicintainya. Demi mendapatkan jodoh atau pasangan hidup mereka rela mengorbankan keselamatan. Mereka menempatkan cinta melebihi kasihnya kepada Tuhan. Kedua: Karir. Tidak sedikit orang di Indonesia berpikir bahwa iman kepada Kristus menjadi faktor penghambat untuk meningkatkan karirnya atau kehilangan kesempatan untuk mendapatkan promosi di perusahaannya. Itulah sebabnya mereka lebih memilih untuk meninggalkan Kristus supaya karirnya makin menanjak. Karena takut tak laku lagi, takut ditinggalkan penggemar, dan takut tak memperoleh job, ada artis-artis yang dengan sengaja meninggalkan Kristus agar tetap dapat berkarya di jagat hiburan. Biasanya mereka kurang nyaman bahkan marah kalau dikatakan murtad. Mereka lebih senang kalau dikatakan menjadi mualaf. Selama kita masih hidup, kesempatan untuk bertobat selalu terbuka. Sesungguhnya ada undangan dari Tuhan agar mereka bertobat. Undangan pertobatan. Repentance invitation. Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab Yeremia dengan topik: “REPENTANCE INVITATION”. Bacaan Sabda saya ambil dari Yeremia 3:6 – 4:4 dengan penekanan pada Yeremia 3:12-13. Sahabat, dapat kita bayangkan sebuah relasi yang intim antara Allah sebagai Bapa dan kita sebagai anak-anak-Nya. Sayang, manusia seringkali memosisikan dirinya sebagai anak yang tidak tahu berterima kasih, bahkan berpaling dari Sang Bapa. Lantas, bagaimana sikap Sang Bapa menanggapi pemberontakan anak-anak-Nya? Melalui nubuatan Nabi Yeremia kita melihat kegeraman Allah atas ketidaksetiaan manusia. Ketidaksetiaan itu digambarkan layaknya istri yang tidak setia atau anak yang memberontak. Konsekuensi atas perbuatan tersebut adalah penghukuman Allah. Namun, di balik itu semua ada kemurahan hati Allah yang membangkitkan kehidupan. Sahabat, Allah menampilkan kemurahan hati-Nya. Dia menyampaikan kerinduan-Nya agar anak-anak-Nya kembali setia. Allah memanggil umat Israel dengan panggilan anak-anak murtad, istilah murtad merujuk kepada seseorang yang berbelok arah dari jalan yang seharusnya (ayat 14). Mereka akan dikembalikan ke Sion untuk membangun kembali kehidupan di tanah yang telah dijanjikan Allah. Artinya, Allah menjanjikan pemulihan asalkan mereka bersedia bertobat dan kembali kepada-Nya. Proses pertobatan membutuhkan kerja keras dan komitmen. Allah menginginkan umat Israel sungguh-sungguh serius meninggalkan cara hidup mereka yang lama. Bukit-bukit pengurbanan tempat mereka menyembah Baal adalah kesia-siaan. Hanya Allah sumber keselamatan, bukan yang lain. Dalam Tuhan ada pembaruan kehidupan. Hidup baru mendatangkan berkat bagi orang di sekitar kita. Sahabat, undangan pembaruan kehidupan dari Allah juga menyapa kita semua. Dia senantiasa mengetuk hati kita masing-masing, bahkan dengan kesabaran yang luar biasa, agar kita kembali kepada-Nya. Bertobatlah dan perbaruilah hidup kita di dalam-Nya! Haleluya! Tuhan itu baik. Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Pesan apa yang Sahabat peroleh dari perenunganmu pada hari ini? Apa yang Sahabat pahami dari Yeremia 3:12-13? Mari sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Tuhan selalu memberikan undangan pertobatan kepada manusia. Namun, apakah manusia bersedia untuk kembali kepada Tuhan dalam pertobatan? (pg).
Don’t Judge!
MENGHAKIMI. Orang yang suka menunjuk-nunjuk kesalahan orang lain atau menghakimi orang lain, tak menyadari bahwa sesungguhnya ketika ia sedang menunjuk dengan jari telunjuknya, hanya satu jari saja yang tertuju kepada orang lain, sedang empat jari lainnya menunjuk kepada dirinya sendiri. Siapakah kita ini sehingga kita berlaku seperti seorang hakim yang menjatuhkan vonis kepada orang lain? Sebelum kita menghakimi orang lain, sebaiknya kita memeriksa diri sendiri terlebih dahulu: Apakah kita ini sudah bersih dari kesalahan? Apakah kita ini sudah sempurna, tanpa cacat cela? Tidakkah kita malu pada diri sendiri, bila kesalahan yang kita perbuat ternyata jauh lebih besar daripada orang yang sedang kita hakimi? Sahabat, saat ini orang mudah sekali terprovokasi, mudah menuduh atau menyalahkan orang lain; terbiasa mencari-cari kelemahan dan kekurangan orang lain; mudah sekali berkomentar, menghujat, menghina, memojokkan, merendahkan, membuka aib, mengorek-orek masa lalu orang lain dengan komentar atau cuitan-cuitan di media sosial. Kita seringkali berlaku seolah-olah menjadi orang yang paling benar, paling suci, tiada tandingannya. Kita bertindak sebagai hakim dengan pikiran yang jahat. Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab Ayub dengan topik: “Don’t Judge! (Jangan Menghakimi!)”. Bacaan Sabda saya ambil dari Ayub 20:1-29. Sahabat, ringkasan ceramah Zofar dalam Ayub 20 dapat kita jumpai pada ayat 5. Pernyataan tersebut ada benarnya dan memang patut diperhatikan oleh setiap orang, agar kita insaf dari dosa-dosa kita. Sesungguhnya pernyataannya tersebut mengandung dua masalah serius. Pertama, klaim yang menyederhanakan permasalahan (simplistis). Anggapan umum bahwa kesuksesan orang jahat pasti hanya berlangsung singkat, padahal kenyataannya problema kehidupan tidak sesederhana itu. Kedua, Zofar membalik alur penalarannya: Orang jahat akan jatuh dari kesuksesan dan hidupnya menjadi tidak bahagia, maka orang yang tidak sukses dan tidak bahagia pastilah orang jahat. Ini merupakan kesesatan dalam berpikir. Sahabat, dalam kehidupan kita sebagai orang percaya, Alkitab mengajarkan bahwa Tuhan akan menghakimi segenap umat manusia, termasuk orang-orang jahat, sebagaimana yang diutarakan oleh Zofar. Tuhan tidak memanggil kita untuk menggantikan Dia menjadi Sang Hakim bagi orang-orang di sekitar kita, siapa yang baik dan siapa yang jahat. Lagipula dengan DASAR APA kita bisa membuat keputusan tersebut? Ini merupakan penyalahgunaan doktrin yang membuat orang-orang percaya berambisi BERPERAN SEBAGAI ALLAH untuk MENGHAKIMI orang lain. Orang-orang yang berpandangan SIMPLISTIS tentang konsep SEBAB-AKIBAT, antara DOSA dan PENDERITAAN, memiliki risiko menjadi penghalang bagi orang lain untuk mengenal Kristus, yang sudah datang ke dunia dan mati disalib untuk menebus dosa manusia. Saat kehidupan finansial mereka tidak baik, saat dirinya sakit-sakitan serta mengalami kegagalan bisnis dan seterusnya, maka ajaran simplistis tersebut akan menjerumuskan seseorang mempertanyakan jaminan keselamatan Tuhan dalam hidupnya. Tatanan dunia, alam semesta maupun masyarakat, sudah ternoda oleh dosa. MASALAH dan KEGAGALAN adalah KENYATAAN HIDUP. Meski demikian kondisinya, tetap ada penghiburan Allah bagi kita. Lewat kehidupan Ayub, kita melihat bagaimana TUHAN SELALU MENYERTAI Ayub sampai akhir hidupnya. Haleluya! Tuhan itu baik. Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu pada hari ini? Apa yang Sahabat pahami dari ayat 12-14? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Kita tak luput dari kesalahan dan dosa, karena itu berhentilah menghakimi orang lain. (pg).
Digging A Leaking Pond
BERHALA. Entah kita sadar atau tidak, dunia kini dipenuhi berbagai BERHALA MODERN. Keberadaannya bukan lagi berupa patung berbentuk manusia maupun hewan tetapi lebih kepada hal yang memikat hati kita lebih daripada Tuhan, misalnya: Pekerjaan atau hobi. Sahabat, memang berhala umumnya berbentuk patung-patung yang menyerupai manusia, hewan, atau bentuk apa pun (benda mati). Dalam Zaman Now, berhala itu berarti lebih mementingkan sesuatu daripada mengutamakan Tuhan. Bukan sekadar patung, tetapi sesuatu yang merintangi kita untuk datang pada Tuhan, sesuatu yang menjadi penghalang bagi kita untuk bersekutu dengan Tuhan secara pribadi. Hari ini kita akan melanjutkan untuk belajar dari kitab Yeremia dengan topik; “Digging A Leaking Pond (Menggali Kolam yang Bocor)”. Bacaan Sabda saya ambil dari Yeremia 2:1-19 dengan penekanan pada ayat 11. Sahabat, “Air susu dibalas air tuba!” Mungkin peribahasa itulah yang tepat untuk menggambarkan ulah Israel terhadap TUHAN pada zaman Yeremia. Setidaknya, itulah yang tersurat, “Aku telah membawamu ke tanah yang subur, untuk menikmati buahnya dan segala yang baik dari padanya. Tetapi segera setelah kamu masuk, kamu menajiskan tanah-Ku; tanah milik-Ku telah kamu buat menjadi kekejian.” (Ayat 7). Manusia tidak selalu puas dengan apa yang dimilikinya. Begitu pula dengan Israel, mereka melihat berbagai kultus penyembahan terhadap para dewa tampak menarik, lalu mencampuradukkannya dengan peribadahan mereka dan akhirnya menukar kesetiaan terhadap Allah. Sahabat, bacaan kita pada hari ini menyoroti hubungan yang tidak lagi mesra antara Tuhan dan umat-Nya. Tuhan mengungkapkan kekecewaan hati-Nya. Betapa mudah umat yang telah dipilih-Nya mendua-hati. Mereka diingatkan akan hubungan kasih yang terjalin dalam peristiwa pembebasan dari Mesir dan pemeliharaan-Nya atas mereka dalam pengembaraan melalui padang gurun yang kering dan tandus (ayat 6). Namun, bagaimana sikap umat-Nya? Bak pepatah yang berbunyi: “Bagai kacang lupa akan kulitnya”, umat bukan berterima kasih atas kemerdekaan dan berkat-berkat-Nya, mereka malah mengkhianati Dia dengan mengikuti para ilah bangsa-bangsa sekitarnya (Ayat 5 dan 7). Parahnya, para imam dan nabi sebagai pemimpin umat juga melakukan pengkhianatan sama. Mereka yang mestinya jadi teladan integritas iman kepada Tuhan justru berpaling mengikuti ilah-ilah lain (ayat 8).Kegetiran yang dirasakan oleh Tuhan diungkapkan dengan membandingkan kelakuan umat-Nya dan kelakuan bangsa-bangsa lain: Pernahkah ada bangsa yang mengganti ilah sesembahannya, “… Tetapi umat-Ku menukarkan kemuliaannya dengan apa yang tak berguna” (ayat 11). Tindakan bodoh tersebut diibaratkan dengan MENGGALI KOLAM YANG BOCOR dan tak dapat menampung air! (ayat 13). Sahabat, pada masa kini, boleh saja umat Tuhan mengklaim tidak lagi memuja berhala. Namun, benarkah kita tidak menduakan Dia? Bukankah popularitas, harta, dan kuasa, serta berbagai bentuk “berhala” baru acap kali menggeser kedudukan Tuhan dari hidup banyak manusia sekarang? Tanpa kecuali, umat yang sudah ditebus Kristus dan para pemimpinnya pun tidak kebal terhadap godaan tersebut. Betapa menyedihkan bila kita berkompromi dalam iman dan integritas demi tawaran yang kerap menjerumuskan kita pada kekacauan dan kegalauan. Mari bertobat! Kembalilah bersandar hanya pada Dia! Haleluya! Tuhan itu baik. Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu pada hari ini? Apa yang Sahabat pahami dari ayat 13? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Jauh dari Sumber Air Hidup akan berakibat: Hiidup kering, gersang, tak mungkin berbuah! (pg).
I Know My REDEEMER Alive
KONSEP SEBAB AKIBAT. LAI memberi judul Ayub 18: Pendapat Bildad, bahwa orang fasik pasti akan binasa. Dalam pasal ini Bildad menyodorkan sebuah gambaran tegas tentang neraka. Bagi Bildad, Ayub hanyalah seorang manusia yang tidak tahu diri, tidak bisa mengendalikan dirinya, dan mengharapkan sebuah dispensasi ilahi untuk tidak tunduk kepada hukum-hukum alam (ayat 4). Pada bagian pertama (ayat 1-4), Bildad hendak mengatakan bahwa segala sesuatu di dunia ini ada tempatnya. Tempat yang cocok bagi Ayub adalah neraka karena penderitaan yang tengah ia alami. Pada bagian kedua (ayat 5-21) ditemukan satu ide yang diulang berkali-kali, yaitu tempat tinggal (kemah, tempat kediaman). Dengan ide ini, Bildad mengatakan neraka adalah sebuah tempat tinggal yang menjadi tujuan akhir bagi orang-orang fasik. Bildad menggambarkan neraka sebagai sebuah tempat yang gelap (ayat 5-6), penuh masalah dan kesusahan (ayat 7-10), di mana orang tak hentinya mengalami teror dan kesusahan (ayat 11-16), dan hidup akan berujung pada kesia-siaan dan kesepian yang mutlak (17-19). Sahabat, di tengah-tengah penderitaannya, Ayub terus mempertahankan posisinya bahwa dia tidak bersalah. Sahabat-sahabatnya berpikir bahwa Ayub tentu telah berdosa sehingga mengalami penderitaan hebat seperti itu, namun Ayub merasakan bahwa dia secara tidak adil ditinggalkan oleh Allah, dan sekarang dia berseru mohon keadilan. Hasrat hatinya adalah agar seseorang mengakui kebenaran dirinya, meski setelah kematiannya sekalipun. Dengan suatu seruan iman di tengah-tengah suatu situasi yang kelihatannya absurd, Ayub berkata: “Tetapi aku tahu: Penebusku hidup, …” (Ayub 19:25). Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab Ayub dengan topik: “I Know My REDEEMER Alive (Aku Tahu PENEBUSKU Hidup)”. Bacaan Sabda saya ambil dari Ayub 18:1 – 19:29 dengan penekanan pada ayub 19:25. Sahabat, Balasan Ayub di pasal 19 dimulai dengan permohonan kepada para sahabatnya untuk berhenti menghakimi dan memaksanya bertobat (19:1-4). Ia menjelaskan bahwa penderitaannya bukan karena kesalahannya, namun karena Allah telah berlaku tidak adil terhadapnya (19:6), Istilah “berlaku tidak adil” diartikan sebagai memperlakukan secara tidak sepatutnya. Saat itu, Ayub mengira bahwa semua penderitaannya berasal dari Allah, padahal sebenarnya semuanya merupakan serangan yang dilancarkan Iblis. Sekalipun demikian, Ayub kembali menunjukkan imannya kepada Allah yang tidak tergoyahkan oleh apa pun juga. Setelah mungungkapkan bagaimana ia menerima perlakuan yang tidak sepatutnya dari Allah (19:7-12), bagaimana ia dijauhi dan ditakuti semua orang: Para sahabat, budak, kanak-kanak, dan orang-orang yang ia kasihi (19:13-20). Ayub mendeklarasikan keyakinannya bahwa Allah adalah Penebusnya yang hidup dan akan memulihkannya (19:23- 27). Pengalaman Ayub mengantarkan kita kepada sebuah refleksi: Ketika kehidupan kita dilanda kesulitan dan penderitaan, apakah kita tetap yakin kepada pertolongan dan pembelaan Allah? Mengapa Ayub bisa kuat menghadapi penderitaan yang ada? Karena Ayub tahu bahwa Tuhan yang dia sembah adalah SANG PENEBUS HIDUPNYA. Semua yang terjadi dalam hidupnya, seburuk apa pun jika itu seizin Tuhan, Dia pasti sanggup memulihkan… Karena itu Ayub masih bisa berkata, “Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?” Dalam kesemuanya itu Ayub harus mengalami proses, ia yakin “…akan timbul seperti emas.” (Ayub 23:10). Itulah sebabnya Ayub tetap mampu bertahan di tengah penderitaan yang dialaminya. Haleluya! Tuhan itu baik. Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Pesan apa yang Sahabatkan peroleh dari hasil perenunganmu pada hari ini? Apa yang Sahabat pahami dari Ayub 18:5-7? Selamat sejenak merenung. Walaupun kita tidak senantiasa memahami rencana Allah, kita selalu dapat hidup dalam pengharapan bahwa kita akan berdiri di hadapan Allah dan melihat Dia dalam kemuliaan dan keagungan-Nya. (pg).
A CALLING as A PROPHET
GAMANG. Menjadi pembawa berita yang menyenangkan orang lain, tentu itu merupakan hal yang mudah dan menyenangkan karena tidak mengandung risiko. Sebaliknya jika berita yang disampaikan merupakan teguran atau murka Allah, tentu sangat berbeda karena mengandung risiko dan bahaya yang besar. Itulah yang membuat Yeremia GAMANG. Menjadi nabi dalam usia belia bukanlah impian banyak orang, sebab nabi bukanlah figur populer. Tugas seorang nabi tidak jarang mengharuskan penyambung lidah Tuhan itu berhadapan dengan para pemangku kepentingan yang merasa tidak nyaman dengan pesan yang disampaikan. Pergumulan itulah yang harus dihadapi Yeremia di sepanjang hidupnya. Pergumulan tersebut di atas yang menyebabkan Yeremia GAMANG menjawab panggilan Tuhan. Syukur kepada Tuhan, kita telah berhasil menyelesaikan belajar dari kitab Yesaya. Mulai hari ini kita akan belajar dari kitab Yeremia. Hari ini kita akan belajar dari kitab Yeremia dengan topik: “A CALLING as A PROPHET (PANGGILAN sebagai NABI)”. Bacaan Sabda saya ambil dari Yeremia 1:1-19. Sahabat, Yeremia adalah anak imam Hilkia dari Anatot, desa kecil yang berjarak sekitar lima kilometer dari Yerusalem. Sahabat, ketika Yeremia dipanggil Tuhan pada tahun ketiga belas pemerintahan Yosia, usianya baru sekitar dua puluhan tahun (sekitar tahun 627 SM). Wajar saja, ia mencoba mengelak dengan alasan tidak pandai bicara karena masih belia (ayat 6). Namun, Tuhan yang mengerti ketakutannya memberi jaminan: “… Aku menyertai engkau untuk melepaskan engkau, …” (ayat 8). Pada saat Nabi Yeremia berkarya, kerajaan Yehuda yang kecil terjebak di tengah-tengah persaingan kerajaan-kerajaan besar yang berusaha menancapkan kekuasaan di kawasan itu. Dalam gejolak tersebut, Yeremia menjalankan perannya. Ia berkarya selama pemerintahan lima raja terakhir kerajaan Yehuda (ayat 2-3). Sahabat, Tuhan mempunyai rencana atas hidup Yeremia jauh sebelum ia lahir (ayat 5). Tuhan mempersiapkan, mengutus, dan memperlengkapi Yeremia untuk mencabut dan merobohkan serta menanam dan membangun (ayat 10). Bobot dan cakupan tugas yang diemban Yeremia tidak tanggung-tanggung. Ia harus meneruskan firman Tuhan yang menentukan jatuh bangunnya bangsa-bangsa dan kerajaan-kerajaan! Sejak awal Tuhan memang mengingatkan bahwa semua kekuatan dunia ini akan memeranginya. Namun, Tuhan menjanjikan penyertaan-Nya: “Mereka akan memerangi engkau, tetapi tidak akan mengalahkan engkau, …” (ayat 19). Dua penglihatan yang dilihatnya berfungsi untuk menguatkan hatinya (ayat 11-12, 13-14). Ia harus membawa teguran Tuhan dan hukuman Tuhan kepada Yehuda atas segala pemberontakan mereka. Dia mesti menjadi pembawa berita penghukuman Tuhan (ayat 17-19). Tuhan hendak mengutus Yeremia kepada umat-Nya. Dia menghendaki umat-Nya taat dan berserah penuh atas tugas serta panggilan yang telah ditetapkan-Nya. Yeremia yang pada mulanya mengelak panggilan tersebut justru diperlengkapi oleh Allah. Tuhan sendiri langsung menjamah Yeremia (ayat 9). Sahabat, kisah pemanggilan Yeremia mengajarkan kepada kita bahwa Allah memiliki rancangan serta panggilan yang unik bagi setiap manusia. Kita diciptakan Tuhan untuk memenuhi tugas tersebut. Mari kita memproses diri agar kita layak untuk dipakai-Nya. Di balik kekurangan-kekurangan yang ada pada kita, Allah memperlengkapi kita agar dapat melaksanakan tugas dan perutusan-Nya di dunia ini. Jadi, jangan khawatir! Laksanakan dengan sukacita panggilan kita masing-masing. Haleluya! Tuhan itu baik. Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu pada hari ini? Apa yang Sahabat pahami dari ayat 17-19? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Rencana Allah jauh melampaui rencana paling sempurna yang dapat dirancangkan oleh manusia. (pg).