Janganlah kita jemu-jemu BERBUAT BAIK. Meme Firman Hari Ini (02 Desember 2022).
CUKUPKANLAH dirimu dengan apa yang ada padamu. Meme Firman Hari Ini (01 Desember 2022).
Tuntunlah aku di jalan yang kekal. Meme Firman Hari Ini (30 November 2022).
ReKat: Tongue of A Disciple (27 November 2022)
Bacaan Sabda: Yesaya 50:4-11 Dari hasil perenungan saya dari Bacaan Sabda, saya mendapatkan: Pesan yang saya peroleh dari perenungan firman Tuhan pada hari ini: Lidah merupakan salah satu anggota tubuh kita yang kecil namun memiliki peranan besar dalam perjalanan kehidupan seseorang. Lidah dapat digunakan untuk tujuan yang baik atau merusak, hal itu tergantung dari manusia yang menggunakannya. Sebagai murid Kristus, kita harus menggunakan lidah kita untuk membawa kasih dan kabar baik yang memuliakan nama Tuhan melalui kehidupan kita. Kita sebagai orang percaya perlu memiliki lidah dan telinga seorang murid. Kita gunakan lidah kita untuk memperkatakan firman-Nya, untuk mewartakan kebaikan-Nya, menghibur , memberi kekuatan, dan semangat bagi orang yang lemah. Begitu juga dengan telinga, kita harus menjadi lebih peka untuk mendengar suara dan kehendak Allah. Saya memahami ayat 7-9 sebagai berikut: Kita tidak akan mendapat malu karena Tuhan akan membenarkan, menolong, dan membela kita. (Swan Lioe)
REPENTANCE OPPORTUNITY
TUHAN MEMBERI KESEMPATAN. Ada ungkapan yang sering kita dengar: “Kesempatan yang sama tidak akan pernah datang dua kali.” Ungkapan tersebut hendak mengingatkan: Kita sering melewatkan atau bahkan membuang kesempatan yang datang, hingga akhirnya kesempatan yang sama tidak kunjung datang lagi. Lalu bagaimana dengan kesempatan untuk bertobat? Apakah itu juga hanya datang satu kali seumur hidup kita? Tuhan senantiasa membuka peluang pertobatan. Repentance opportunity. Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab Yesaya dengan topik: “REPENTANCE OPPORTUNITY”. Bacaan Sabda saya ambil dari Yesaya 57:14-21. Sahabat, di pasal 56, Yesaya menjelaskan bahwa Allah berkenan terhadap orang-orang yang melakukan kebenaran, walaupun orang itu semula tidak termasuk dalam bilangan umat-Nya (Yesaya 56:1-8). Namun ternyata umat sendiri telah berlaku jahat (Yesaya 56:9-57:13). Bahkan para pemimpin juga berbuat jahat. Orang-orang Yehuda hidup jauh dari perkenanan Allah, tidak sesuai dengan identitas sebagai umat Allah. Mereka menggantikan penyembahan kepada Allah dengan berhala-berhala. Kemudian muncul kesadaran bahwa mereka membutuhkan penghiburan. Nabi Yesaya memberitakan, hanya Allah yang dapat memberikan penghiburan. Namun, ada syaratnya: Mereka harus mengadakan pertobatan dan membuang segala bentuk batu sandungan yang menghalangi berkat Allah (ayat 14). Allah hanya akan menghibur dan menghidupkan orang-orang yang remuk dan rendah hati (ayat 15). Sahabat, namun ada kontras antara orang yang rendah hati dan orang yang tetap jahat (fasik). Orang yang jahat tidak memiliki ketenangan dalam hidup karena tidak memiliki damai sejahtera (ayat 20-21). Bagaimana mungkin mereka memiliki damai sejahtera jika hidup dikuasai ketamakan dan pemenuhan keinginan diri? Dari kedua jenis orang tersebut di atas, jelas Tuhan lebih menyukai orang yang menyadari dosanya dan kemudian merendahkan dirinya di hadapan Allah. Maka jangan pernah mengeraskan hati karena itu adalah tanda keangkuhan diri dan jelas Tuhan tidak menyukainya. Ingatlah bahwa Tuhan selalu membuka jalan bagi setiap orang yang mau datang kepada-Nya untuk memohon pengampunan-Nya. Tuhan selalu membuka PELUANG PERTOBATAN. Sahabat, setelah kembali dari pembuangan di Babel, bangsa Yehuda bergumul dengan keinginan mendapat pengampunan dari Allah. Nabi Yesaya menyerukan bahwa Allah tidak akan terus berbantahan. Untuk mendapat pengampunan Allah, mereka harus sejalan dengan pilihan Allah, bukan dengan pilihan hati mereka sendiri! Mereka harus sungguh-sungguh menyadari dosa yang mereka perbuat dan menyesalinya. Allah itu penuh kasih dan kemurahan. Dia mengampuni mereka yang menyesal dan mengakui dosanya. Bahkan Allah akan menganugerahkan semangat dan kehidupan yang baru. Kesempatan untuk bertobat selalu Allah berikan kepada manusia selama Ia masih memberikan kehidupan. Barulah setelah kematian, tidak akan ada lagi kesempatan itu. Allah memberi kesempatan kepada setiap orang yang menyadari dan menyesali segala kesalahannya untuk memperoleh kasih, kemurahan, dan pengampunan-Nya. Karena itu, dengan penuh kasih, Allah terus memanggil kita untuk datang kepada-Nya dalam pertobatan. Haleluya! Tuhan itu baik. Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu pada hari ini? Apa yang Sahabat pahami dari ayat 15? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: “Korban sembelihan kepada Allah ialah jiwa yang hancur; hati yang patah dan remuk tidak akan Kaupandang hina, ya Allah.” (Mazmur 51:19). (pg),
CONQUERING FEARS with JESUS
MENENANGKAN DIRI. Dalam situasi tertentu, kita kadang mengalami kepanikan dan sulit untuk menjadi tenang. Padahal, ketenangan dibutuhkan supaya kita dapat melihat dengan jelas, berpikir lebih jernih, dan mengambil keputusan dengan tepat. Sahabat, dalam ketenangan diri, kita dapat menyadari keberadaan dan kuasa Tuhan. Dalam ketenangan kita dapat memusatkan perhatian dan mendaraskan doa dengan penuh keyakinan. Mari taklukan segala ketakutan bersama Yesus. Conquering fears with Jesus. Hari ini saya dipercaya oleh Persekutuan Karangroto GKMI Progo untuk menyampaikan firman Tuhan dalam kebaktian syukur HUT mereka yang ke-20 dengan mengangkat tema: “Menaklukkan Segala Ketakutan Bersama Yesus”. Maka saya mengajak Sahabat untuk belajar dari Injil Matius dengan topik: “CONQUERING FEARS with JESUS”. Bacaan Sabda saya ambil dari Matius 14:22-33 dengan penekanan pada ayat 27. Sahabat, dalam Injil Matius tercatat dua kali para murid mengalami ketakutan yang luar biasa diterpa angin dan ombak pada perahu mereka. Pertama, dalam Matius 8:23 – 27. Waktu itu Yesus ada bersama-sama dengan mereka namun sedang tidur. Maka segeralah mereka membangunkan Yesus untuk minta pertolongan, lalu Yesus menghardik angin dan danau itu, maka danau itu menjadi teduh sekali (ayat 26-b). Kedua, dalam Matius 14:22-33. Waktu itu para murid tertimpa masalah yang sama. Bedanya, Yesus sedang tidak bersama dengan mereka karena Ia naik ke atas bukit untuk berdoa seorang diri (ayat 23). Jadi dalam pergumulan yang berat ini mereka sepertinya harus berjuang sendirian melawan badai dan ombak tanpa penyertaan Tuhan, karena perahu para murid sudah beberapa mil jauhnya dari pantai (ayat 24). Tidaklah mengherankan mereka menjadi sangat ketakutan yang kian menjadi-jadi ketika tiba-tiba mereka melihat sesosok manusia mendekati mereka dengan berjalan di atas air. Spontan mereka pun berteriak, “Itu hantu!” (ayat 26). Mereka tidak menyadari bahwa yang berjalan di atas air dan mendekat kepada mereka adalah Yesus dan bukan hantu. Kemudian Tuhan Yesus menenangkan mereka dengan berkata, “Aku ini, jangan takut!” (ayat 27). Kata Aku ini menunjuk tentang keberadaan Yesus yang adalah manifestasi diri dari Allah sendiri, sebagaimana Tuhan menyatakan diri-Nya kepada Musa dengan berkata, “AKU ADALAH AKU.” (Keluaran 3:14). Ini adalah penegasan bahwa Dia adalah Tuhan yang sangat peduli; Tuhan yang senantiasa hadir di tengah-tengah umat-Nya untuk memberi pertolongan; Dia adalah Imanuel, Tuhan yang selalu beserta kita, bahkan penyertaan-Nya atas kita sampai kepada akhir zaman.” (Matius 28:20-b). Sahabat, kita juga diundang untuk mengalami pengalaman bersama dengan Tuhan. Sekalipun sungguh tidak kita harapkan, tetapi kadang kehidupan kita bisa tiba-tiba berubah dari tenang menjadi seperti diombang-ambingkan oleh angin sakal. Kepanikan dan ketakutan justru akan memperburuk situasi. Untuk mengatasinya, kita membutuhkan ketenangan. Ketenangan adalah berkat Tuhan. Kehadiran Tuhan di dalam doa kita akan mendatangkan ketenangan. Berhubung kehadiran Tuhan memberi ketenangan dan perubahan, demikian pula kehadiran kita juga diharapkan memberi ketenangan dan perubahan dalam kehidupan keluarga dan sesama kita. Haleluya! Tuhan itu baik. Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Pesan apa yang Sahabat dapatkan dari hasil perenunganmu pada hari ini? Apa yang Sahabat pahami dari ayat 23? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Pertolongan Tuhan tidak pernah terlambat, selalu tepat pada waktunya. (pg).
The LIGHT of SALVATION Has Come
TERANG KESELAMATAN. Syukur kepada Tuhan, pada tahun 2022 Yayasan Christopherus kembali dapat mengadakan perayaan Natal secara onsite. Perayaan Natal Yayasan Christopherus akan diselenggarakan pada hari ini 6 Desember 2022 mulai pukul 18.00, bertempat di GIA Pringgading Semarang dengan tema: “Terang Keselamatan Telah Datang”. The light of salvation has come. Bagi Sahabat yang tinggal di Semarang dan sekitarnya, kiranya berkenan menghadirinya. Dalam rangka menyambut perayaan natal tersebut, pada hari ini kita akan belajar dari kitab Yesaya dengan topik: “The LIGTHT of SALVATION Has Come”. Bacaan Sabda saya ambil dari Yesaya 9:1-6 dengan penekanan pada ayat 1. Sahabat, sekitar 2000 tahun yang lalu, nabi Yesaya menyampaikan nubuatnya tentang kelahiran Raja Damai. Nabi Yesaya, salah seorang dari sepuluh nabi besar, memberi kita didikan, ajaran dan nasihat yang sungguh dahsyat bagi kita. Bacaan kita pada hari ini menuturkan beberapa hal yang berkaitan dengan nubuat lahirnya Yesus Kristus, Tuhan dan Juru Selamat semua manusia berdosa yang percaya kepada-Nya. Beberapa hal tersebut diantaranya: Tidak selamanya akan ada kesuraman untuk negeri yang terimpit; terang telah bersinar; banyak sorak-sorak; dan sukacita yang besar. Selain itu, ia juga menyatakan kepada kita bahwa: Kuk dan gandar sudah dipatahkan-Nya; seorang Anak telah lahir bagi kita, seorang Putera telah diberikan untuk kita; dan kuasa-Nya yang besar dan damai sejahtera-Nya tidak akan berkesudahan. Sahabat, lalu apa makna kelahiran Yesus bagi dunia? Bagi nabi Yesaya, kelahiran Yesus berarti datangnya TERANG KESELAMATAN bagi bangsa yang berjalan dalam kegelapan. Pada waktu itu bangsa Israel sedang berada di ambang kehancuran karena mereka di bawah penaklukan Asyur sebagai akibat dari dosa mereka sendiri. Alkitab sering memakai kata KEGELAPAN untuk menyimbolkan: Kejahatan, dosa, hukuman, kesukaran, ketidakpastian dan kematian. Sebaliknya, Akitab memakai kata TERANG sebagai simbol: Kehidupan kekal, keselamatan, pengampunan, sukacita, kebenaran dan segala sesuatu yang baik. Itulah yang dianugerahkan Tuhan, “… atasnya terang telah bersinar.” Terang adalah keselamatan sempurna dari Allah melalui Pribadi Yesus Kristus. Sahabat, segenap umat manusia telah berdosa dan berada di bawah kuasa dosa, dan itu hanya akan membawa kita kepada kematian dan penghukuman kekal. Kini keselamatan sejati telah diberikan kepada kita. Di dalam diri Yesus, Allah telah melakukan tindakan penyelamatan yang nyata. Dalam diri Yesus, Allah telah melenyapkan kegelapan dan menggantikannya dengan TERANG YANG AJAIB. Siapa terang yang ajaib itu? Tuhan Yesus berkata, “Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup.” (Yohanes 8:12). Dalam hal ini Yesus sedang menegaskan otoritas keilahian-Nya sekaligus tindakan penyelamatan-Nya bagi umat manusia. Haleluya! Tuhan itu baik. Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Pesan apa yang Sahabat peroleh dari bacaan kita pada hari ini? Apa yang Sahabat pahami dari ayat 5-6? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: YESUS merupakan hadiah terindah dari surga bagi kita, karena di dalam Dia tidak ada lagi kegelapan, melainkan ada terang, pengharapan dan kehidupan kekal! (pg).
Consolation in Silence
SAHABAT SEJATI. Walter Winchell berkata: “Sahabat sejati adalah ia yang menemanimu saat semua orang pergi menjauhimu.” Sahabat adalah bagian dari hidup yang tak kalah pentingnya daripada keluarga atau pasangan. Sahabat adalah sosok yang selalu dapat diandalkan serta dipercaya dalam hal apa saja. Mereka juga yang berjasa membantu saat masa-masa sulit karena bersedia menawarkan pertolongan dan sandaran pada kita. Kehadirannya sudah sangat akrab layaknya saudara sendiri, sahabat juga senantiasa mendukung dan menemani kita tanpa terkecuali. Saat menghadapi masa-masa tidak mengenakan yang tak ayal membuat semangat patah dan sampai menimbulkan keinginan untuk menyerah. Sahabat hadir untuk membantumu bangkit dan bersama-sama hadapi kesulitan. Itulah pengalaman Ayub, ketika dia sedang diterjang badai hidup, ada 3 orang sahabat yang memberikan penghiburan dalam hening. Consolation in silence. Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab Ayub dengan topik: “Consolation in Silence”. Bacaan Sabda saya ambil dari Ayub 2:1-13 dengan penekanan pada ayat 13. Sahabat, Ayub adalah salah seorang tokoh Alkitab yang identik dengan penderitaan. Ia seorang yang takut akan Allah dan menjalani hidup saleh (Ayub 1:1), namun justru itu menjadi alasan si iblis mencobainya. Ia kehilangan seluruh harta kekayaannya beserta kesepuluh anaknya, melalui serangan musuh dan bencana alam yang datang tiba-tiba (Ayub 1:13-19). Ia juga menderita penyakit kulit yang mengerikan di sekujur tubuhnya (ayat 7). Dalam kondisi terpuruk, Ayub tetap setia kepada Tuhan (Ayub 1:21). Komitmennya untuk tetap bertekun hidup saleh justru mendapat penentangan dari istrinya (ayat 9). Namun Ayub beruntung karena ia memiliki tiga orang sahabat sejati: Elifas, Bildad dan Zofar. Ketiganya datang dari jauh untuk menunjukkan dukungan kepada Ayub. Sahabat, mereka menangis bersama, dan berkabung bersama. Mereka duduk di tanah bersama-sama dengan Ayub, selama tujuh hari tujuh malam, tanpa berkata sepatah kata pun, karena mereka menyadari betapa berat penderitaannya. Mereka sungguh mengerti, bahwa yang Ayub butuhkan saat itu bukanlah kata-kata nasihat, petuah yang manis, seruan pertobatan, atau tuduhan bersalah. Ia lebih membutuhkan ungkapan rasa empati, melalui kehadiran mereka di sisinya, DALAM HENING. Mereka tidak memosisikan diri sebagai konselor yang menangani masalah, sedangkan Ayub adalah klien yang bermasalah. Mereka datang untuk menemani, memosisikan diri serendah jurang penderitaan yang dialami Ayub. Sahabat, menunjukkan penghiburan kepada orang yang berduka tidak selalu harus kita ungkapkan dengan kata-kata. Sebuah pelukan, tepukan di bahu, genggaman tangan yang erat, duduk diam di dekatnya untuk beberapa waktu, kadang jauh lebih berarti. Berempati dalam hening. Haleluya! Tuhan itu baik. Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu pada hari ini? Apa yang Sahabat pahami dari ayat 9-10? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Orang yang tengah mengalami penderitaan tidak membutuhkan banyak nasihat dan kata-kata penguatan. Dia lebih merasa tertolong ketika memiliki sahabat yang merasa sepenanggungan. (pg).
Becoming A House of Prayer
RUMAH DOA. Orang percaya seharusnya menjadikan doa sebagai gaya hidup, karena doa itu ibarat nafas hidup orang percaya. Apa yang terjadi bila kita tak lagi bernafas? Tak bernafas berarti mati. Orang yang tidak lagi berdoa berarti mengalami kematian rohani. Sahabat, luar biasa, Kristus bertindak tegas menguduskan Bait Suci karena Ia melihat Bait Suci telah disalahgunakan. Bait Suci yang seharusnya menjadi tempat untuk beribadah dan berdoa malah dijadikan tempat untuk berjual beli. Karena itu Ia mengusir orang-orang yang berjual beli di halaman Bait Suci, membalikkan meja-meja penukar uang dan bangku-bangku pedagang merpati (Markus 11:15). Kristus menegaskan, “… Rumah-Ku akan disebut rumah doa …” (Markus 11:17), tempat Roh Kudus hadir, tempat umat mempersembahkan segenap keberadaan hidupnya sebagai persembahan kepada Tuhan (Roma 12:1). Sesungguhnya setiap orang percaya adalah bait Tuhan dan bait Roh Kudus (1 Korintus 3:16). Ketika orang percaya mendisiplinkan diri dalam hal berdoa ia akan semakin dibersihkan dan dikuduskan oleh Tuhan, dan semakin dipakai Tuhan untuk menjadi rumah doa. Becoming a house of prayer. Hari kita akan melanjutkan belajar dari kitab Yesaya dengan topik: “Becoming A House of Prayer”. Bacaan Sabda saya ambil dari Yesaya 56:1-8 dengan penekanan pada ayat 7. Sahabat, dalam Markus 11:15-19, Tuhan Yesus mengangkat nubuat nabi Yesaya untuk menekankan dan mengingatkan orang-orang yang ada di Bait Allah pada waktu itu: “… mereka akan Kubawa ke gunung-Ku yang kudus dan akan Kuberi kesukaan di rumah doa-Ku. Aku akan berkenan kepada korban-korban bakaran dan korban-korban sembelihan mereka yang dipersembahkan di atas mezbah-Ku, sebab rumah-Ku akan disebut rumah doa bagi segala bangsa.” (ayat 7) Dalam nubuatan tersebut, nabi Yesaya menyatakan bahwa Allah akan membawa mereka ke gunung Tuhan yang suci. Mereka akan dibawa ke gunung Allah yang kudus. Di rumah-Nya, di rumah doa-Nya, Tuhan akan memberi mereka kesukaan yang ceria. Di rumah-Nya, Allah akan memberi mereka kegembiraan dan sukacita. Di sana, menurut nubuat nabi Yesaya, Tuhan Allah kita akan berkenan kepada korban-korban bakaran mereka yang dipersembahkan kepada-Nya. Di sana, Allah Bapa berkenan menerima persembahan korban-korban sembelihan yang mereka tujukan kepada Allah. Allah Bapa berkenan pada persembahan korban yang mereka persembahkan di atas mezbah-Nya. Pada waktu itu, Dia, Tuhan kita Yesus Kristus, menyatakan: “rumah-Ku akan disebut rumah doa bagi segala bangsa.” Sejatinya, melalui Firman Tuhan Yesus ini tersirat maksud untuk memberi kita sebuah contoh bahwa rumah kita adalah rumah doa. Rumah tempat tinggal kita adalah tempat bagi kita untuk mengucapkan syukur, menyembah, memuji, memuliakan, memohon dan mengharapkan segala sesuatu kepada Allah. Sahabat, kata rumah tidak hanya berbicara tentang gedung atau bangunan secara fisik, tapi gambaran dari umat Tuhan itu sendiri atau keberadaan orang percaya. Tuhan menghendaki agar kita menjadi rumah doa. Orang percaya yang disebut sebagai rumah doa adalah orang oercaya yang kesukaannya berdoa, memuji dan menyembah Tuhan; seorang yang memiliki hubungan yang karib dengan Tuhan setiap waktu. Orang percaya yang kesukaannya bersyafaat bagi keluarga, gereja, tetangga, teman-teman, serta bangsa dan negaranya, bahkan dunia. Haleluya! Tuhan itu baik. Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu pada hari ini? Apa yang Sahabat pahami dari Markus 11:15-17? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Punya hubungan yang karib dengan Tuhan berarti bukan hanya berbicara kepada Tuhan, tetapi kita juga harus bisa mendengar suara Tuhan. (pg)