Having A New STATUS

KESELAMATAN TELAH DATANG. Kasih Allah sungguh tak terbatas. Allah selalu menjaga dan memelihara umat-Nya; Ia tidak pernah meninggalkan mereka sendiri. Oleh karena itu, nabi Yesaya giat menyerukan keselamatan dari Allah sampai menyala seperti suluh. Namun, ia juga ingin agar mereka tidak sekadar menerima keselamatan, melainkan turut serta menyerukannya sampai semua orang mendengar dan memperoleh keselamatan. Sahabat, Kita telah menyandang status baru sebagai anak-anak Allah dan telah menerima keselamatan itu. Keselamatan telah datang. Maka janganlah kita berdiam diri saja, tetapi hendaknya kita ikut serta menyerukan keselamatan dari Allah, sama seperti yang dilakukan oleh Yesaya. Tugas tersebut bukan hanya dilakukan oleh seorang nabi atau pendeta saja, atau penginjil saja, tetapi juga menjadi tugas setiap umat yang percaya dan telah menyandang status baru. Tuhan Yesus memerintahkan, “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku” (Matius 28:19). Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab Yesaya dengan topik: “Having A New STATUS (Menyandang  STATUS Baru)”. Bacaan Sabda saya ambil dari Yesaya 62:1-12. Sahabat, Tuhan telah menjanjikan pemulihan bagi Sion. Sebuah masa depan yang gemilang telah dijanjikan dengan begitu gamblang. Apakah itu berarti umat hanya perlu berdiam diri dan menunggu Tuhan mewujudnyatakan janji-Nya? Sahabat, ayat 6-7 mengajarkan bahwa Tuhan ingin agar kita terus berdoa dengan tekun sampai janji Tuhan jadi kenyataan. Ini sejalan dengan pengajaran Tuhan Yesus dalam Lukas 11:9-10 dan Lukas 18:7. Doa yang sungguh-sungguh dan tekun harus menjadi salah satu ciri kehidupan orang percaya. Sesungguhnya, pengharapan yang Tuhan janjikan adalah pengharapan eskatologis. Kita tidak tahu kapan dan bagaimana Tuhan mewujudnyatakan janji itu hingga saatnya tiba. Sebab itu selama masa penantian, sikap hidup yang berdoa menjadi penting karena akan membentuk pola pikir dan gaya hidup kita sebagai umat yang senantiasa hidup dengan pikiran yang terarah pada janji pemulihan Tuhan itu. Maka, pola pikir dan gaya hidup kita akan terbentuk sesuai realitas yang Tuhan janjikan sehingga kita menjadi bagian dari pekerjaan Tuhan mewujudnyatakan Sion yang baru dalam hidup kita, di tengah lingkungan kita, pada masa kini. Sahabat, ayat 9 mengingatkan kita pada gambaran yang Tuhan janjikan kepada umat Israel yang tengah mengembara di padang gurun (Ulangan 14:26), tentang akan datangnya masa depan yang lebih baik di negeri perjanjian. Mereka diingatkan juga untuk memelihara sikap hati yang penuh syukur dan mengingat bahwa semua hal yang baik ini datang dari Tuhan. Tindakan bersukaria bersama-sama di pelataran tempat kudus Tuhan juga merupakan kesaksian kepada orang-orang di sekitar mereka bahwa Tuhan-lah yang memberkati kehidupan mereka dan karena itu mereka berkumpul bersama untuk membesarkan nama Tuhan dan bersukaria di hadapan-Nya. Sahabat, akhirnya ayat 10-12 menggambarkan pemulihan Sion sebagai kesaksian bagi bangsa-bangsa. Perlahan namun pasti, seluruh sejarah menuju momen ini. Melalui kehidupan doa dan kehidupan yang bersukaria, marilah kita, yang sudah menyandang status baru, ambil bagian dalam karya Allah merestorasi dunia ini, menuju Sion yang baru. Haleluya! Allah itu baik. Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu pada hari ini? Apa yang Sahabat pahami dari ayat 2? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Keselamatan adalah anugerah atau kasih karunia Allah untuk kita. Tanpa Allah memberikan keselamatan kepada kita, mustahil kita selamat. (pg)

OPEN your HEART to GOD

TIDAK DIBURU KEINGINAN HATI KITA. Hidup dengan tenang sambil terus merefleksikan hidup yang dijalani, itulah hal yang akan menolong kita hidup sesuai dengan kehendak Tuhan. Sebaliknya jika hidup kita dipenuhi dengan kegundahan, kemarahan, pembelaan diri,  justru menjadikan hidup kita tak lagi mampu menarik setiap hikmat yang ada dalam hidup kita. Sahabat, itulah inti dari nasihat yang diberikan  Zofar dalam Ayub 11. LAI memberi judul Ayub pasal 11: Anjuran Zofar supaya Ayub merendahkan diri di hadapan Allah. Zofar mengajak Ayub untuk membuka hati bagi Tuhan.  Open your heart to God. Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab Ayub dengan topik: “OPEN your HEART to GOD”. Bacaan Sabda saya ambil dari Ayub 11:1-20 dengan penekanan pada ayat 13-16. Sahabat,  Zofar, orang Naama;  sahabat baik Ayub. Ia mendampingi Ayub bukan hanya kala Ayub bahagia, namun juga saat sahabatnya itu sedang dihantam derita. Zofar berani mengingatkan Ayub untuk merendahkan diri di hadapan Allah yang Mahatinggi karena mengasihi sahabatnya. Ia rindu Ayub mendapat pencerahan dari Allah dan menemukan jalan keluar dari masalah hidupnya. Zofar menasihati Ayub agar menjauhi dosa (ayat 14). Ia juga mengingatkan tentang berkat bagi orang yang tidak hidup berkubang dalam dosa. Zofar menyampaikan pandangannya kepada Ayub tentang TUHAN dan diri manusia. Memang, teman Ayub ini terkesan memberi penilaian berdasarkan ajaran atau teologi secara umum, bahwa TUHAN itu tak terbatas, sedangkan manusia itu terbatas. Kata Zofar, “Dapatkah engkau memahami hakikat Allah, menyelami batas-batas kekuasaan Yang Mahakuasa? Tingginya seperti langit – apa yang dapat kaulakukan? Dalamnya melebihi dunia orang mati – apa yang dapat kau ketahui?” (ayat 7-8). Ajaran Zofar tersebut tidak keliru. TUHAN adalah Sang Pencipta, sementara kita manusia adalah ciptaan-Nya. Ajaran Zofar itu mengingatkan agar kita MEMBUKA HATI  bagi TUHAN. Itu berarti, bersama TUHAN, kita siap menerima SEGALA KEMUNGKINAN  di luar pikiran kita. Sahabat, Zofar menyampaikan nasihat kepada Ayub: “Jikalau engkau ini menyediakan hatimu, dan menadahkan tanganmu kepada-Nya; jikalau engkau menjauhkan kejahatan dalam tanganmu, dan tidak membiarkan kecurangan ada dalam kemahmu, maka sesungguhnya, engkau dapat mengangkat mukamu tanpa cela, dan engkau akan berdiri teguh dan tidak akan takut, bahkan engkau akan melupakan kesusahanmu, hanya teringat kepadanya seperti kepada air yang telah mengalir lalu.” (ayat 13-16)  Jika ada sahabat yang rela bersusah payah memberikan waktu dan tenaga untuk mengingatkan kita, mendorong kita agar membuka hati dan menadahkan tangan tanda berserah dan tunduk pada kedaulatan Tuhan, bersyukurlah! Dengarkan dan praktikkanlah nasihatnya. Niscaya kita akan menemukan jalan keluar dan sukacita baru. Sahabat, kita tahu, hidup ini dipenuhi oleh kemungkinankemungkinan. Kalau kita membuka hati maka kita tidak bersikeras dengan pandangan sendiri, melainkan membuka diri terhadap pekerjaan-pekerjaan Tuhan. Kita percaya, bagi Tuhan tidak ada yang mustahil dapat terjadi demi kebaikan segala ciptaan yang dikasihi-Nya. Haleluya! Tuhan itu baik. Berdfasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu pada hari ini. Apa yang Sahabat pahami dari ayat 7-8? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati kita: Tuhan kerap memakai  Sahabat kita untuk berbicara ke dalam hidup kita. Bukalah hatimu dan sambutlah mereka. (pg).

GOD of Wisdom and Strength

MENJADI BAHAN TERTAWAAN. Dalam bagian awal Ayub pasal 12,  Ayub menyatakan bahwa orang yang benar bisa menjadi bahan tertawaan bagi orang lain sebab mereka menganggap orang benar itu aneh, termasuk Ayub sendiri mengalami hal tersebut. Ayub 12 merupakan tanggapan Ayub atas anjuran Zofar. LAI memberi judul untuk Ayub 12: Ayub mengakui kekuasaan dan hikmat Allah. Sahabat,  hidup menjadi orang benar memang sulit dan kadang dianggap aneh oleh orang-orang dunia, tetapi kita tidak usah terpengaruh dan mengikuti kata dunia karena yang kita ikuti adalah Yesus, satu-satunya Juru Selamat. Namun, dalam mengikut Yesus, kita harus menyangkal diri, memikul salib, dan mengikuti Dia. Hari ini kita akan melanjutkan untuk belajar dari kitab Ayub dengan topik: “GOD of Wisdom and Strength (Tuhan Kebijaksanaan dan Kekuatan)”. Bacaan Sabda saya ambil dari Ayub 12:1-25 dengan penekanan pada ayat  12-13. Sahabat, Orang yang sombong biasanya merasa dirinya lebih baik, lebih tahu, dan lebih berhikmat dari orang lain. Karena itu jangan heran,  mengapa ada orang-orang yang begitu mudah menghakimi seseorang tatkala tertimpa satu musibah. Mereka seolah-olah tahu segala sesuatu sehingga dengan mudahnya melontarkan tuduhan bahwa karena dosa-dosanyalah seseorang mengalami musibah. Sikap sok tahu itulah yang dilakukan ketiga sahabat Ayub. Mereka menuduh bahwa musibah yang terjadi adalah buah dari dosa-dosa Ayub. Sahabat, Ayub merasa bahwa kesombongan dan sikap sok tahu ketiga sahabatnya itu telah membutakan mereka dari kebenaran sejati (ayat 2). Sesungguhnya hikmat sejati ada pada Allah, Dialah yang berdaulat dan Mahatahu dari segala sesuatu yang terjadi atas hidup manusia. Karena itu, orang yang menyadari bahwa hikmat dan kebenaran hanya ada pada Allah, seharusnya tidak menjadikan dirinya sombong. Apalagi menghakimi orang lain yang sedang menderita pasti karena dosa dan patut dicela. Celakanya, orang yang sombong menyangka bahwa sikap sok tahu mereka tidak akan mendatangkan murka Allah. Sahabat, mari belajar untuk memahami siapa diri kita di hadapan Allah. Allah adalah Sang Pencipta (ayat 7-11). Ingatlah nasihat Ayub: Orang tua yang konon paling berpengalaman pun tidak boleh merasa dirinya paling berhikmat (ayat 12). Pada Allahlah hikmat dan kekuatan, Dialah yang mempunyai pertimbangan dan pengertian. Tuhanlah sumber hikmat dan pengertian bagi semua manusia di bumi ini. Tuhan yang mengajar setiap orang dalam perjalanan hidupnya. Itulah yang diakui oleh Ayub dalam percakapannya dengan sahabat-sahabatnya. Sahabat, semua hikmat dan kekuatan hanya ada di dalam Tuhan,  jadi tidak usah cari dari orang lain, tapi carilah hanya di dalam Tuhan. Ketika kita benar-benar bersandar kepada-Nya, Tuhan pasti akan selalu berikan kita hikmat dan kekuatan. Kiranya kita dapat belajar menjadi pribadi yang bijaksana dan rendah hati untuk tidak merasa diri paling benar dan paling tahu sehingga dengan mudahnya kita menunjuk-nunjuk kesalahan seseorang atas semua musibah yang terjadi. Haleluya! Tuhan itu baik. Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu pada hari ini? Apa yang Sahabat pahami dari ayat 14? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Mari terus bersandar kepada Tuhan, dan bukan kepada pengertian kita sendiri. (pg).

STRUGGLING with GOD

PERGUMULAN HIDUP. Perjalanan hidup manusia selama berada di muka bumi ini tak luput dari pergumulan.  Entah itu pergumulan tentang pelayanan, pekerjaan, keluarga, keuangan, sakit penyakit dan sebagainya.  Sesungguhnya, Tuhan tidak pernah menjanjikan anak-anak-Nya suatu kehidupan tanpa masalah, tapi Dia berjanji akan selalu menyertai.   Murid-murid Tuhan pun harus berjuang menghadapi angin ribut yang mengombang-ambingkan perahu mereka, padahal Tuhan ada bersama mereka (Matius 8:23-27).  Sahabat, penderitaan dan pergumulan hidup yang berat bisa hadir kapan saja tanpa bisa diduga dan diprediksi sebelumnya.  Tidak sedikit orang ketika mengalami tekanan dan pergumulan hidup yang berat bersikap skeptis, meragukan kasih setia Tuhan dan mempertanyakan janji-janji-Nya karena merasa tidak sanggup lagi menjalani hari-harinya. Kita berharap saat dalam tekanan hidup yang berat Tuhan segera menolong dan memberi jalan keluar, namun seringkali jawaban Tuhan tidak kunjung datang sehingga kita pun menjadi tawar hati.   Hendaknya kita tidak gampang putus asa dan menyerah saat dalam pergumulan yang berat.  Tantangan dan permasalahan dalam kehidupan adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari oleh semua orang, namun respons hati kita terhadap masalah, itulah yang membedakannya. Karena itu mari bergumul bersama Tuhan. Struggling with God. Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab Ayub dengan topik: ”STRUGGLING with GOD”. Bacaan Sabda saya ambil dari Ayub 3:1-26 dengan penekanan pada ayat 24. Sahabat, Ayub merupakan seorang yang taat kepada Tuhan (Ayub 1:1, 8). Meski begitu Ayub tetap mengalami pencobaan dalam hidupnya. Hal tersebut tentu bukan hal yang mudah baginya. Sahabat, rasa marah, sedih, kecewa, diungkapkannya dengan kalimat kiasan, bahwa rotinya telah berubah menjadi keluh kesah, dan keluhannya tercurah seperti air (ayat 24). Ayub seakan hendak mengatakan bahwa ia tidak memiliki pengharapan lagi, sebab roti dan air yang menggambarkan kehidupan, justru berubah menjadi keluh kesah. Namun di sisi yang lain, merupakan sebuah hal yang menarik bahwa dia tidak meninggalkan Tuhan karena rasa kecewanya, melainkan menyampaikan pergumulannya kepada Tuhan. Ayub bergumul bersama Tuhan.  Sikapnya tersebut menunjukkan bahwa Ayub tetap menyertakan Tuhan dan mengharapkan pertolongan-Nya. Sesungguhnya kisah Ayub mau menunjukkan bahwa bagaimanapun suci dan salehnya seseorang, ia tetap dapat mengalami pergumulan hidup. Memang rasa kecewa merupakan sebuah hal yang wajar. Namun sebagaimana Ayub bersikap, demikian pula kita diajak untuk tetap memiliki dan membangun keyakinan kepada Tuhan, dengan kesadaran bahwa karena pertolongan-Nya sajalah maka kita mendapat hidup. Sahabat, saat ini mungkin ada diantara kita mengalami seperti yang dialami oleh Ayub,  kita terhimpit dan tertekan oleh permasalahan yang berat. Tak ada jalan lain selain kita mengadu kepada Tuhan.  Datanglah kepada Tuhan dan jangan lari kepada manusia, biarlah Tuhan sendiri yang menjadi Pembela kita. Berhentilah untuk bersungut-sungut atau mengomel, tapi bawalah persoalan itu dalam doa kepada Tuhan.  Teguhkan hati dan tetaplah tenang, karena dalam tinggal tenang dan percaya terletak kekuatan kita (Yesaya 30:15).  Air mata pergumulan kita kepada Tuhan tidak akan pernah sia-sia.  Tuhan mengerti kepedihan hati kita dan mengerti kesengsaraan kita. Haleluya! Tuhan itu baik. Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu pada hari ini? Apa yang Sahabat pahami dari ayat 25? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Mata yang senantiasa tertuju kepada Tuhan merupakan kunci kemenangan atas pergumulan hidup! (pg).

In His Freedom, GOD is NEVER ACT WRONGLY

JANGAN MELAWAN ALLAH. Ayub pasal 9 dan 10 merupakan jawaban Ayub kepada Bildad. Untuk Ayub pasal 9 LAI memberi judul: “Tidak seorang pun dapat bertahan di hadapan Allah.” Sedangkan untuk Ayub pasal 10 LAI memberi judul: “Apakah maksud Allah dengan penderitaan?” Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab Ayub dengan topik: “In His Freedom, GOD is NEVER ACT WRONGLY (Dalam Kebebasan-Nya, TUHAN tidak pernah  BERTINDAK SALAH)”. Bacaan Sabda saya ambil dari Ayub 9:1 – 10:22. Sahabat, awalnya, Ayub menyetujui Bildad bahwa jika orang berdosa bertobat, Allah akan mengampuni dan memulihkan keadaannya (9:2a). Namun, persetujuan tersebut melahirkan dua dilema bagi Ayub yang membuatnya lebih menderita. Pertama, Ayub sadar bahwa ia tak berdosa, namun kenyataannya, ia sangat menderita. Karena itu, ia berseru dalam kepasrahan, “Aku tidak bersalah! Aku tidak pedulikan diriku, aku tidak hiraukan hidupku!” (9:21). Kedua, pengenalan Ayub akan Allah membuatnya semakin tidak memahami penderitaannya. Bagi Ayub, Allah itu Mahakuasa dan mengendalikan alam semesta, baik bumi maupun bintang-bintang di langit (9:5-11), sehingga ia tak mungkin melawan-Nya (9:3-4). Selain itu Allah Mahaadil sehingga keputusan pengadilan-Nya dan hukuman yang dijatuhkan-Nya adalah mutlak, tak bisa dibantah siapa pun juga (9:12-20), apalagi oleh Ayub yang menyadari kefanaan dan kelemahan dirinya (9:22-35). Di tengah ketidakpahaman akan penderitaannya, yang dapat Ayub lakukan adalah mendekat kepada Allah dan mengajukan tiga permohonan untuk mengurangi penderitaannya:  Pertama, agar Allah memberitahu alasan penderitaannya (10:1-7); Kedua, mengingat bahwa ia hanya manusia fana yang terbuat dari tanah liat (10:8-17); dan ketiga, mengizinkan ia meninggalkan dunia ini (10:18-22). Sahabat, sebenarnya Ayub sudah memiliki pemahaman yang benar tentang Allah. Ia sadar bahwa Allah bebas berkehendak dan tidak ada seorang pun yang dapat atau berhak menggugat keputusan-Nya. Bahkan Ayub tidak membantah pernyataan bahwa Allah itu adil dan berkuasa. Namun, di dalam kesengsaraannya,  Ayub menggugat dan mempertanyakan ketetapan-Nya. Ia merasa tidak selayaknya menderita seperti itu. Bagi Ayub, Allah telah bertindak tidak adil. Ada kalanya kita pun menggugat Allah bahwa Ia tidak adil. Kita marah karena yang kita dapatkan tidak seperti yang kita harapkan, sebab bukankah kita telah hidup dengan benar di hadapan Allah? Bila kita perhatikan, jawaban-jawaban yang diungkapkan Ayub selain menyatakan betapa berdaulatnya Allah, juga mengungkapkan betapa lemahnya manusia. Betapa berkuasanya Pencipta atas ciptaan-Nya. Ayub sungguh menyadari siapa dia yang sesungguhnya di hadapan Allah. Ia tidak mampu melawan kehendak-Nya meski dengan kekuatan penuh. Kesadaran Ayub ini membuatnya mampu menghadapi dan mengatasi penderitaan yang dialaminya. Sahabat, kadang mengikut Allah membuat kita berdebar penuh keragu-raguan karena kita tidak tahu apa yang akan Ia perbuat kemudian. Keragu-raguan ini yang kerap menimbulkan kesulitan dalam diri kita untuk menyadari bahwa kuasa Allah hadir dalam penderitaan tiap-tiap orang. Seandainya tiap-tiap orang memiliki kesadaran bahwa Dialah Allah, Dialah yang menetapkan segalanya, maka penderitaan yang berat sekalipun akan mampu dihadapi. Haleluya! Allah itu baik. Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Pesan apa yang Sahabat peroleh dari perenunganmu pada hari ini? Apa yang Sahabat pahami dari Ayub 9:3-4? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Penderitaan harus membuat kita mendekatkan diri kepada Allah. (pg).

What Are You Looking For?

ORANG MAJUS. Selama kita mengembara di dunia, kita selalu melakukan upaya yang namanya MENCARI. Mulai dari mencari sesuap nasi, mencari segenggam intan berlian, mencari sekolah, mencari kerja, mencari jodoh, mencari ketenaran, dan kita akan terus bergelut dengan yang namanya mencari. Lalu dalam masa raya natal tahun 2022 apa yang kau cari? What are you looking for? Sahabat, dalam kesempatan yang istimewa pada hari ini, izinkan saya dan istri menyampaikan SELAMAT NATAL. Semoga damai sejahtera dan sukacita beserta dengan kita dari hari ini sampai selamanya. Terima kasih sudah berkenan menjadi pembaca setia “Sejenak Merenung”. Tolong terus bantu bagikan kepada teman-teman. Dalam Pesan Natal 2022 dari PGI dan KWI, di bagian awal disampaikan: Orang-orang bijak dari Timur dengan bantuan bintang datang untuk menyembah-Nya dan mempersembahkan emas, kemenyan, dan mur. Setelah mengalami sukacita dalam perjumpaan yang istimewa tersebut, orang-orang bijak itu kembali ke negerinya melalui jalan lain seperti yang ditunjukkan Tuhan (bdk. Matius 2:12). Mereka mampu melewati tantangan, hambatan, dan kesulitan dalam perjalanan mereka mencari Yesus dan setelah berjumpa dengan-Nya mereka juga berani menempuh jalan baru yang belum tentu lebih mudah dari sebelumnya. Hari ini, Minggu 25 Desember 2022, kita merayakan Natal. Dalam rangka merayakan natal pada hari ini, saya ajak Sahabat untuk belajar dari Injil Matius dengan topik: “What Are You Looking For?”. Bacaan Sabda saya ambil dari Matius 2:1-12. Sahabat, ORANG-ORANG MAJUS  mencari Yesus bukan sekadar untuk membuktikan kebenaran tanda alam yang mereka lihat melalui bintang Timur. Tapi secara jelas dalam ayat 2 disebutkan bahwa mereka MENCARI YESUS untuk MENYEMBAH YESUS.   Orang Majus tidak kenal lelah dalam mengikuti bintang tersebut. Jarak yang mereka tempuh diperkirakan sekitar 600 km. Pasti sesekali mereka beristirahat sepanjang pencarian itu. Namun, mereka begitu bersemangat untuk bertemu dengan Yesus (ayat 10). Mereka pun menyembah dan memberikan persembahan khusus (ayat 11) saat berhasil menemukan Yesus. Dari peristiwa tersebut  kita dapat belajar tentang kerendahan hati.  Kita tahu bahwa orang-orang Majus ini merupakan raja-raja dari Timur dan astronom, tetapi mereka rela meninggalkan kesibukan dengan menempuh perjalanan yang sangat jauh untuk MENCARI BAYI yang baru dilahirkan. Orang Majus mau menundukkan diri UNTUK MENCARI YESUS.  Mereka rela membayar harga untuk bertemu dengan Sang Raja. Bagaimana kita saat ini  memaknai  Natal? Apakah kita sngat antusias menyambut kedatangan Yesus dan selalu bersukacita atas kehadiran-Nya di dunia ini? Semoga hati kita  bersukacita karena pertemuan dengan Raja segala raja adalah hal yang istimewa dan tidak bisa dinilai dengan apa pun yang ada di dunia ini. Pada bagian akhir dari Pesan Natal 2022 PGI dan KWI dinyatakan: Dalam terang Natal kita diajak untuk semakin bijak dan cerdas dalam bermedia sosial, semakin kreatif dalam mewartakan kasih, semakin setia dalam memegang nilai-nilai moral dan etika di dunia maya, sehingga kasih Allah semakin terpancar dan damai sejahtera semakin nyata. Jalan-jalan kreatif yang ditawarkan oleh media sosial sudah sepantasnya kita manfaatkan sebagai sarana pewartaan sehingga mampu menggerakkan banyak orang untuk menjadi duta-duta kasih dan pelopor perdamaian di lingkungan keluarga, Gereja, dan masyarakat. Haleluya! Tuhan itu baik. Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu pada hari ini? Apa yang Sahabat pahami dari ayat 12? Selamaat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Serahkan hidupmu ke dalam lengan TUHAN yang perkasa. Ia sanggup memelihara dan melindungimu. (pg)

Delivering the Good News

KABAR BAIK. Siapakah orang-orang sengsara? Siapakah orang yang remuk hati? Siapakah orang tawanan? Siapakah orang yang dipenjara? Siapakah orang yang berkabung? Di Perjanjian Lama dalam konteks Yesaya mereka adalah orang orang Yehuda yang dalam pembuangan akan kembali ke Yerusalem. Dalam artian lebih luas,  kita semua, Sahabat  dan saya merupakan orang orang yang sengsara dan tawanan. Yesus sebagai yang diurapi Allah (Lukas 4:18-19) datang ke tengah-tengah dunia ini membebaskan kita dari kesengsaraan, merawat hati kita yang remuk karena penderitaan-penderitaan di dunia ini. Dengan kematian dan kebangkitan Yesus kita dibebaskan dari tawanan dan penjara dosa dan kematian. Dia hadir untuk menghibur kita sehingga masa perkabungan kita berakhir digantikan dengan masa-masa sukacita. Masa yang penuh pengharapan bagi anak-anak Allah. Sahabat, saat ini kita sebagai orang percaya, dipanggil untuk menyampaikan Kabar Baik. Delivering the Good News. Hari ini kita akan melanjutkan untuk belajar dari kitab Yesaya dengan topik: “Delivering the Good News”. Bacaan Sabda saya ambil dari Yesaya 61:1-11 dengan penekanan pada ayat 1. Sahabat, melalui perantaraan Nabi Yesaya, Allah menyampaikan kabar baik kepada bangsa Yehuda (ayat 1). Tidak hanya membebaskan mereka dari pembuangan, tetapi juga memulihkan kehidupan mereka menjadi satu bangsa. Yesaya juga memberitakan tahun rahmat Tuhan (ayat 2) yang dikiaskan sebagai tahun Yobel, di mana tahun itu merupakan tahun pembebasan dari semua hutang dan dimerdekakan dari perhambaan. Tahun penuh sukacita yang dinanti oleh setiap orang dari bangsanya. Respons bangsa Yehuda ketika mendengar ini semua adalah mereka mengenakan pakaian pesta sebagai ganti kain kabung dan menyanyikan puji-pujian sebagai ganti semangat mereka yang pudar supaya orang menyebut mereka “pohon tarbantin kebenaran” (ayat 3). Sahabat, POHON TARBANTIN  merupakan pohon besar di Timur Tengah dengan akar yang kuat. Fungsi akar itu untuk menyokong berdirinya pohon serta menyerap air dari dalam tanah untuk kehidupannya. Pohon ini istimewa karena dapat bertahan saat musim kering dengan akarnya yang sangat dalam. Alkitab mengibaratkan pohon tarbantin sebagai tanaman Tuhan untuk memperlihatkan keagungan-Nya. Sebagai orang percaya, saat ini kita terpanggil untuk memberitakan tahun rahmat TUHAN kepada orang-orang di sekeliling kita. Saat ini sangat mendesak untuk kita hayati, renungkan dan kita pertanyakan kepada diri kita sendiri: “Apakah kita sudah melakukan tugas panggilan tersebut? Memberitakan tahun rahmat Tuhan, menyampaikan kabar sukacita bagi orang-orang sengsara, orang yang berduka, membebaskan orang yang tertawan dan terpenjara adalah tugas yang sangat mendesak yang perlu kita respons dengan sungguh-sungguh melalui perbuatan nyata dalam hidup kita. Haleluya! Tuhan itu baik. Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu pada hari ini? Apa yang Sahabat pahami dari ayat 9? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Kita mempunyai kewajiban untuk menyampaikan Kabar Baik penyelamatan dari Tuhan kepada orang-orang yang masih tertawan dalam belenggu dosa. (pg).