TERANG telah bersinar. Meme Firman Hari Ini (06 Desember 2022).
Ia akan meninggikan kamu. Meme Firman Hari Ini (05 Desember 2022).
Mempersembahkan korban syukur kepada Allah. Meme Firman Hari Ini (04 Desember 2022).
Tactless Friend
KESESAKAN DAN PENDERITAAN. Sesungguhnya tidak ada seorang pun di dunia ini yang senang berada dalam kesesakan dan penderitaan, apalagi bila persoalan yang dialaminya datang silih berganti dan beruntun. Dalam kondisi seperti itu biasanya orang akan berontak kepada Tuhan dan menganggap-Nya tidak adil. Ayub pun mengalami hal tersebut. Ia mengalami penderitaan bertubi-tubi padahal hidupnya benar dan saleh; semua anaknya mati dan harta bendanya ludes, bahkan istrinya pun mengolok dia, dan berkata: “Masih bertekunkah engkau dalam kesalehanmu? Kutukilah Allahmu dan matilah!” (Ayub 2:9). Bisa kita bayangkan betapa menderitanya Ayub saat itu! Ayub beruntung karena ia memiliki tiga orang sahabat sejati: Elifas, Bildad dan Zofar. Ketiganya datang dari jauh untuk menunjukkan dukungan kepada Ayub. Ketika mereka mendampingi Ayub dalam hening, tidak terjadi masalah. Ayub mendapat penghiburan dan penguatan. Tapi ketika mereka mulai berbicara, maka terjadilah perbantahan antara mereka dengan Ayub. Hari ini kita akan melanjutkan untuk belajar dari kitab Ayub dengan tema: “Tactless Friend (Sahabat yang tidak bijaksana)”. Bacaan Sabda saya ambil dari Ayub 8:1-22. Sahabat, Bildad, sahabat kedua Ayub, tidak berbicara lebih baik daripada pendahulunya (Elifas). Ia berusaha meyakinkan Ayub untuk mengakui kesalahan dan bertobat, supaya dosanya diampuni dan penderitaannya diringankan. Setelah menegur gaya bicara Ayub yang dianggapnya kasar dan kurang pantas (ayat 2), Bildad melanjutkan nasihatnya berdasarkan dua argumentasi: Pertama, argumentasi teologis tentang karakter Allah yang tidak mungkin berlaku tidak adil bagi manusia (ayat 3-7). Bagi Bildad, Allah selalu bertindak adil dan benar, sehingga Ia tidak akan membiarkan orang bersalah tidak dihukum (ayat 3-4). Namun, Ia adalah Allah yang penuh kasih, yang mengampuni setiap manusia yang bertobat dari kesalahan dan memohon belas kasihan-Nya (ayat 5-7). Kedua, argumentasi filosofis bahwa sejak zaman dahulu berlaku dalil bahwa pada akhirnya, orang baik akan berjaya dan orang jahat akan binasa (ayat 8-19). Ia memakai analogi dari dunia tumbuh-tumbuhan untuk menilai bahwa penderitaan Ayub pasti merupakan akibat kesalahan besar yang dilakukannya. Ucapan Bildad ditutup dengan pernyataan tentang kesetiaan Allah yang bersedia mengampuni semua orang yang bertobat. Oleh sebab itu, Ayub harus segera menyadari dosanya dan bertobat (ayat 20-22). Sahabat, sesungguhnya cerita di atas merupakan kebenaran yang disampaikan dengan cara yang tidak benar. Semua ucapan Bildad benar, baik tentang Allah maupun tentang dalil kehidupan. Namun, semua ucapannya tidak bermakna karena ia kurang memahami kondisi Ayub yang sesungguhnya. Kita tidak hanya perlu WASPADA terhadap apa yang KITA UCAPKAN, namun kita juga harus memperhatikan CARA KITA MENYAMPAIKAN kebenaran itu. Perkataan kita akan bermanfaat bagi pendengar dan diri sendiri kalau disampaikan secara BIJAK, dalam bahasa yang sopan serta sikap yang baik. Ingatlah apa yang dikatakan Pengamsal: ”Perkataan yang diucapkan tepat pada waktunya adalah seperti buah apel emas di pinggan perak.” (Amsal 25:11). Haleluya! Tuhan itu baik. Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Pesan apa yang Sahabat dapatkan dari hasil perenunganmu pada hari ini? Apa yang Sahabat pahami dari ayat 3? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Di balik masalah yang Tuhan izinkan terjadi, ada rencana-Nya yang besar atas kita. (pg).
GOD of All Things
MENONJOLKAN DIRI. Memang tidak ada satu peraturan yang melarang seseorang untuk menonjolkan diri di hadapan orang lain. Namun jangan lupa, selain diri kita, di dunia ini masih sangat banyak orang yang jauh lebih hebat. Menempatkan diri di tempat yang tinggi, itu ibarat orang berjalan di tebing yang curam. Sahabat, ada pepatah lama yang berbunyi, “Di atas langit masih ada langit.” Pepatah tersebut mengajarkan kepada kita untuk selalu mawas dengan tidak menjadi sombong dengan apa yang kita miliki dan kita capai. Ingatlah, ketika kita merasa bahwa kita sudah berada di atas, maka perlu kita sadari bahwa masih ada orang lain yang berada di atas kita. Ungkapan tersebut mau juga menyadarkan kita bahwa sehebat bagaimanapun kita, pasti masih ada orang di luar sana yang lebih hebat dari kita. Lalu bagaimana dengan Tuhan yang kita sembah? Apakah masih ada yang lebih hebat lagi dari Dia? Ungkapan tersebut jelas TIDAK BERLAKU bagi Tuhan, sebab Dialah SATU-SATUNYA yang DI ATAS SEGALA-GALANYA. Tuhan segala sesuatu. God of all things. Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab Yesaya dengan topik: “GOD of All Things”. Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Yesaya 59:1-21. Sahabat, nabi Yesaya melukiskan bahwa bangsa Yehuda telah menyadari betapa mereka telah melakukan tindakan kejahatan dan pemberontakan terhadap Allah. Dalam penggambarannya tampaklah keadaan yang sangat menyedihkan dan tak ada yang memberi pertolongan (ayat 9-14). Bahkan, Tuhan melihat betapa dahsyatnya dosa-dosa Israel, karena itu mereka akan mendapat pembalasan. Jika Tuhan sendiri ingin menghukum mereka, lalu siapakah yang akan tampil memberi pertolongan? Sahabat, akhirnya bangsa Yehuda merasakan sendiri kondisi berada pada posisi seperti orang-orang yang pernah mereka tindas dan perlakukan tidak adil. Mereka menginginkan terang, tetapi justru memperoleh kegelapan. Mereka meraung-raung memohon pertolongan, tetapi tidak ada yang bersedia tampil dan memberikan pertolongan. Dalam situasi pasrah menerima segala konsekuensi hukuman dan tiada pertolongan yang datang, Tuhan melihat semuanya itu. Tuhan sendirilah yang mengulurkan tangan-Nya untuk menyelamatkan umat-Nya. Meskipun umat-Nya telah berdosa, Tuhan tetap MENGASIHI dan akan MEMBEBASKAN mereka. Tuhan ingin agar semua bangsa yang melihat perbuatan-Nya, menjadi takut dan menghormati-Nya. Sahabat, TUHAN DI ATAS SEGALA HAL. Dia MENOLONG dan MENYELAMATKAN umat-Nya yang terpuruk karena dosa. Tuhan berjanji kepada mereka yang meninggalkan dosa-dosanya dan berbalik kepada-Nya. Roh-Nya akan turun kepada mereka dan firman-Nya tidak akan meninggalkan mulut mereka. Tuhan telah datang di dalam YESUS KRISTUS untuk membebaskan dan menyelamatkan kita sekalipun kita masih menjadi seterunya karena dosa. Dialah Tuhan yang mengatasi dan berada di atas segala-galanya. Haleluya! Tuhan itu baik. Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Pesan apa yang Sahabat terima dari hasil perenunganmu pada hari ini? Apa yang Sahabat pahami dari ayat 2? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Di atas langit masih ada langit. Maka jadilah orang yang rendah hati karena Tuhan mengasihi orang-orang yang rendah hati. (pg).
CLOSER to GOD
KECEWA. Ayub dikecewakan oleh sahabat-sahabatnya. Ayub mengharapkan sahabat-sahabatnya datang untuk menguatkannya. Alih-alih menguatkan, Ayub justru mengalami luka yang semakin menganga melalui anggapan mereka bahwa Ayub telah mendapat karma atas perbuatannya Sahabat, maka tak heran LAI memberi judul Ayub 6:1 – 7:21: “Ayub kecewa terhadap sahabat-sahabatnya.” Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab Ayub dengan topik: “CLOSER to GOD (MENDEKATKAN Diri Kepada TUHAN)”. Bacaan Sabda saya ambil dari Ayub 6:1 – 7:21. Sahabat, dewasa ini ada sebagian orang percaya yang berpandangan bahwa Tuhan akan menganugerahkan kemakmuran dan kesehatan kepada setiap anak-Nya. Mereka beranggapan, orang percaya tidak seharusnya mengalami kesusahan, apalagi kemiskinan. Kitab Ayub membantah keyakinan tersebut. Ayub bukan saja kehilangan hartanya dan menjadi miskin, ia pun menderita sakit yang membuat kulitnya dipenuhi oleh ulat (7:5). Sungguh suatu penderitaan yang teramat sangat berat! Memang, Kitab Ayub penuh dengan kepedihan dan barang siapa membacanya dengan saksama, akan merasakan kepedihan yang dalam. Pasal 6 dan 7 merupakan salah satu bagian yang paling menyedihkan dari Kitab Ayub dan bahkan dari segenap kitab di Alkitab. Sahabat, menerima tuduhan semena-mena atau penilaian keliru tentu menimbulkan beban penderitaan Ayub semakin berat. Kini Ayub menuduh balik para sahabatnya sebagai tidak sungguh menyadari kedalaman derita Ayub (6:2). Juga, sikap dan komentar mereka memperlihatkan bahwa merekalah yang sebenarnya gentar menghadapi penderitaan (6:21). Ayub menggambarkan derita tersebut sebagai kesakitan ganda. Bukan saja karena ia harus menanggung kemalangan bertubi-tubi, tetapi juga karena kemalangan itu dalam tafsiran para sahabatnya sebagai tindakan Allah langsung melawan Ayub. Bila itu benar, Ayub melihatnya sebagai anak panah dan racun dari Allah menciptakan kedahsyatan dalam hidupnya (6:4). Sahabat, ucapan Ayub memohon kematian memang terasa biasa kita dengar dari orang-orang yang sedang menderita hebat. Namun, ada perbedaan antara permintaan untuk mati kebanyakan orang dengan yang diucapkan Ayub. Bagi Ayub kematian bukanlah ungkapan keputusasaan tetapi ungkapan iman tentang kebahagiaan yang akan dimasukinya di balik kematian bersama Tuhan. Memang hal tersebut belum diungkapkan sampai pasal 19. Kematian adalah fakta kefanaan manusia (6:11-12). Tetapi lebih daripada itu, kematian merupakan kegirangan sebab ia tahu bahwa dirinya benar (6:10). Coba kita simak ungkapan Ayub: “Kiranya Allah berkenan meremukkan aku, kiranya Ia melepaskan tangan-Nya dan menghabisi nyawaku!” (ayat 6:9,10; 7:16,20). Dalam menghadapi penderitaan, kita bisa memilih untuk melakukan kedua hal berikut: Pertama: Mendekatkan diri kepada Tuhan. Kedua: Menjauhkan diri dari Tuhan. Mendekatkan diri kepada-Nya tidaklah berarti bahwa kita sudah dapat menerima semua penderitaan tersebut. Mendekatkan diri kepada Tuhan berarti kita membawa semua kepedihan, kebingungan, dan kekecewaan ini kepada-Nya. Dalam ketidakmengertian tentang penderitaan yang dialaminya, Ayub tidak lari dari Tuhan, justru sebaliknya, ia MENDEKATKAN DIRINYA kepada TUHAN. Haleluya! Tuhan itu baik. Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawabalah beberapa pertanyaan berikut ini: Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu pada hari ini? Apa yang Sahabat pahami dari Ayub 6:15? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Belajarlah dari Ayub untuk tetap yakin pada kasih Allah yang akan menolong umat-Nya yang hidup dalam kebenaran. (pg).
A Pleasing Worship to God
MAKNA IBADAH. Ritual keagamaan tanpa kesejatian makna sesungguhnya memuakkan hati Tuhan. Sebab bila demikian, kesalehan seseorang hanya bersifat lahiriah semata. Ibadah kepada TUHAN menjadi tidak berkenan kepada-Nya, ketika ibadah bukanlah ekspresi dari penghormatan, kasih dan ketundukan kita kepada TUHAN. Sahabat, ibadah kepada TUHAN mengungkapkan penghormatan, kasih, dan ketundukan kepada TUHAN karena ibadah yang sejati timbul dari hati dan dinyatakan dalam perbuatan. Hal-hal lahiriah dari ibadah tidak berarti jika bukan merupakan ekspresi batiniah. Bila ibadah adalah ekspresi batiniah, tak akan timbul pertentangan antara ibadah dan perbuatan sehari-hari. Yang terpenting dalam ibadah bukan korban, melainkan orang. Orang yang beribadah menentukan korban yang dipersembahkan, namun korban tidak menggambarkan orang yang beribadah. Mari kita menjalankan ibadah yang berkenan kepada Tuhan. A pleasing worship to God. Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab Yesaya dengan topik: “A Pleasing Worship to God”. Bacaan Sabda saya ambil dari Yesaya 58:1-14. Sahabat, orang Israel yang mengaku diri sebagai umat Tuhan berlaku begitu religius. Setiap hari mereka beribadah kepada Tuhan dan mencari kehendak-Nya. Mereka juga setia melakukan perintah Tuhan (ayat 2). Dengan melakukan semua itu, umat merasa telah menyukakan hati Tuhan. Oleh karena itu alangkah terkejutnya mereka ketika menyadari bahwa ibadah mereka tidak membuat berkat Tuhan turun atas mereka (ayat 3). Sahabat, mengapa Allah tidak menghiraukan ibadah umat? Karena tindakan religius umat ternyata penuh kemunafikan. Mereka berpuasa, tetapi tidak menunjukkan sikap ketundukan dengan mengorbankan segala hasrat mereka. Mereka tetap mengejar kepentingan pribadi dan memperlakukan orang lain dengan tidak layak (ayat 3-4). Puasa mereka tidak bertujuan meratapi keberdosaan mereka, melainkan memanipulasi agar Tuhan memberkati mereka. Jelas itu bukanlah jenis puasa yang diterima Allah. Puasa semacam itu hanya membuat orang menundukkan kepala dan bukan menundukkan hati di hadapan Allah. Mereka berpuasa dengan menggunakan pakaian berkabung, tetapi bukan karena meratapi ketidaktaatan mereka kepada Tuhan. Mereka mengira bahwa ibadah yang ditunjukkan dengan puasa dan pakaian kabung, lebih penting daripada sikap dan tingkah laku mereka. Pemahaman mereka ternyata berbanding terbalik dengan KONSEP TUHAN TENTANG IBADAH. Sahabat, Tuhan berjanji menyertai, bahkan memuaskan kebutuhan kita, ketika dalam puasa kita MERELAKAN BAGIAN KITA untuk memenuhi kebutuhan orang lain (ayat 11). Sikap itu dikatakan akan membangun reruntuhan yang sudah lama tak bisa dihuni (ayat 12). Perlu kita garis bawahi bahwa ibadah yang dikehendaki Tuhan harus mewujud pada tindakan, misalnya melepaskan orang dari penindasan dan ketidakadilan (ayat 6) atau menolong orang yang berkekurangan (ayat 7). Sabat pun harus dilakukan sepenuhnya untuk Tuhan dan bukan cari-cari alasan untuk tidak memenuhinya (ayat 13). Bila mereka beribadah sesuai yang diinginkan Tuhan, barulah Dia memberkati mereka (ayat 8-12, 14). Mari kita MAWAS apakah kita beribadah hanya untuk kepentingan dan kepuasan diri semata, ataukah kita sungguh ingin menyenangkan Tuhan? Haleluya! Tuhan itu baik. Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu pada hari ini? Apa yang Sahabat pahami dari ayat 6-7? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Ibadah yang Allah kehendaki adalah ibadah yang berorientasi kepada kepentingan Allah dan pengenalan yang benar akan kehendak-Nya, bukan kepada kepentingan diri sendiri. (pg).