Stay STRONG Within SUFFER

PENDERITAAN. Dalam ibadah raya pada hari Minggu hampir selalu diakhiri dengan doa berkat. Salah satu ayat yang sering dipakai untuk Doa Berkat diambil dari 1 Petrus 5:10: “Allah, sumber segala kasih karunia, yang telah memanggil kamu dalam Kristus kepada kemuliaan-Nya yang kekal, akan melengkapi, meneguhkan, menguatkan dan mengokohkan kamu, sesudah kamu menderita seketika lamanya”  Sahabat, terkadang frasa “sesudah kamu menderita seketika lamanya” dihilangkan dari doa berkat tersebut. Mengapa? Mungkin ada sebagian hamba Tuhan dan jemaat yang “alergi” terhadap yang namanya PENDERITAAN. Sedapat mungkin tidak berbicara mengenai penderitaan, karena akan menimbulkan kesedihan dan ketakutan.karena berbicara mengenai penderitaan hampir pasti tidak menyenangkan. Namun seharusnya tidak demikian. Jemaat perlu disadarkan bahwa yang namanya penderitaan itu datangnya tidak dapat diduga dan dapat menimpa siapa saja, termansuk orang-orang percaya. Justru jemaaat perlu dipersiapkan agar tidak terkejut dan syok  ketika penderitaan datang menerpa. Jemaat supaya tetap kuat dalam  penderitaan. Stay strong within suffer. Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab Ayub dengan topik: “Stay STRONG Within SUFFER”. Bacaan Sabda diambil dari Ayub 13:1-28 dengan penekanan pada ayat 23-24. Sahabat, Alkitab dengan jelas mencatat bahwa Ayub saleh dan jujur;  ia takut akan Allah dan menjauhi kejahatan.  (Ayub 1:1).  Itu menunjukkan bahwa Ayub adalah orang yang hidupnya benar dan tidak bercela di hadapan Tuhan.  Itulah sebabnya ketika kesengsaraan dan penderitaan menimpa hidupnya, maka  Ayub merasa tertekan. Rasa tertekan seringkali menjadikan kita tak mampu mengendalikan diri. Itulah yang dialami oleh Ayub. Ditengah derita dan rasa sedih atas bencana yang ia alami, sahabat-sahabatnya menyampaikan pemahaman-pemahaman mereka tentang derita yang dialami oleh Ayub. Semua itu sangat menekan Ayub. Oleh karena itu ia marah kepada sahabat-sahabatnya, sampai ia berkata: “Tetapi aku, aku hendak berbicara dengan Yang Mahakuasa, aku ingin membela perkaraku di hadapan Allah.” (ayat 3). Sebagai orang percaya kita harus belajar memahami kehendak Tuhan karena Dia memiliki sudut pandang yang berbeda.  Tuhan tidak pernah salah dalam setiap tindakan-Nya.  Segala penderitaan yang menimpa Ayub adalah ulah dari si Iblis yang hendak menjatuhkan iman Ayub.  Namun meski mengalami penderitaan yang luar biasa Ayub tetap mampu bertahan (Ayub 2:10b).  Luar biasa, Ayub kehilangan segala-galanya, namun  tidak membuat Ayub menjadi lemah dan putus asa.  Teman-teman dekatnya kelihatannya menasihati dia, padahal dalam nasihatnya itu terkandung tuduhan dan kecaman kepada Ayub.  Mereka menganggap bahwa Ayub telah melakukan suatu pelanggaran yang berakibat pada penderitaan yang harus ditanggungnya. Tuduhan tersebut tetap tidak menggoyahkan Ayub. Sahabat, sesungguhnya selama hidup di dunia ini kita tak luput dari masalah atau penderitaan.  Namun Tuhan berjanji untuk memberi kekuatan dan penghiburan kepada kita.  Tuhan memberikan Roh Kudus, Penolong dan Penghibur.   Karena itu dalam keadaan yang berat, biarlah kita tetap kuat dan bertahan karena selalu ada maksud dan rencana Tuhan di balik penderitaan yang kita alami. Haleluya! Tuhan itu baik. Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu pada hari ini? Apa yang Sahabat pahami dari ayat 3? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: “Karena Ia tahu jalan hidupku;  seandainya Ia menguji aku, aku akan timbul seperti emas.”  (Ayub 23:10). (pg).

My God, My Defender

MENGIDENTIFIKASIKAN DIRI. Kata mengindentisikasikan berasal dari kata dasar indentifikasi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KKBI): Kata indentifikasi berarti: 1. Tanda kenal diri; bukti diri; 2. Penentu atau penetapan identitas seseorang, benda, dsb; 3. Proses psikologi yang terjadi pada diri seseorang karena secara tidak sadar dia membayangkan dirinya seperti orang lain yang dikaguminya, lalu dia meniru tingkah laku orang yang dikaguminya itu. Sahabat, dalam Perjanjian Lama, Tuhan kita adalah Tuhan yang mengidentifikasikan dirinya dengan umat-Nya.  Bila ada satu bangsa yang menganiaya umat-Nya itu berarti menganiaya Tuhan sendiri. Kalau ada satu bangsa yang merendahkan umat-Nya itu berarti  merendahkan Tuhan sendiri. Maka kalau ada satu bangsa menyerang umat-Nya, itu berarti  menyerang Tuhan sendiri. Tentu Tuhan   tidak akan tinggal diam. Tuhanku, pembelaku. My God, my defender. Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab Yesaya dengan topik: “My God, My Defender”. Bacaan Sabda saya ambil dari Yesaya 63:1-19. Sahabat, murka Tuhan atas Edom merupakan kabar sukacita bagi umat yang tertinggal di Kerajaan Yehuda. Edom adalah kekuatan besar yang tak mungkin dikalahkan oleh Kerajaan Yehuda dengan kekuatan militer mereka yang tersisa pada saat itu. Namun Tuhan akan datang dengan keadilan-Nya untuk menyelamatkan umat-Nya. Yesaya menggambarkan Tuhan bertindak sendiri tanpa bantuan seorang manusia pun, tetapi pembalasan-Nya tuntas dan keselamatan yang diberikan-Nya menyeluruh. Siapa yang melawan Dia akan menerima ganjaran, tetapi umat-Nya akan Dia bela (ayat 4). Ia tidak berdiam diri melihat umat-Nya dianiaya dan mengalami kesusahan. Ia telah menetapkan suatu waktu ketika Ia menuntut balik keadilan dari orang-orang yang telah membuat umat-Nya menderita. Kita tidak tahu kapan waktu itu akan datang, tetapi Tuhan telah menetapkan satu masa dan Ia tidak akan lalai memberi kelegaan bagi umat. Sahabat, cukup banyak umat Tuhan yang hidup dalam penderitaan dan penganiayaan karena iman mereka. Lalu mengapa Tuhan tidak segera melakukan pembalasan dan melepaskan umat dari kesesakan tersebut? Ingatlah bahwa Tuhan merencanakan segala sesuatu pada waktu yang tepat sesuai kemahatahuan dan kemahakuasaan-Nya. Pada akhirnya, Ia sendiri yang akan bertindak tanpa memerlukan bantuan manusia. Yesaya 63 merupakan puisi  singkat yang  menyodorkan sebuah metafora dengan penggambaran yang kuat bagi kehidupan kita sebagai orang beriman bahwa dalam segala tekanan hidup yang kita hadapi, yakinlah bahwa selama kita berada di pihak Tuhan, maka Ia akan hadir dengan keadilan dan kuasa-Nya untuk menyelamatkan. Sahabat, Tuhan yang kudus dan adil tidak membiarkan manusia berdosa lolos dari hukuman, termasuk ketika umat-Nya berdosa. Tuhan dapat memakai orang fasik menjadi alat penghakiman-Nya terhadap umat-Nya. Namun tatkala murka-Nya terhadap umat-Nya telah mereda, Tuhan kembali membela dan memulihkan umat-Nya. Berbahagialah kita yang memiliki Tuhan yang murka-Nya terhadap umat-Nya hanya sesaat, tetapi kasih setia-Nya  untuk selama-lamanya. Haleluya! Tuhan itu baik. Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil pernunganmu pada hari ini? Apa yang Sahabat pahami dari ayat 8-9? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Teguhlah beriman dan peliharalah hidup kita dalam persekutuan. (pg).

Admonition and Suggestion from Friends

PENDERITAAN MERUPAKAN HUKUMAN ALLAH? Ayub pasal 4 – 31 merupakan percakapan Ayub dengan sahabat-sahabatnya.  Sedangkan Ayub 4:1-5:27 merupakan teguran dan anjuran dari Elifas untuk Ayub. Teguran dan anjuran dari sahabat. Admonition and suggestion from friends. Maka hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab Ayub dengan topik: “Admonition and Suggestion from Friends”. Bacaan Sabda saya ambil dari Ayub 4:1-5:27.  Sahabat, mulai pasal 4 sampai menjelang akhir kitab Ayub, yang akan kita baca dan renungkan bukan lagi kisah hidup dan penderitaan Ayub tetapi percakapan antara sahabat-sahabat Ayub dengan Ayub. Percakapan itu bersifat teguran, anjuran, bantahan, dan berbagai perenungan teologis tentang penderitaan dan realitas hidup. Umumnya, sahabat-sahabat Ayub menegaskan bahwa penderitaan adalah hukuman Allah atas dosa, karena itu Ayub harus bertobat. Ayub membantah hal itu sambil menunjuk kepada fakta kesalehannya. Dari semua teguran para sahabat Ayub, teguran dari Elifas cenderung paling lembut. Elifas mengakui fakta dampak positif hidup Ayub pada banyak orang. Nasihat dan teladan hidup Ayub telah membangun kehidupan banyak orang, bahkan mereka yang sedang terpuruk sekali pun (Ayub 4: 3-4). Elifas juga mengakui fakta bahwa sebelum ini, kesalehan Ayub dan takutnya akan Allah adalah dasar Ayub memiliki kehidupan yang penuh pengharapan (Ayub 4:6). Secara lembut Elifas menjadikan fakta-fakta tersebut teguran agar Ayub berpegang teguh pada prinsip-prinsip hidup yang sudah menjadi sumber inspirasi bagi banyak orang itu dan bersabar dalam penderitaan yang sedang dialaminya. Sahabat, Elifas beranggapan bahwa musibah yang menimpa Ayub memang merupakan rancangan Tuhan dan bukan sesuatu yang terjadi di luar kehendak-Nya. Namun, kali ini rancangan Tuhan untuk Ayub ialah menghukumnya dan penyebabnya jelas: Ayub telah berdosa (Ayub 4:17). Elifas terus berusaha menasihati Ayub untuk tetap bersabar (Ayub 5:2-6), memasrahkan diri ke dalam tangan Allah, sebab Dia berkuasa mengubah segala sesuatu (Ayub 5:8-13). Asal saja Ayub sabar, penderitaan ini dapat juga merupakan disiplin (Ayub 5:17). Bahkan Elifas mengatakan, “Dialah yang melukai, tetapi juga yang membebat” (Ayub 5:18). Semua nasihat Elifas ini benar. Tetapi, hal itu tidak menjawab pergumulan Ayub. Pada akhir kitab ini, kita dapat membaca bahwa kesimpulan Elifas keliru. Menurut Elifas penderitaan Ayub merupakan ganjaran Allah atas kejahatan yang Ayub lakukan. Elifas memutlakkan hukum sebab-akibat. Akibatnya, ia tidak berhasil meringankan derita Ayub, tetapi justru tambah membebaninya. Dari bacaan kita pada hari ini kita bisa belajar beberapa hal penting: Pertama, kita harus belajar untuk tidak melihat penderitaan dari satu sudut pandang saja. Kedua, selama kita hidup  di dunia, ada kemungkinan kita akan mengalami penderitaan. Hal tersebut belum tentu karena dosa atau kesalahan kita. Misalnya, bencana alam, musibah dan sakit. Ketiga, kita harus menentukan sikap yang tepat ketika mengalami penderitaan, yaitu menyerahkan diri kepada Tuhan, mohon kekuatan untuk mengerti makna yang terkandung di dalamnya. Haleluya! Tuhan itu baik. Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu pada hari ini? Apa yang Sahabat pahami dari Ayub 5:17? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Menghakimi sesama yang tengah menderita, bak mengucurkan cuka pada luka. (pg)