Engkau mendengarkan suara permohonanku. Meme Firman Hari Ini (04 November 2022).
Kasih setia-Nya ditunjukkan-Nya kepadaku. Meme Firman Hari Ini (3 November 2022).
Tuntunlah aku di jalan yang kekal. Meme Firman Hari Ini (02 November 2022).
Rekat: The Meaningful Life (03 November 2022)
Bacaan Sabda: Pengkhotbah 4:9-16 Dari hasil perenungan saya dari Bacaan Sabda, saya mendapatkan: Dari ayat 9 saya mendapatkan bahwa sebagai makhluk sosial, kita tidak dapat hidup sendiri, kita butuh berelasi dengan orang lain, kita butuh orang lain untuk bekerja sama, menjadi sahabat untuk orang lain serta untuk memberi dukungan satu dengan yang lain. Sesungguhnya hidup kita akan menjadi bermakna, ketika kehidupan kita boleh menjadi berkat serta berguna bagi orang lain. Dari ayat ke 12, saya mendapatkan bahwa kita perlu untuk membina persahabatan, dan kerukunan dalam keluarga; karena di dalam kesatuan dan kekompakan akan memberi kekuatan dan perlindungan yang tidak mudah digoyahkan . (Swan Lioe)
The MAGIC of GIVING
Sahabat, sesungguhnya salah satu karakter yang harus dimiliki setiap orang percaya adalah murah hati (Lukas 6:36). Murah hati berarti memerhatikan orang lain yang sedang dalam kekurangan, menawarkan bantuan kepada mereka yang terluka dan menderita. Murah hati bukan hanya perasaan kasihan terhadap orang yang dalam kesulitan, bukan perasaan simpati yang diberikan dari luar saja, tetapi berusaha mengerti lebih dalam, sehingga dapat melihat dan merasakan apa yang orang lain rasakan. Mempunyai kemurahan hati berarti punya kepedulian tinggi terhadap orang lain dan mau terlibat. Ia tidak hanya menawarkan kata-kata nasihat atau mengupas panjang lebar ayat-ayat Alkitab di hadapan orang yang sedang dalam kesulitan tanpa berbuat apa-apa, melainkan ada sebuah tindakan. Ada tindakan memberi. Ketika berani memberi maka KITA AKAN MENIKMATI KEAJAIBAN MEMBERI. The MAGIC of GIVING. Hari ini kita akan melanjutkan untuk belajar dari kitab Pengkhotbah dengan topik: “The MAGIC of GIVING”. Bacaan Sabda saya ambil dari Penghkhotbah 11:1-8 dengan penekanan pada ayat 1 dan 2. Sahabat, salah satu hal yang sering kali kita lalai melakukan sebagai orang percaya adalah MEMBERI. Pengkhotbah mengajak kita BERANI MEMBERI supaya kita akan dapat menikmati KEAJAIBAN MEMBERI. Kita perlu belajar memberikan “roti” yang merupakan kebutuhan pokok dalam kehidupan. Pengkhotbah mengajak kita bukan hanya memberikan uang receh kepada mereka yang membutuhkan, tetapi juga memberi dengan cara berkorban. Mengapa? Pertama, coba kita simak apa yang dinyatakan Pengkhotbah di ayat 1: ” … engkau akan mendapatkannya kembali lama setelah itu”. Jangan takut memberi karenaTuhan akan memelihara hidup kita. Kita tidak akan jatuh miskin dengan memberi. Tuhan akan membalas apa yang kita tabur, walau mungkin kita tidak secara langsung melihat tuaian dari perbuatan baik kita (bdk. Amsal 28:27). Kedua, lanjut, sekarang kita simak apa yang dinyatakan Pengkhotbah di ayat 2: ” … karena engkau tidak tahu malapetaka apa yang akan terjadi di atas bumi”. Pada dasarnya, kita tidak tahu apa yang bakal terjadi. Karena itu, kita wajib menyediakan payung sebelum hujan dan banyak menabung. Sahabat masih ingat dengan Ayub? Siapakah yang akan menolong Ayub dari kemalangan besar yang melenyapkan segenap hartanya? Jika Ayub tidak pernah menolong sesamanya, mustahil para saudara dan sahabatnya dengan sukarela membawa uang dan emas untuk menolong Ayub sehingga ia dapat bangkit kembali (Ayub 42:11-12). Karena tidak ada yang seorang pun yang tahu kapan malapeteka menimpa dirinya, Pengkhotbah menganjurkan banyaklah berbuat kebaikan terhadap sesama. Siapa tahu kelak kita membutuhkan uluran tangan orang lain. Sesungguhnya tujuan Tuhan memberikan kelimpahan materi dalam hidup kita tidak pernah dimaksudkan hanya dipakai untuk kesenangan diri sendiri saja, tetapi untuk menolong orang lain yang membutuhkan. Kita diingatkan bahwa apa pun yang diberikan Tuhan kepada kita, sesungguhnya ada bagian yang MERUPAKAN MILIK ORANG LAIN. Sahabat, apa upah bagi orang yang murah hati? Tuhan berjanji bahwa mereka yang memerhatikan orang lain dan menunjukkan kemurahan hati akan beroleh kemurahan juga sebagai balasannya, baik dari sesama maupun dari Tuhan sendiri. Haleluya! Tuhan itu baik. Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Hikmat apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu pada hari ini? Apa yang Sahabat pahami dari ayat 4? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Percayalah dengan iman bahwa Tuhan akan memelihara kita dan beranilah memberi. (pg).
BELONG to GOD
Sahabat, ada ungkapan pendek yang sudah akrab dalam kehidupan kita: “Hidup hanya sekali”. Ungkapan pendek tersebut menarik cukup banyak orang untuk mengartikannya sesuai dengan keinginannya masing-masing. Ada yang mengatakan karena hidup hanya sekali maka nikmatilah hidupmu sepuas-puasnya tanpa menghiraukan apapun, masalah itu belakangan. Bahkan karena hidup itu hanya sekali, ada cukup banyak orang yang takut untuk mati. Ada yang mengatakan karena hidup hanya sekali maka gunakan hidupmu untuk hal-hal yang sangat berguna. Lalu, jika demikian beragamnya pemahaman soal tersebut, pertanyaannya adalah untuk siapakah kita saat hidup dan mati? Rasul Paulus dalam Roma 14:8 memberikan jawab atas pertanyaan tersebut. Ia paparkan bagaimana seharusnya manusia hidup dan bagaimana menghadapi kematian. Untuk memberikan penjelasan “hidup hanya sekali” Paulus mendasarkan penjelasannya pada “pemilik hidup itu sendiri”. Kita diingatkan bahwa sesungguhnya hidup kita ini bukanlah milik kita pribadi tetapi milik Tuhan saja. Sesungguhnya kita kepunyaan Tuhan. Aku kepunyaan Tuhan. Belong to God. Hari ini kita akan melanjutkan untuk belajar dari kitab Yesaya dengan topik: “BELONG to GOD”. Bacaan Sabda saya ambil dari Yesaya 44:1-8. Sahabat, menjadi kepunyaan Tuhan berarti kita selalu berada di sisi-Nya. Jika dalam kondisi tidak aman, kita tidak perlu takut, karena Tuhan selalu sigap untuk meraih dan menggenggam kita di dalam tangan-Nya. Kita dijaga dan dipelihara-Nya karena kita adalah kepunyaan-Nya yang berharga. Israel, yang disebut sebagai keturunan Yakub, adalah umat yang telah dipilih oleh Tuhan. Dia membentuk mereka sejak dalam kandungan (ayat 1-2). Dia sanggup mengadakan keajaiban dalam karya-Nya, juga memberkati mereka dengan Roh-Nya dan masa depan yang baik (ayat 3-4). Umat Israel juga merasakan pemeliharaan Allah sudah terbukti sejak leluhur mereka, hingga dapat berkata: “… Aku kepunyaan Tuhan, …” (ayat 5). Menyandang nama Israel berarti menjadi umat kepunyaan Tuhan, Allah semesta alam, yang menjadi Raja dan Penebus bagi mereka (ayat 6). Jika umat Israel sudah membuktikannya di antara bangsa-bangsa, siapakah yang kuasanya seperti Allah Israel? Tidak ada! Dialah satu-satunya Allah Yang Mahakuasa, tidak ada allah lain yang mampu menyamai kuasa-Nya (ayat 7). Karena itu, meski musuh dan bahaya mengancam, Tuhan berfirman: “Janganlah gentar dan janganlah takut, …” (ayat 8). Dialah Gunung Batu yang menyertai dan melindungi mereka selamanya. Sahabat, Tuhan yang sama juga menjadikan kita umat-Nya. Dalam gelombang dan badai kehidupan, Dialah Allah yang berkuasa menaklukkan dahsyatnya ancaman. Dialah Allah yang merengkuh umat kepunyaan-Nya, memberikan penghiburan dan pertolongan agar kita dapat melewati serta menghadapi tantangan hidup. Kita sungguh aman sebagai milik kepunyaan-Nya. Kita dipegang oleh tangan-Nya hingga kita mampu melewati segala sesuatu; berjalan dengan kuat dan tangguh, tanpa menjadi gentar dan takut. Haleluya! Tuhan itu baik. Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Nilai hidup apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu pada hari ini? Apa yang Sahabat pahami dari ayat 7 dan 8? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Habiskan hidupmu di dunia untuk mendatangkan kemuliaan bagi Tuhan agar kematianmu membawamu pada kemuliaan bersama Tuhan. (pg).
The Wise Calling
Sahabat, hampir tidak ada orang yang mau disebut sebagai ORANG BODOH. Tetapi ironisnya ada cukup banyak orang yang menjalani hidup sebagai orang bodoh, yaitu hidup mengabaikan nasihat dan didikan firman Tuhan. Kitab Amsal dan Pengkhotbah banyak berbicara tentang kebodohan dan hikmat. Ketika Alkitab berbicara tentang kebodohan, maka yang dimaksudkan dengan kebodohan itu bukan dalam arti kecerdasan intelektual, tingkat pendidikan atau gelar sesesorang; tetapi selalu berhubungan dengan pengabaian didikan firman dan tidak takut akan Tuhan. Sangat menarik, pertama kali muncul di dalam kitab Amsal, orang bodoh dikontraskan dengan orang yang takut akan Tuhan. “Takut akan Tuhan adalah permulaan hikmat, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan.” (Amsal 1:7). Sesungguhnya bijak atau bodoh selalu berkaitan dengan firman Tuhan. Orang yang bijaksana adalah orang yang senantiasa mendengarkan nasihat firman Tuhan. Allah memanggil kita untuk tidak menjadi bodoh, melainkan MENJADI BIJAK, yaitu mendengarkan didikan firman Tuhan. The Wise Calling. Hari ini kita akan melanjutkan untuk belajar dari kitab Pengkhotbah dengan topik: “The Wise Calling”. Bacaan Sabda saya ambil dari Pengkhotbah 10:1-20. Sahabat, dalam bacaan kita pada hari ini, Pengkhotbah memaparkan ciri-ciri orang bodoh sebagai berikut: Pertama, tidak diperlukan banyak hal untuk menjadi bodoh (ayat 1). Untuk menjadi bijak perlu belajar seumur hidup, tetapi untuk menjadi bodoh tidak diperlukan banyak hal. Untuk menghancurkan satu timbunan urapan cukup seekor lalat saja yang menjadikannya busuk. Kedua, hati orang bodoh cenderung ke kiri (ayat 2). Dalam budaya Timur, KIRI merupakan simbol KETIDAKMAMPUAN dan KEBENGKOKAN. Hati yang ke kiri berkaitan dengan MOTIVASI yang bengkok. Ketiga, orang bodoh tidak perlu publikasi besar-besaran kepada publik, hanya cukup membuka mulut dan semua akan tahu siapa dan bagaimana dirinya (ayat 3). Keempat, lidah orang bodoh mencelakakan, tak terkendali dan menyesatkan (ayat 12-15). Sahabat, karena itu, jangan bodoh dan HATI-HATILAH DALAM BERTINDAK! Jangan pernah merasa pintar! Sebaliknya, teruslah mengejar hikmat agar kita peka akan kebodohan. Dengan demikian, hidup kita akan BERMAKNA bagi orang lain. Mintalah kepada Tuhan supaya Ia menjaga kita dari kebodohan yang mematikan. Kita perlu serius belajar dan mendalami firman Tuhan. Haleluya! Tuhan itu baik. Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Hikmat apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu pada hari ini? Apa yang Sahabat pahami dari ayat 18? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Manusia dapat memuliakan nama Tuhan hanya jika mereka mau bertekun, setia dan bekerja keras. (pg).